57.PENGHIANATAN DI ATAS PENGHIANATAN

28 6 1
                                    

Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam lebih, akhirnya Angkasa dan yang lainnya sampai di sebuah Villa yang terletak di pelosok, mereka harus melalui beberpa perkampungan sebelum mencapai ke lokasi itu.

Mereka turun dan langsung menyapukan pandangan mereka ke seitar. Kosong dan tak terawat, itu yang bisa mereka simpulkan dari keadaan Villa itu. sangat jelas bahwa villa ini sudah lama tertinggal dan tak terawat, ditambah beberapa pepohonan besar disekiarnya yang membuat kesan Villa ini semakin menyeramkan.

"Kamu pernah kesini? "

Indah membalikkan tubuhnya mendengar pertanyaan dari lelaki yang sedari tadi hanya mendiaminya. Bintang, lelaki itu melihat raut gelisah dari kekasihnya itu merasa sedikit bersalah karena sedari tadi mendiaminya, seolah-olah membuat Indah menjadi orang yang bersalah.

"Ini villa tante aku, mamanya Rio. tapi dari 2 tahun yang lalu emang nggak kepake lagi," Jawab Indah sambil menoleh ke arah Bintang yang berdiri di sampingnya.

"Why? "

"Tante bunuh diri karena depresi, Cuma itu yang aku tau. "

DEG

Okeh, kini ke khawatiran Bintang bertambah. Bagaimana tidak, tempat tempat yang seperti ini pasti mempunyai aura negatif yang pasti membuat Bulan semakin tersiksa. Penculik Bulan seolah benar-benar tau jika Bulan mempunyai kemampuan tersebut dan itu membuat Bintang semakin marah. Ia mengepalkan tangannya dengan keras ia bersumpah akan membunuh dalang dari semua ini.

"Kita masuk, kalo nunggu polisi dateng terlalu lama." Komando Angkasa. "Adam,Uus, kalian jaga Rini dan Indah di belakang jangan sampai ada korban baru lagi. Sisanya mencar cari keberadaan Bulan."

Semuanya menagngguk dan melakukan apa sesuai yang sudah diperintahkan oleh Angkasa tadi. mereka mengecek satu persatu ruangan yang aada di sana dengan teliti tanpa ada celah sedikitpun. Semuanya fokus hingga terdengar suara teriakan dari salah satu ruangan yang belum mereka periksa yang berada di belakang.

"JANGAN!!!!! "

Mendengar suara teriakan itu mereka bergegas untuk berkumpul di ruang tengah. "Kita cek," Ucap Angkasa memerintahkan dan langsung di balas anggukan oleh semuanya.

Di sisi lain, Rio berusaha untuk membuka matanya menghalau rasa pusing yang dirasakannya akibat pukulan tadi. Rio mengedarkan pandangannya ke sekitar, ia masih beraa di ruangan yang sama bedanya, kini ia juga terikat sama dengan Bulan tadi.

Di seberang ia bisa melihat Bulan yang masih tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari hidungnya, gadis itu benar-benar terlihat sangat mengenaskan. Kini rasa bersalah menyerang dirinya. Rio hendak bangkit untuk menghampiri Bulan namun seseorang menahannya dari belakang.

"Kau mau kemana boy,." Edo berjalan ke depan Rio yang masih berusaha memberontak.

"Pah!! Lepasin!!"

"Tidak Rio, Papa akan lanjutkan rencana kita, sekarang kamu hanya perlu diam dan menyaksikan." Ucap Edo dibarengi dengan senyum miringnya.

"Udah pa! dia udah tersiksa,"

"Tidak cukup, dia tau terlalu jauh. Sepertinya dia berniat menyusul Ayahnya."

"Pah!!"

Uhuk Uhuk Uhhuk.

Suara batuk Bulan mengalihkan pandangan keduanya. Bulan terbatuk dan mengeluarkan dari dari mulutnya. Ia menyipitkan matanya berusha melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi saat ini.

"Sudah bangun rupanya." Edo berjalan ke arah Bulan sambil mengulas senyuman tipis. Bulan melihat senyuman itu membuat amarahnya memuncak. Hingga pada saat Edo berdiri tepat di depannya Bulan mendongak dan meludahi Edo dengan cairan bercampur darah dari mulutnya itu.

CERITA DARI LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang