Part 10: Deal

17.4K 757 7
                                    

***

Aksa mengecilkan volume televisi Kila. Aksa kembali duduk di lantai, matanya menatap Kila dengan rambut berantakan itu Kila sedang memakai kembali piyamanya. Waktu menunjukan jam setengah 2. Aksa tidak menyangka mereka bercinta hampir 3 jam.

"Jam 4, aku mau ke site" Aksa memecahan kebisuan antara mereka. Kila hanya diam. Aksa menyentuh rambut Kila.

"Aku tidak mau berhenti sampai disini" Aksa mencium wangi rambut Kila.

"Pak aksa..."

"Panggil aku Aksa" suaranya mulai mengeras.

Kila menunduk. Dirinya memang tidak bisa menghindarinya.

"Saya tidak normal Pak Aksa... Saya tidak mau melakukan ini lagi." Kila tahu, pak Aksa akan marah.

"Jangan khawatir, kamu hanya menyukai seks, itu tidak berbahaya" bisik Aksa menenangkan Kila yang masih takut dengannya.

"Pak..."

Aksa mencium Kila. Kila berpikir, pria seperti ini lah yang sebenarnya Kila inginkan. Hanya Pak Aksa menerima dirinya yang aneh ini. Tapi, Kila tidak ingin menyakiti Aksa. Permainannya akan semakin berbahaya.

Aksa masih menciuminya, Kila menyukai ciuman lembut Aksa.

"Kamu setuju dengan perjanjian kita?"

"Entahlah, saya tidak enak dengan kantor..." Kila melepaskan pelukan Aksa.

"Aku tidak perduli. Aku akan mengejarmu. Kamu tidak bisa menghindariku juga."

Kila menatap Aksa lagi. Pria itu tampaknya serius. Selama ini dirinya rendah diri karena semua mantannya menganggap dirinya aneh. Tapi dengan Aksa dia bisa mencurahkan keinginannya untuk eksplor sisi jiwa nakalnya.

"Seminggu 1 sekali... Di apartemenmu... dan Kondom..." Kila menunduk, dia ragu secara tidak langsung mengiyakan perjanjian itu.

Seminggu sekali? Aksa mengerutkan dahinya, minggu lalu saja hampir tiap malam dia onani, karena membayangkan Kila!

"Seminggu sekali? Seminggu 4 kali" Aksa menaikan tawarannya.

"Kamu gila! Aku tidak mau!"

Aksa memegang tangan Kila. Pupil Mata Kila membesar. Jelas sekali saat ini, Kila masih terlihat tinggi nafsunya. Aksa masih bisa melakukannya sampai besok pagi. Tapi dia harus kerja.

"Tunggu aku pulang dari site Kila."

Kila menggelengkan kepalanya.

"Pak Aksa" Kila meragu lagi.

"Kita bisa berdebat soal ini sampai berjuta-juta tahun Kila. Tapi kita berdua punya hasrat yang sama. Iya kan?"

Kila tahu itu.

"Aku mau hadiahku, dan kamu harus memberikannya kepadaku. Aku tidak perduli kamu akan melakukan apa kepadaku. Aku menyukainya" Aksa mengelus kepala Kila.

"Aku harus pergi sekarang" Sambungnya. Aksa memandangi Kila yang masih duduk memeluk lututnya.

"Tidak perlu takut, rahasia kita akan aman. Bersikaplah biasa saat di kantor" Aksa mengecup kening Kila, sebelum beranjak berdiri.

"Nanti aku telpon saat sudah di site."

Kila diam.

Dia baru bisa menghela napasnya saat Aksa meninggalkannya. Hingga suara mobilnya menjauh. Kila masih tidak bergeming di lantai.

Kila menatap kekacauan ruang tamunya. Suara televisi masih terdengar, mungkin kalau televisi itu bisa bicara sudah pasti menertawakan mereka berdua yang saling mengeluarkan birahi mereka.

"What a silly..." Kila mengambil celananya dan membereskan bekas Aksa yang tertinggal.

Kila menyukai sikap patuh Aksa. Walaupun, beberapa kali wajah Aksa terlihat takut, tapi dia tidak protes sekalipun atau minta berhenti. Bermain dengan Aksa sangat menyenangkan. Bagian favoritnya adalah menyakitinya dengan sumpit ini, erangan Aksa membuat Kila menyerah dan membuka ikatannya agar Aksa segera memuaskannya.

"Mungkin, tidak ada salahnya aku berhubungan dengan pak Aksa" muka Kila memerah.

***

Aksa memeriksa pekerjaannya di dalam mobil. Sebenarnya dia agak terganggu dengan guncangan mobil bersebut. Tapi semalam dia tidak sempat, dia sibuk dengan Kila.

Muka Aksa memerah, mengingat Kila.

"Tumben pak Aksa baru cek laporan di mobil?" Tanya Pak Pawit, supervisor site.

Aksa diam. Memang selama ini dirinya tidak pernah telat mengerjakan pekerjaannya. Dia bahkan selalu memarahi orang kalau belum siap, misalnya baru mengecek laporannya 20 menit sebelum meeting.

"Hm, semalam saya terlalu sibuk"

"Apa pak Aksa bawa baju ganti dan sepatu safety?"

"Ada... Tentu saya bawa. Nanti saya segera ganti saat kita ganti mobil double deck"

Dan, dia pasti memarahi orang yang belum rapi saat memasukin Site. Seperti dirinya ini, dia bahkan masi memakai kaos semalam.

Aksa mengaruk dahinya. Padahal Kila sudah menolaknya semalam, tapi dirinya ngotot karena sudah tidak dapat menahan hasrat. Alhasil dialah yang lalai.

Mobil mereka sudah sampai di pos. Sebelum masuk ke dalam site mereka harus ganti mobil double deck yang di kawal atau escort. Sebelum masuk site pun mereka harus safety induction.

"Saya ganti baju dulu" Aksa mengambil baju yang digantung di belakang. .

"Apa hari ini bapak akan cek unit yang mangkrak?" Tanya pak Pawit.

"Tidak usah, laporan dari bapak saja sudah cukup" Aksa membuka kaosnya dan celananya.

Pak Pawit tanpa sengaja melihat bekas luka di punggung dan tekuk Aksa. Bekas itu tidak cuma 1 atau 2. Pak pawit hanya tertawa kecil.

Aksa bingung kenapa Pak Pawit tertawa.

"Ada apa pak?" Aksa memakai celana kerjanya.

Pak pawit terdiam. Dia tahu atasannya ini bukan orang yang bisa diajak bercanda. Walaupun dirinya lebih tua, Aksa berani menegurnya.

"Ah tidak apa-apa pak Aksa"

"Benarkah?" Aksa menatap Pak pawit.

Akhirnya pak Pawit hanya menunjuk tanda di punggungnya itu. Aksa tersadar, dengan buru-buru dia memakai wearpack-nya sambil berdehem.

"Hm, baiklah kita turun" muka Aksa terlihat gugup.

Pak pawit hanya menahan tawanya dan mengangguk.

***

Note:
HADIAH sementara Hiatus dulu hohoho... Will be back soon ;)

Xoxo

Miss Blinkycat

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang