°°°°
Kila sudah rapi dan duduk di sofa kamar, dia menunggu Aksa yang turun ke lobi Hotel. Entah kenapa suaminya itu ke bawah sedang travel bag mereka masih di kamar. Kila melihat Aksa juga meninggalkan Handphonenya. Kila menatap keluar jendela hotel, langit sudah mulai gelap.
Kruyuukk...
Kila mendengar suara perutnya bernyanyi nyaring. Perutnya terasa lapar, karena tadi siang dia tidak memakan apa pun saat acara di kantor. Belum lagi pulang dari sana, mereka bercinta sampai sore. Kila menepuk dahinya."Apa Aksa lama ya?" Kila mulai tidak sabar.
Kila inisiatif menyusul Aksa. Dia mengambil tas kecilnya. Kila jadi khawatir mungkin ada masalah sampai Aksa turun ke bawah.
"Padahal tadi rencananya setelah makan langsung ke airport. Apa sempat? kalau begini kita pasti akan telat ke airport, karena terlalu lama menunggu. Dasar suamiku." Kila mulai mengomel sendiri, sambil masuk ke dalam lift.
Perut Kila berbunyi lagi, dia pun bersenandung mengalihkan rasa lapar di perutnya. Matanya menatap nomor-nomor yang berhitung mundur.
Tapi saat pintu lift terbuka, mata Kila melihat Aksa dan... wanita memegang kemeja suaminya.
Amerta?
Kila hanya terpaku melihat Amerta dan Aksa. Bagaimana Amerta bisa menemui suaminya? Tapi Kila bisa melihat ekspresi Aksa sangat marah.
Kila keluar dari Lift. Tiba-tiba Kila merasa sangat lelah, bisa-bisanya seharian ini auranya dipenuhi oleh orang yang menyebalkan.
"Sayang, maafkan aku... kamu sampai turun ke bawah." Aksa gugup, dia tahu Kila akan sangat marah karena dia menemui Amerta.
Kila hanya berdiri, menatap Amerta tanpa ekspresi apapun.
"Kita naik ke atas saja." Aksa akan merangkul Kila. Kila menahan badannya.
"Hai Kila, aku datang kemari untuk mengucapkan selamat atas pernikahan kalian." Sapa Amerta sambil tersenyum melihat Kila.
Kila menatap Aksa, lalu kenapa suaminya menemui Amerta?
"Kamu ke bawah demi wanita ini?" Kila tajam menatap Aksa. Aksa terdiam, dia tidak tahu arti tatapan Kila itu. Ingin sekali dia menarik Kila dan menjelaskan kenapa Amerta ada di sini. Tapi dia tidak ingin bertengkar dengan Kila.
"Ah, aku hanya mau memberikan bingkisan hadiah untuk pernikahan kalian." Amerta mengulurkan tas kepada Kila.
"Hadiah?" Kila mendekati Amerta yang terlihat dari tadi selalu menatap Aksa. Kila sebenarnya sangat iri dengan Amerta, dia wanita yang sempurna dan sangat cantik, sudah pasti tidak ada pria yang menolaknya. Sedangkan Aksa?
"Kamu sudah pernah membuat masalah hingga hubungan kami memburuk. Tapi aku tampaknya harus berterima kasih, karena hal itu kami akhirnya menikah." Kila melirik dan mengelengkan kepalanya kepada Aksa. Kila tidak ingin Aksa ikut berbicara.
"Benarkah aku pernah membuat masalah? Kalau begitu aku minta maaf." Jawab Amerta.
"Aku maafkan... Tapi aku tahu Amerta, jika aku membuka jalan dan berteman dengan manusia tipe sepertimu, jelas kamu akan menusukku dari belakang." Kila menatap Amerta dingin. Amerta tidak pernah melihat Kila seperti itu.
"Aku.. aku tahu Aksa ada disini... Jadi..."
"Tentu saja, tentu kamu tahu suamiku ada disini. Pulanglah, pria ini suamiku. Aku sudah pernah bilangkan Aksara tidak akan pernah melepasku, begitu pula aku akan tidak akan melepas suamiku." Kila mengambil tas dari tangan Amerta.
Kila sudah cukup kesal untuk hari itu. Sudah cukup dia diam. Sudah cukup dia menghindari masalah dengan orang-orang yang selalu menganggunya.
"Pergilah!" Kila melempar tas pemberian Amerta ke wajah Amerta. Amerta sampai menjerit karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
RomanceKila Damaya didiagnosa menderita compulsive sexual behaviour ringan. Dia memutuskan untuk tidak memiliki kekasih hingga dirinya benar-benar menemukan orang yang mengerti dirinya. Tapi Kila kelepasan mengeluarkan sisi liarnya dan meminta Aksa, atasan...