Part 32: Iam sorry 2

8.4K 497 1
                                    

°°°

"Siapa Kila?!" Amerta berteriak membalas kemarahan Aksa.

"Dia calon istriku! Kamu dengar? Ingat dengan baik nama calon Istriku Kila Damaya!"

Rasa lelah dan emosi Aksa menjadi satu. Suara tangis Amerta malah membuat dirinya bertambah muak. Aksa mengenggam erat teleponnya. Dia ingin sekali menarik dan menyeret rambut Amerta keluar kamarnya. Tapi Aksa masih ingat bagaimana pun Amerta adalah seorang perempuan.

"Aku akan panggil pihak security untuk mengeluarkanmu dari sini!" Aksa menekan angka untuk menelpon pihak hotel untuk mendatangkan Security.

"Aksara!" Amerta tetap menolak untuk pergi. Dia sudah berusaha keras untuk mengejar Aksa. Tapi sehisteris apapun Amerta menangis tidak akan melunakkan kemarahan Aksara. Amerta sampai memohon-mohon kepada Aksa agar tidak menjauhinya. Security pun tampak kewalahan menarik Amerta keluar kamar Aksa.

"Jangan sampai kamu muncul lagi di kehidupanku!"

Aksa membanting pintunya. Dadanya penuh amarah. Hari ini dia sangat lelah, sampai-sampai membuatnya dia lengah. Aksa mengatur napasnya, mencoba meredakan amarahnya.

"Dasar sial." Aksa memaki dirinya sendiri

Aksa langsung menuju kamar mandi, membuka seluruh pakaiannya dan menyalakan showernya. Dia harus mandi, dan menggosok sabun dengan kuat ke kulitnya. Aksa kesal dan dia tidak ingin sisa-sisa tubuh Amerta masih menempel!

Aksa mengambil handuknya. Walau dia mandi air hangat, semenit kemudian rasa dingin langsung menusuk tubuhnya, Aksa mengigil. Dia langsung mematikan pendingin kamar.

"Aku benar-benar merasa sial hari ini." Aksa diam memandangi kasurnya yang berantakan. Dia menarik seprainya, dan menelpon pihak hotel untuk segera ganti selimut dan seprai yang baru.

Aksa meletakan teleponnya. Dia menggaruk kepalanya dan menarik napasnya lagi. Aksa menjadi sangat gelisah. Dia lalu duduk dengan lemas di sofanya. Pikirannya masih belum tenang .

Aksa memejamkan matanya, tapi rasa kantuknya sudah hilang. Beberapa hari dia tidak tidur dengan baik, dan harus memaksa dirinya untuk bekerja. Bekerja mengurusi equipment alat berat menuntut mereka harus bergerak cepat dan tepat, karena alat-alat berat yang berhenti bekerja akan tetap berjalan pembayaran sewanya.

Aksa membuka matanya, dia tadi berpikir sedang bermimpi bercinta dengan Kila. Aksa jadi menyesal setelah tahu wanita yang di atas tubuhnya itu bukan Kila.

Aksa sangat merindukan Kila. Tapi Aksa menyadari hal seperti ini bisa juga terjadi dengan Kila. Artinya Kila bisa saja saat ini tidur dengan pria lain, barangkali Kila sudah menemukan pria yang menarik birahinya saat Aksa tidak ada. Hubungan mereka jelas-jelas bukanlah pacar, bukan tunangan, bukan suami istri. Mereka hanyalah pasangan untuk memuaskan seks. Tapi Aksa sendiri tidak rela Jika Kila berhubungan seks dengan orang lain.

"Mungkin aku harus merubah pemikiran komitmenku."

°°°

Kila menatap Aksa. Dia tampak canggung setelah menceritakan kejadian malam itu dengan Amerta.

"Pak Aksa menyebut namaku saat bercinta dengan orang lain?" Kila menaikan Alisnya.

"Tapi Aku tidak merasa bercinta dengannya!" Sahut Aksa.

"Oh iya? Tapi penis Pak Aksa sudah masuk?" Kila menatap sinis. Aksa hanya menggaruk kepalanya.

"Aku salah... Maafkan aku Kila." Aksa duduk sedikit mendekati Kila.

"Hm... lalu ceritanya hanya seperti itu?" Kila menatap Aksa, supaya dia terintimidasi berkata jujur.

"Hanya seperti itu? Memangnya kamu berharap cerita seperti apa?" Tanya Aksa membalas pertanyaan Kila.

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang