Part 22: Kotak Merah Raynar

9.9K 498 0
                                    

°°°

Aksa menghentikan mobilnya di seberang halte bus. Aksa melihat Kila berjalan keluar menjauhi halte bus. Kila tampak menghindari lalu lalang orang-orang yang berebut untuk segera menaiki bus yang berhenti.

Aksa menghela napas panjang, andai saja Kila menurutinya supaya supir kantornya bisa antar jemput. Tapi Kila bukanlah wanita yang manja. Untungnya pagi itu cerah, Aksa tidak terlalu khawatir. Aksa hanya memperhatikan wanita yang paling dia sayang itu dari mobilnya.

Kila kemudian berhenti dan menyapa pria si pemilik toko barang antik. Mereka mengobrol, tidak ada yang aneh. Aksa ingat pria itu bernama Raynar, dengan warna mata yang berbeda.

Raynar kemudian masuk ke dalam toko antiknya sedang Kila tetap menunggu di luar. Raynar kembali lagi, dia membawa sebuah kotak berwarna merah. Saat Raynar membuka kotak itu, Kila tampak berekspresi aneh. Kila memegang pipinya yang merona dan menggaruk kepalanya, dia tampak salah tingkah. Kemudian Kila tertawa dan menggeleng. Kila langsung melambaikan tangannya dan meninggalkan Raynar beranjak ke arah kantor. Raynar menatap tubuh belakang Kila, dia tampak menunjukan ekspresi menyukai tubuh Kila.

Aksa mengerutkan dahinya. Pria itu berpikiran kotor saat melihat Kila? Dan kotak merah apa yang dipegangnya itu? Terlebih lagi ekspresi Kila sepertinya salah tingkah? Aksa penasaran, apa yang ditunjukan oleh Raynar. Aksa memarkirkan mobilnya di depan toko barang antik Raynar.

"Hello... Raynar?"

Aksa menghampiri Raynar yang sedang membersihkan jendela etalasenya. Raynar menengok dan dia mencoba mengingat Aksa yang berdiri didepannya itu. Aksa, pria yang terlihat marah saat Kila pulang bersamanya.

"Oh, saya ingat anda... Bos tempat Kila bekerja yang waktu itu?" Raynar tersenyum.

Aksa menatap pria dengan warna mata berbeda itu. Aksa sedikit cemburu, saat Raynar melihat tubuh Kila. Tapi dia harus tenang karena dari gelagat Kila, tidak ada yang mencurigakan antara mereka berdua. Hanya saja, dia penasaran dengan kotak merah itu. Kenapa Kila berekspresi aneh seperti itu.

Raynar bingung Aksa hanya diam berdiri dan menatapnya.

"Apa anda mau masuk ke dalam, melihat-lihat Pak?" Raynar langsung membuka pintu tokonya. Aksa agak ragu mengiyakan. Tapi dia akhirnya masuk juga.

Ruangan toko itu tampak dipenuhi barang-barang yang cukup tua. Aksa yakin harga barang-barang ini sangat mahal. Aksa pernah melihat beberapa koleksi mirip di rumah neneknya. Aksa menyentuh beberapa pajangan, salah satu yang menarik adalah patung tua dari Papua.

Mata Aksa langsung melihat kotak merah di atas meja kasir. Kotak merah yang tadi Raynar tunjukan kepada Kila.

"Aku mau lihat isi kotak merah ini."

Raynar terkejut Aksa menanyakan kotak merah itu. Belum ada 5 menit yang lalu dirinya memamerkan barang baru yang dia beli itu kepada Kila. Kemungkinan Aksa melihat dirinya menunjukan dari kotak merah itu kepada Kila.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba penasaran dengan kotak merah ini?" Raynar mengangkat kotak merah itu. Aksa sangat penasaran.

"Tadi aku melihat kamu menunjukannya kepada Kila." Jawab Aksa.

Raynar tertawa. Iya, pantas saja.

"Memangnya ada hubungan apa anda dengan Kila?" Tanya Raynar sambil tersenyum.

"Apa urusanmu untuk tahu hubungan aku dengan Kila?" Aksa mulai merasa tidak senang.

"Kalau begitu aku tidak akan memberitahumu apa isi kotak merah ini." Raynar meletakan kotak merah itu kembali. Raynar tersenyum.

Aksa semakin penasaran. Bukankah itu cuma sebuah kotak? Sepertinya Raynar dan Kila menyembunyikan sesuatu? Apa jangan-jangan mereka bermain di belakang! Pikiran Aksa mulai bergemuruh.

"Aku pacar Kila...." Aksa memberitahu Raynar agar dia bisa segera melihat isi kotak merah itu.

"Ah, benarkah?" Raynar membesarkan matanya. Raynar merasa lucu. Raynar ingat waktu itu Kila yang tidak tertarik seks dan tidak bisa terangsang dengannya. Kenapa bisa laki-laki ini mau dengan Kila. Raynar tertawa.

Aksa hanya tertegun.

"Kenapa kamu tertawa? Apa yang lucu." Aksa merasa aneh.

"Berarti kamu sudah tahu kan Kila seperti apa?"

"Aku tidak mengerti apa maksudmu?"

Raynar tersenyum. Apakah Aksa akan terkejut dengan isi kotak merah yang dipegangnya?

"Lihatlah sendiri." Raynar membuka kotak merah itu.

"Ini barang baru milikku, Neck Collar Wrist Handcuff ." sambung Raynar sambil mengangkat benda dari kulit berwarna merah itu.

Aksa cukup terkejut saat melihat Raynar menunjukan Handcuff aneh itu. Aksa berpikir sepertinya benda ini pelengkap untuk kepuasan seks BDSM. Jantung Aksa berdebar, ada rasa sakit dan kecewa.

Aksa memendam amarahnya, pikirannya kembali emosi. Kenapa Kila terbuka soal seks dengan pria ini? Apakah Kila dan Pria ini melakukannya? Apa dirinya tidak cukup memuaskan Kila? Aksa sangat marah dengan Kila. Padahal dia sangat percaya dengan Kila.

Raynar melihat Aksa yang terdiam. Wajahnya merah, Alisnya berkerut dan tangannya tampak mengepal, dia nampak marah. Urat-urat di tangannya terlihat jelas.

"Kenapa? Apa berarti kamu belum tahu semua soal Kila?" Raynar menyukai reaksi Aksa. Dia terus memancingnya.

"Aku belum tahu apa yang akan kamu akan beritahu kepadaku." Aksa membiarkan Raynar membuka apapun tentang Kila.

Raynar mendekati Aksa.

"Dengan senang hati aku akan memberitahumu. Tapi kamu janji tidak memukulku atau melawanku." Raynar memegang Handcuff dari kotak merah itu.

Aksa merasa Aneh. Raynar menatapnya seperti itu. Matanya yang berbeda warna itu terlihat sangat mengerikan. Tapi Aksa tidak takut dengan Raynar!

"Baik, aku janji1"

Raynar tersenyum dan mengelus perut Aksa.

°°°

"Hm, tumben Pak Aksa telat?" Kila mengambil handphonenya. Aksa telat 30 menit! Kila mulai panik, berarti dia harus menginfokan bahwa meeting di undur.

"Memangnya pak Aksa tidak mengabarimu, Kila?" Tanya Lina sambil membereskan beberapa lembar kertas di atas mejanya.

"Tidak, harusnya jam 8 dia harus sudah di kantor. Karena kita mau meeting jam 10." Sekarang sudah jam 8.32! Kila mencoba menelponnya, sedari tadi tidak diangkat.

"Cukup aneh. Dia sangat cerewet kalau soal waktu." Kila mencoba menelponnya lagi. Tetap tidak diangkat. Kila mulai panik.

Kila mengecek Email team dan grup chat. Tidak ada kegiatan di site. Karena schedule Aksa, hanya Kila lah yang mengaturnya sebagai sekretaris.

"Aku cek mobilnya dulu." Kila beranjak dari mejanya.

"Mungkin dia ada urusan pribadi dadakan Kila." sahut Lina.

Kila berpikir. Tidak mungkin dia melewatkan meeting akhir bulan, dia pasti mengabari jika ada hal dadakan.

Kila melangkah kecewa, karena mobil Aksa juga tidak ada di parkiran. Kila bertambah bingung.

"Pak ada lihat mobil pak Aksa masuk parkiran, dan keluar kantor lagi?" Tanya Kila kepada Security.

"Tidak ada bu, ada apa?" Tanya Security.

Kila diam. Otaknya mulai berpikir. Mungkinkah Aksa sakit? Atau ada urusan dengan pak direktur? Atau...

Kila mulai khawatir, mengangkat handphonenya lagi dan mencoba lagi menghubungi nomor Aksa.

°°°

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang