Part 34: Mindset 1

8.4K 443 2
                                    

°°°

"Kamu mau ke Dokter Psikiater lagi?" Aksa tidak mengerti. Apa yang Kila masih khawatirkan? Masalah keributan mereka karena ulah Amerta dan Kandi sudah selesai.

Kila terbaring di pelukan Aksa, tapi dia tampak melamun. Aksa menopangkan kepalanya dan memperhatikan Kila. Kila menyadari Aksa menatapnya.

"Hm, jangan lupa pak Aksa... Saya pernah masuk diagnosis compulsive sexual behaviour." Jawab Kila.

"Aku tahu, kamu pernah memberitahuku." Aksa merapikan rambut Kila yang menutupi pipinya.

Dan Aksa tidak mengerti kenapa mereka menilai Kila ada gangguan hiper seksualitas atau kecanduan seksual. Selama ini Kila hanya tertarik seks jika bersentuhan dengannya. Aksa pun tidak keberatan Kila dengan gaya seks Kila yang kadang aneh itu.

"Memangnya apa yang kamu khawatirkan lagi? Semua baik-baik saja." Sambung Aksa lagi.

Kila tersenyum datar. Dia menatap Aksa yang menopang kepala sambil mengelus pipinya. Kila menyukai sentuhan lembut Aksa.

"Dulu sebelum kerja, saya sehari bisa sampai 5 kali berhubungan seks dengan pacar. Itu tidak hanya satu orang. Belum lagi, saya bisa mengurung diri seharian untuk masturbasi, dan bisa berkali-kali dan berhari-hari." Kila tertawa sambil mengelus perut Aksa.

"Benarkah?"

"Namanya jiwa muda dan ingin tahu, karena pengaruh film dan pergaulan bebas, saya mulai menemukan permainan seks yang lebih menyenangkan. Bahkan beberapa mantan menyebut saya gila atau berlebihan, karena karakter seks saya itu sangat menakutkan. Akhirnya Saya juga sangat khawatir dan saya pikir ada benarnya juga harus ke dokter."

Aksa mengaruk kepalanya. Justru Aksa melihat itu sesuatu yang menarik dari Kila. Kila tidak berlebihan, Aksa pun menyukainya.

"Sekarang kamu merasa lebih baik?"

"Sepertinya, saya cukup terbantu dengan Psikoterapi. Sisi terbaiknya jadi bisa mengontrolnya dengan baik dan makin kesini saya jadi tidak terlalu berminat berhubungan seks... kecuali..." Kila menatap Aksa yang mendesah, karena Kila mulai mengelus selangkangan Aksa.

"Kecuali?" Napas Aksanya mulai panas.

"Saat disentuh denganmu?" Kila menyentuh kejantanan Aksa, tegang.

"Apa kamu tidak menyukai aku menyentuhmu?" Aksa mengecup kening Kila.

"It was amazing... Tapi saya tidak normal kan pak Aksa? Tapi sepertinya semakin lama saya akan menyakitimu."

Aksa tertawa dan menindih Kila.

"Aku suka saat kamu menjadi karakter-karakter jahat itu untuk merangsangku." Aksa mencium lembut bibir Kila.

"Hm, dasar Aneh." Kila melebarkan Pahanya dan mengalungkan tangannya di leher Aksa.

Aksa tertawa lagi.

"Aku temani kalau visit ke dokter." Aksa mulai membalas, menggoda vagina Kila.

"Dasar Aksa... Kita sudah melakukannya tadi, apa masih kurang? Jam 12 ada janji dengan ayahmu." Kila mengelus leher Aksa dan mengigit sedikit keras.

"Kamu yang mancing, masih sejam lagi. Sekali lagi?" Aksa mengerang karena gigitan Kila.

"Anak kucingku..." Kila mencubit puting Aksa dengan kuat.

°°°

"Ah, jumat minggu depan? Itu kan tinggal 5 hari lagi Aksa?" Kalandra meletakan air mineralnya. Dia menatap Aksa dan Kila yang duduk di depannya.

Suasana restoran Italia itu sangat ramai, beberapa orang memang sedang menikmati makan siang mereka. Cuaca siang itu juga cerah dan tidak terlalu panas. Kalandra mengundang Aksa dan Kila untuk makan di salah satu restoran favoritnya.

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang