°°°
Kila bingung, Aksa memberikan sebuah Paperbag. Tapi dirinya tidak merasa minta apapun. Kila berdiri di depan meja Aksa, memperhatikan Bosnya itu yang sedang memeriksa pekerjaannya.
"Pak Aksa, paperbag ini apa?"
Aksa tidak menjawab, dia masih berkonsentrasi membaca lembaran kertas-kertas yang diberikan oleh Kila. Aksa hanya tersenyum, merespon pertanyaan Kila. Kila hanya mengangkat paperbag pemberian Aksa itu untuk memastikan apa isinya.
"Oh iya lusa acara cocktails party direksi, kita harus datang kan?" Aksa mengingatkan Kila
"Kita?" Kila mengerutkan dahinya.
"Iya, aku perginya dengan kamu." jawab Aksa, tapi dia kembali fokus dengan salah satu kertas ditangannya.
"Pak Aksa... Acara itu khusus untuk atasan saja, saya bukan bagian dari atasan."
Aksa meletakan kertasnya. Memang Kila terkadang suka semacam pikun, sepertinya Aksa perlu bersuara keras supaya Kila mengerti.
"Tapi... di undangan itu tertulis pak Aksara dan pasangan." Aksa menyudutnya senyumnya.
"Aa... Ohh..." Hampir saja Kila protes. Sudah pasti Kila lah pasangannya. Kila menertawakan dirinya sendiri. Dia memang belum tahu hubungannya dengan Aksa selain partner seks dan pekerjaan.
"Oh iya, tapi ini bukan baju?" Kila mengangkat lagi paperbag pemberian Aksa.
"Kamu Buka saja paperbag itu." Aksa masih menunggu Kila membukanya.
"Apakah baju? Saya punya baju sendiri pak Aksa."
"Hm? Memangnya salah aku memilihkan baju buatmu?"
Kila menggaruk kepalanya. Bisa-bisanya Aksa membelikan baju tanpa membawa dirinya. Memangnya bajunya akan pas? Kila mengurungkan niatnya membuka paperbag itu dan menaruhnya di meja Aksa.
Aksa hanya menggelengkan kepala. Kila terkadang memang malu menerima sesuatu darinya.
"Oh iya, aku sudah baca beberapa quotation water tank yang kamu pilih ini. Tapi ada 1 perusahaan yang aku coret." Aksa mengalihkan pembicaraan, dia meletakan 1 kertas di depan Kila. Kila melihat kap perusahaan di kertas itu.
"Sepertinya semua quotation dari perusahaan PT. Intan, selalu pak Aksa tolak? Padahal mereka perusahaan besar dan harganya selalu bagus." Kila bingung. Aksa hanya menaikan bahunya.
"Aku tidak akan melibatkan mereka, dalam proyekku."
Kila tidak mengerti dengan bosnya itu, jelas-jelas angka yang diberikan PT. Intan itu harga terbaik, sangat murah untuk budget mereka. Apalagi sparepart untuk alat berat sedang mahal karena konversi dollar. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan pendapat Aksa kalau soal pekerjaan.
"Baik pak Aksa." Kila menurut saja.
Aksa memberikan kembali kertas-kertas quotation itu, selanjutnya Kila proses ke email vendor untuk mengirimkan lembar Purchase order untuk tanda deal pekerjaan. Aksa lega, pekerjaannya mulai terselesaikan. Dia sudah pasti akan naik ke Site 2 minggu lagi. Dia harus menuntaskan beberapa urusan, terutama dengan Kila.
"Oh iya, kamu belum lihat isi paperbag itu." Aksa mengingatkan Kila lagi.
Kila mengambil lagi paperbag itu dan membukanya. Ternyata, Isinya bukan baju, tapi katalog cincin.
"Apa ini?" Kila mengeluarkan katalog besar dan brosur cincin
"Pilih saja yang mau kamu. Aku setuju saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
RomanceKila Damaya didiagnosa menderita compulsive sexual behaviour ringan. Dia memutuskan untuk tidak memiliki kekasih hingga dirinya benar-benar menemukan orang yang mengerti dirinya. Tapi Kila kelepasan mengeluarkan sisi liarnya dan meminta Aksa, atasan...