Part 16 : Perasaan tertinggal

17.7K 601 1
                                    

°°°

Kila melihat pergelangan tangannya. Bekas Handcuff itu masih berbekas. Aksa benar-benar tidak memberikan jeda untuknya bernapas. Bahkan saat mandi Aksa juga hampir melakukannya lagi. Untung saja mereka tidak terlambat ke kantor.

"Astaga" Kila menepuk pipinya yang memerah.

"Kila?" Lina meletakan minuman di depan mejanya. Kila menyadari Lina memandanginya.

"Ah terima kasih, kamu membelikanku minuman?" Kila mengangkat gelas minuman itu.

"Kopi susu, ada toko baru di dekat kantor" Lina menusukkan sedotan di tutup gelas. Kila senang dapat traktiran kopi pemberian Lina.

"Ada yang aneh"

Kila menoleh ke arah Lina.

"Aneh?" Kila tidak mengerti.

"Pagi-pagi Pak Aksa terlihat lebih segar dan sangat ramah..." Lina meletakan minumannya.

"Haa.. bukankah itu hal yang bagus?"

"Bagus si. Tapi kamu masih pakai baju yang kemaren, lehermu ada kissmark" Lina menunjuk leher Kila.

Muka Kila memerah. Apakah Lina menyadari hubungannya dengan pak Aksa? Dia selalu update gosip di kantor ini.

"Aaah... kan tidak.. tidak ada hubungannya dengan pak Aksa!" Kila berkilah sambil menutupi bekas kissmark itu dengan tangannya.

"Memang tidak ada, tapi kamu tidak mengenalkan aku dengan pacarmu?" Muka Lina menggoda Kila. Kila canggung dan hanya memaksakan dirinya tertawa. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

Aksa keluar dari ruangannya, mendekati Kila. Kila dan Lina langsung berdiri.

"Kila, ayo kita pergi"

Benar, dia melihat wajah Aksa lebih rileks bahkan dia nampak tersenyum. Wajahnya yang biasanya leceknya itu hilang. Kila mengikuti Aksa masuk ke Lift. Kila berdiri di belakang Aksa dan menjaga jaraknya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Aksa sambil menekan tombol lift.

"Saya baik-baik saja pak Aksa"

"Besok, jadi ke rumah orang tuamu?"

"Iy.. iya pak"

"Kalau begitu, malam ini tidur di apartemenku saja"

Kila berdebar mendengar itu. Apa pak Aksa mau melakukannya lagi?

"Saya... pulang saja, ada beberapa barang yang harus saya bawa"

Pintu lift terbuka. Aksa tidak menjawab. Kila mengikuti Aksa dari belakang. Punggungnya terlihat sangat bidang. Kila menarik napas panjang, dia harus konsentrasi untuk bekerja hari ini.

Tapi ada perasaan yang tertinggal sejak tadi pagi.

°°°

Meeting pagi itu berlangsung tegang. Bahkan Akunting yang lebih senior umurnya pun dibentak pak Aksa.

Kila hanya menggenggam erat jarinya. Tapi dia harus memaklumi bosnya itu, dia orang yang sangat tegas dan jujur. Mungkin karena itulah direktur berani memasukan anaknya, Aksa ke dalam perusahaanya. Orang di luaran sana selalu mencibirnya sebagai nepotisme.

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang