Part 31: Iam sorry

8.7K 469 4
                                    

°°°

"Undangan Makan siang?"

Kila meletakan handphonenya di kasur. Besok adalah minggu, tentu saja hari terbaiknya untuk bermalas-malasan di kasur. Tapi Aksa mengirimkan pesan, bahwa ayahnya mengajaknya makan siang besok. Lalu bagaimana bisa menutupi kalau hubungan mereka berdua sedang tidak baik di depan ayahnya Aksa?

Kila menarik napas sedalam-dalamnya. Dia bangkit mengambil cermin di mejanya. Dia melihat sekali lagi kissmark yang ditinggalkan Kandi. Untung memarnya sudah sedikit pudar.

"Kurang ajar sekali Kandi!" Kila mengusap kasar lehernya.

Walaupun dirinya tidak merasa terangsang, tapi tetap saja bekas Kandi itu sangat menganggu pikirannya . Padahal Kandi tahu, Aksa dan dirinya sedang bermasalah, dia malah mengambil kesempatan!

"Apa aku bicara soal ini kepada Aksa." Kila takut, kalau suatu hari Kandi akan kembali melakukan itu. Kila merasa jijik mengingat Kandi menciumi lehernya.

"Tidak..." Kila tidak ingin merusak hubungan persahabatan Aksa dan Kandi. Kila pasrah dan merebahkan badannya lagi.

Handphonenya berbunyi.

"Aku mampir 20 menit lagi. Ada titipan ayahku buatmu."
Aksa kembali mengirimkan pesan.

Kila kebingungan, seperti biasa bosnya itu selalu dadakan.

"Astaga... Bapak satu itu." Kila bangkit lagi dari kasurnya. Dia membuka lemarinya, dan mengganti pakaiannya. Kila tidak ingin Aksa melihatnya dengan baju minim. Padahal Aksa sering melihatnya tanpa sehelai benang pun, tetap saja mood Kila hari ini sedang tidak enak.

°°°

Aksa duduk di pinggir terasnya. Dia masih memakai baju kerja yang sama. Kila meletakan mug berisi teh panas di samping Aksa.

"Terima kasih Kila." Aksa tersenyum, dia senang Kila masih mau bersikap baik dengannya.

"Hm." walaupun Kila menjawab singkat. Dia terlihat sangat manis bagi Aksa. Kila duduk berjauhan dari Aksa.

"Ini titipan ayahku, katanya buat makan malammu." Aksa menaruh bungkusan di samping Kila.

Kila masih diam. Dia menatap Aksa yang menghirup teh panasnya. Kila lalu mengalihkan pandangan ke depan rumahnya yang gelap itu.

"Area rumahmu cukup seram juga." Aksa meletakan mugnya.

"Hm iya, tapi sewa disini murah dan aman. Aman karena sering ada patroli polisi yang keliling kompleks. Tapi tetap saja, Ibuku ketakutan kalau malam-malam duduk disini ."

"Apa kamu mau, aku pasangkan beberapa titik lampu di depan rumahmu?" Tanya Aksa.

"Apa pak Aksa bisa?" Kila balik bertanya.

"Aku dulunya Electrician khusus alat berat, kalau pasang lampu jalan, sambil tutup mata juga bisa."

"Hm, pantas pak Aksa suka marah-marah kalau ada pekerjaan Electrician yang kurang benar..." Kila menopang wajahnya, Kila menahan senyumnya. Dia masih kesal dengan Aksa.

"Aku memang suka bersuara keras, supaya orang lebih mengingat dan mengerti kesalahan mereka."

"Berarti hari ini aku harus memarahimu, pak Aksa?" Kila sengaja menyinggung Aksa.

"Hm?" Aksa menatap Kila. Aksa senang-senang saja jika Kila memarahinya saat mereka mulai bercinta. Tentu Aksa akan membuatnya menjerit sampai pagi. Aksa memijit kepalanya, otaknya mulai berpikir seks disaat yang tidak tepat.

"Lalu kissmark itu? Apa boleh aku juga memarahimu?" Aksa bertanya balik. Wajah Kila memerah, dia membuang wajahnya tapi Kila menyadari wajah Aksa sudah tidak muram seperti saat di kantor tadi.

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang