Part 46: Honey Moon 5

7.3K 322 3
                                    

°°°

Kila menelan ludahnya. Selama dia menikah, baru ini Kila mendengar Aksa kembali marah. Tangan Kila sampai gemetaran saat mengaduk teh panas untuk sarapan.

"Jangan karena aku tidak ada di kantor, kalian semua bekerja santai!" Suara Aksa terdengar mengeras. Hari ini Aksa mulai bekerja secara online. Setiap pagi dia akan meeting dengan orang-orang di kantornya.

"Pak Pawit, saya sudah bilang selalu pantau juga administrasi di kantor!" Rahang Aksa tampak mengeras.

Kila mengurungkan niatnya untuk menaruh gelas teh di meja Aksa. Dia memang ketakutan kalau Aksa bersuara keras seperti itu. Tapi marah suaminya sebenarnya terlihat menakutkan dan juga sexy.

"Pokoknya, siang ini saya harus dapat rincian untuk inspection unit dan quotation secepatnya atau setelah saya balik dari Bali kalian semua harus buat surat pengunduran diri tanpa pesangon! Aku tunggu sampai jam 2 siang ini!"

Aksa mematikan sambungannya dan menghela napasnya. Susah payah dia memperbaiki manajemen di kantor itu, saat dia tidak ada mereka semua menjadi sangat lambat.

Aksa memandang Kila yang duduk bengong di meja dapur.

"Sayang?" Aksa menegurnya. Kila menyadari Aksa sudah selesai dan segera membawa sarapannya.

"Kita sarapan dulu." Kila meletakan nasi goreng dan teh panasnya di depan Aksa. Kila merapikan laptop Aksa agar tidak terkena tumpahan makanan. Aksa memperhatikan apakah Istri itu takut karena tadi dia membentak karyawannya.

"Terima kasih sayang." Aksa memeluk perut Kila dan menciuminya.

"Kamu pasti stress ya." Kila mengelus Kepala Aksa.

"... Aku harusnya kerja setelah kita pulang dari Bali saja."

"Hm, tidak apa-apa sayang. Kalau kamu tidak pantau, pasti masalah di kantor nanti akan terus bertumpuk." Jawab Kila.

"Site sedang hujan, jadi beberapa pekerjaan kita terhambat, ada beberapa unit perlu diperbaiki secepatnya." Aksa memang terlihat cemas dengan pekerjaannya.

"Berarti itu faktor alam kan sayang, bukan karena salah pekerja."

"Tapi pihak site mengirimkan email, mereka perlu unit itu secepatnya." Aksa menghela napasnya. Kila mengerti, dia memberikan teh kepada Aksa.

"Sayang, kamu pemimpin yang seharus bisa tahan emosimu. Tegas bukan berarti kamu keras dan mengancam mereka seperti itu."

Aksa diam, dia mengambil teh panasnya dari tangan Kila dan meneguknya.

"Coba sekarang kamu kirim email balasan ke site, respon dengan baik. Bahwa, pekerjaan terhambat karena faktor alam. Jika dipaksakan itu tidak akan sesuai dengan pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Aku rasa kalau kamu yang mengirimkan email, pihak site akan lebih percaya." Kila memberi masukan.

Aksa bengong menatap istrinya, dia memang belum merespon email itu dan dia malah menekan anak buahnya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Aksa menarik napasnya. Aksa lupa istrinya dulu sekretarisnya.

"Itulah kenapa aku beruntung menikahimu." Aksa mencium pipi Kila. Aksa membuka laptopnya dan segera menuliskan email kepada pihak site.

"Harusnya gajiku lebih besar, karena Pak Aksa kerjaannya marah-marah." Kila mengejek Aksa. Aksa hanya tertawa, emosinya langsung hilang.

"Gajimu ada di hatiku, sayang." Aksa menggombal.


"Jangan lupa, telpon Karyawan di kantor. Kasihan mereka kalau bekerja dengan suasana tidak nyaman." Kila menyantap nasi gorengnya. Karena Kila tahu rasanya bekerja di marahi Aksa.

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang