Part 6: Marah lagi

20.3K 827 0
                                    

***

Kila melewati toko antik Raymar. Matanya menatap barang-barang yang terpajang. Mata Kila menangkap kalung dengan liontin batu biru yang tergantung.

"Cantik sekali, kalau barang antik pasti mahal." Ucap Kila sambil menyedot gelas kopi dingin ditangannya.

Tiba-tiba Raynar membuka pintu tokonya.

"Kalau mau masuk, masuk saja." Raynar sambil tersenyum kepada Kila. Kila terpesona, warna mata Raynar sangat indah.

"Apa di dalam banyak barang menyeramkan?" Tanya Kila, dia masih enggan masuk.

Raynar hanya tertawa.

"Tidak ada hanya menyeramkan disini, masuk saja." Raynar membuka pintunya.

Dengan ragu-ragu, Kila masuk. Memang pencahayaan di ruangan toko antik itu sedikit redup. Tapi Kila yakin Raynar tidak mungkin membohonginya. Kila pun masuk.

"Barang-barang antik, Di sini adalah barang-barang yang punya history atau cerita sendiri." Raynar menjelaskan lagi.

Kila menatap sekelilingnya. Dia pikir isi dari barang antik itu adalah barang-barang yang dikutuk. Kila menggaruk kepalanya, sungguh konyol pemikirannya. Matanya melihat sekeliling, beberapa memang terlihat barang-barang tua tapi terlihat cantik.

"Oh iya, aku ada lihat kalung di depan etalase, itu cantik sekali."

"Ah itu kalung batu Termotropik buatan 1970-an, kalung itu bisa berubah-ubah sesuai dengan mood pemakai."

"Benarkah?"

Raynar menuju etalase dan mengambil kalung itu.

"Sebenarnya kalung ini akan berubah warna sesuai suhu tubuh" Raynar menunjukan kalung itu kepada Kila. Mata Kila berbinar-binar. Kemudian dia melihat label harga kecil yang tergantung.

"Tigaaa... Jutaaaaa..." Kila terperangah. Raynar hanya tertawa.

"Memangnya ada sejarah apa di kalung ini? menurutku ini sangat mahal."

"Di dunia, kalung ini hanya ada 35 kalung yang diproduksi oleh penemunya Maris Ambats dan Josh Reynolds. Tapi kalung tidak diproduksi lagi, Mereka hanya memproduksi cincin dan gelang hingga saat ini."

"Ah, berarti ini termasuk langka" Kila suka kalung itu, tapi kalau beli rasanya dia sayang uangnya.

"Apa kamu mau mencobanya?" Raynar menawarinya.

Raynar mengambil sebuah cermin meja antik di depan Kila. Kila meragu.

"Ah.. aku harus balik ke kantor."

"Tidak sampai semenit..." Raynar membuka kaitan kalung itu.

Kila terdiam. Kalau seperti ini Raynar akan menyentuh kulitnya! Jangan sampai dirinya naik lagi!

Raynar langsung memasang kalung itu di leher Kila. Tubuh Kila benar-benar menegang. Benar saja, saat memasang pengaitnya. Tangan Raynar menyentuh tekuknya.

"Kamu lihat Liontinnya tadi berwarna biru... Dan sekarang..." Raynar memperhatikan batu kalung itu di belahan dada Kila.

Kila terdiam. Entah Raynar menatap liontin kalung itu atau dadanya. Tapi batu itu berubah menjadi warna abu-abu.

"... Grey... Well... Kamu nervous?"

Tentu saja!

Kila menatap wajah Raynar yang di cermin itu. Kila menelan ludahnya. Raynar sepertinya tahu Kila sangat gugup.

"Ah, aku buka kalungnya"

Sial! Raynar pasti menyentuhku lagi. Kila hanya menahan napasnya.

"Oke... Aku sudah melepasnya."

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang