***
Kila segera mencuci piring dan gelas bekas sarapannya. Matanya masih berat. Jam 4 dia baru terlelap, selepas kepergian Aksa. Dirinya sebenarnya mengantuk, tapi otaknya aktif berpikir... berpikir dan berpikir.... Di dalam hati kecilnya dia menyesal kelakuannya yang membuka jalan dirinya dan pak Aksa melakukan hal itu.
"Haaaaah... Semakin tua bukannya aku semakin benar" Kila menghela napasnya. Kila mengambil handphonenya dan bersiap mengunci pintu rumahnya. Kila melihat ada panggilan masuk.
"Halo ibu... Maaf tadi saya sibuk mencuci piring"
"Kila, minggu ini bisa pulang ke rumah?"
"Sepertinya bisa, ada apa bu? Kok tumben ibu nyuruh. Biasa saya datang sendiri kan?"
"Ini loh bapakmu. Dari bulan kemaren iseng cariin jodoh buat kamu..."
What???
"Ibuuuu... Kan Kila sudah bilang belum mau nikah!" Kila sadar suaranya nyaring.
"Ibuuu..." Kila mengecilkan suaranya.
"Sudah temui saja dulu calonnya, kalau tidak suka ya tinggal kamu tolak"
Kila tahu. Tapi kalau ditolak orang tuanya pasti bakal marah dan menyinggungnya terus-terusan.
"Saya kerja berangkat kerja dulu bu, nanti saya pikirkan"
"Kila..."
Kila mematikan handphonenya. Kila menutup pintu pagarnya. Sebenarnya dia juga tidak masalah mau dijodohkan apalagi pilihan orang tua itu pasti yang terbaik.
Permasalahannya, apakah orang itu bisa menaikan birahi Kila dan mau menerima Kila, Kila dengan tabiat buruknya dalam bercinta. Apa mau suaminya didominasi dengan segala macam ritual "menyakitkan" di tubuhnya.
Walaupun masih ditahap Erotisme. Dia yakin pasti akan merembet ke Ekstremisme. Kila merinding sendiri. Dirinya saja sampai ke dokter karena khawatir dengan kebiasaannya itu, sekarang dia malah ketemu pak Aksa, bosnya!
"Ahhh sudahlah!"
Kila mencoba tenang dan duduk di halte, menunggu busnya.
Kila menghela napasnya. Baru saja dia menemukan kesenangan semalam tiba-tiba dirinya harus sadar, tidak semua orang mengerti permasalah dirinya. Bagi orang tuanya Kila belum menikah hanya karena belum punya pacar. Tapi tidak mungkin dirinya jujur soal hal tabu di dalam dirinya.
***
Cuaca hari itu tiba-tiba mendung, Kila khawatir dirinya kehujanan saat turun dari Bus. Matanya terasa pedih, karena kurang tidur. Kila menerawang beberapa hari yang lalu. Kila masih mengingatnya dengan baik.
"Jangan khawatir, kamu hanya menyukai seks, itu tidak berbahaya"
Kila teringat kata-kata Aksa. Kila menghela napasnya, menopang wajahnya dan memandangi gerimis yang mulai turun.
Entah kenapa dia jadi berubah liar saat Aksa menyentuh dirinya. 2 kali berhubungan seks dengan bosnya itu, mungkin pengalaman yang sangat tidak terlupakan selama dirinya bekerja.
"Andai aku dan pak Aksa..." Kila menepuk pipinya. Kila harus sadar diri tidak mungkin selamanya dirinya dan Aksa akan menjalin hubungan lebih dari partner seks.
Saat ini Aksa masih sibuk dengan urusan di Site. Dia sama sekali tidak menghubunginya. Tim mereka berkomunikasi via Email, selebihnya Aksa tidak pernah menghubunginya secara pribadi. Kila sadar akan posisinya.
Hujan tiba-tiba turun. Kila melirik jam di tangannya. Masih ada waktu 20 menit lagi dia akan sampai di halte dekat kantornya. Kila segera berdiri mendekati pintu bus. Kila berpikir, apakah dirinya akan nekat saja berlari dari halte ke kantornya?
Akhirnya, Kila memutuskan untuk menunggu hujan mereda di halte. Dia berharap ada rekan kerjanya yang juga baru datang dan membawa payung. Tapi sudah 10 menit, hujan semakin deras bukannya malah berhenti.
Kila melirik toko antik Raynar. Biasanya dia menyapa Raynar di setiap pagi. Tapi pagi ini, dia tidak terlihat membersihkan etalase depan tokonya. Tentu saja ini hujan deras, tapi terlihat dia sudah membuka tokonya. Kila berpikir, karena halte lumayan dekat dengn toko Raynar, dia akan numpang ke toko Raynar dahulu dan meminjam payung.
Kila pun menerjang hujan dan berlari menuju masuk ke dalam toko antik Raynar. Suasana dingin menerpa tubuh Kila, dia sedikit kebasahan.
"Permisi" Kila langsung masuk kedalam toko Raynar. Tapi Raynar seperti tidak ada di tokonya. Kila memanggil Raynar lagi. Tidak ada jawaban. Kila menepuk-nepuk pakaiannya yang basah.
"Ray...?" Kaki Kila menendang beberapa barang yang berhamburan di lantai.
Kila merasa aneh dan mulai penasaran. Tapi ruangan itu sepi, hanya suara hujan deras yang terdengar sayup-sayup dari luar toko. Kila mengendap-ngendap ke belakang ruangan itu. Ternyata toko Raynar punya lantai tingkat.
"Raynar?" Kila memanggilnya lagi. Masih tidak ada jawaban. Akhirnya Kila memutuskan untuk keluar saja dari toko Raynar dan sepertinya dirinya harus nekat berhujan-hujanan. Kalau dipikir-pikir kantornya juga sudah dekat.
Baru saja Kila akan membalikan badannya, Kila mendengar suara teriakan dan suara-suara aneh dari lantai atas. Kila terkejut, jangan-jangan ada perampokan.
"Raynar? Hallo?" Kila memanggil Raynar lagi. Tetap tidak ada jawaban. Tapi suara-suara aneh itu sayup-sayup terdengar. Kila tidak terlalu jelas karena suara hujan terdengar nyaring juga.
Kila mengambil handphonenya, dan mencoba memastikan dahulu sebelum menelpon polisi. Kila menaiki tangga itu dengan mengendap-ngendap.
Sesampainya di lantai atas. Kila malah dikejutkan, Raynar dan Sosok wanita.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
RomanceKila Damaya didiagnosa menderita compulsive sexual behaviour ringan. Dia memutuskan untuk tidak memiliki kekasih hingga dirinya benar-benar menemukan orang yang mengerti dirinya. Tapi Kila kelepasan mengeluarkan sisi liarnya dan meminta Aksa, atasan...