47. DUKA

47 6 0
                                    

~ Happy Reading ~

Bulan perlahan membuka matanya sambil sedikit menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Ia melihat ke sekitar, ternyata ia masih di kamarnya yang terlihat berantakan karena ulahnya tadi. Namun bedanya kini tidak ada orang disana, hanya ada dia. Ia bangun hendak meraih gelas di sampingnya karena tenggorokannya terasa kering.

Di sisi lain, tepatnya di ruang keluarga rumah Bulan hanya suara tangis yang terdengar. Semua berkumpul disana dengan suasana yang bisa dibilang kurang mengenakkan. Angkasa dan Awan terus bolak balik sambil menelpon seseorang, Bapak dan Rini menenangkan Ibu yang menangis tersedu.

"Bang, apa nggak sebaiknya kita aja yang kesana?" Tanya Bintang, ada raut kesedihan di wajahnya.

"Kita nggak bisa ninggalin Bulan dulu,"

"Tapi Bang, "

"Dan jangan kasi tau Bulan dulu, dia bakalan makin syok kalo tau Oma dan Opa kecelakaan. "

PRANG!!

Semua orang yang ada di sana langsung mengalihkan pandangan mereka menuju ke arah suara tadi.

"Astaga sayang," Kiky langsung berlari menghampiri Bulan yang diam mematung, menatap ke arah mereka. "Kita pindah dulu kaki kamu nanti kena beling." Kiky hendak meraih tangan Bulan namun malah ditepis leh sang empu.

"Lepas!"

"Lan," Panggil Kiky pelan

"Oma sama Opa kenapa?" tanya Bulan sambil menatap anggota keluarganya satu-satu. "Bang, mereka jadi kesini kan?" Bulan menatap ke arah Awan dengan penuh harap, namun Abangnya itu hanya diam.

"Kenapa diem sih!" Bulan berjalan ke arah mereka tanpa mempedulikan kakinya yang menginjak pecahan gelas tadi. "Buk, Oma kenapa Buk?" Bulan mengguncang Ibu.

"Lan, duduk dulu kaki kamu luka sayang," Tegur Kiky yang meringis melihat bercak darah yang keluar dari telapak kaki kekasihnya itu.

"Diem KI!!" Bulan menepis tangan Kiky dengan kasar. "NGOMONG BI!! OMA SAMA OPA KENAPA!!!"

"Mas angkasa kenapa diem?"

"KALIAN KENAPA!!! AAAAKKHHH!!!!" Bulan berteriak sambil memukul-mukul kepalanya dengan kencang. Ia menunduk menangis,berusaha menepis kenyataan bahwa kakek dan neneknya celaka karenanya.

"Oma. Hiks, Opa. Maafin Bulan" Ucap Bulan lirih di sela tangisannya. "Ini semua gara-gara aku " kalau saja Bulan tidak emosi dan memaksa Opa dan Omanya untuk segera datang, kalau saja Bulan bisa sabar sedikit menunggu penjelasan dari Angkasa, kalau saja dan semuanya hanya sebuah penyesalan sekarang.

Semua orang langsung mendekat untuk menenangkan Bulan dan mengatakan bahwa itu bukanlah salahnya. Namun semua sia-sia, Bulan sudah terlebih dulu mengkalim dirinya sebagai dalang dari semua ini.

Setelah kehebohan yang terjadi, Semuanya memutuskan untuk langsung memastikan menuju ke rumah sakit. Namun keberuntungan sedang tak berpihak pada Oma dan Opanya. Mereka berdua dinyatakan meninggal dunia tepat setelah beberapa menit dibawa ke rumah sakit.

Hancur? Sangat. Itu yang sedang dirasakan Angkasa dan adik-adiknya. Sosok kakek nenek yang selalu berusaha menjadi pengisi setelah ketiadaan kedua orang tua mereka kini telah pergi. Satu-satunya keluarga yang mereka miliki kini sudah mengikuti jejak ayah dan Bundanya.

Kedua jenazah langsung dibawa ke rumah untuk segera dikebumikan. Kiky dan teman-teman yang lain turut membantu. Sedangkan Bulan semenjak pulang dari rumah sakit, ia hanya berdiam diri di kamar, tidak mengizinkan siapapun untuk masuk.

"Ayah Bulan nyusul Bunda ke surga. Jadinya sekarang Opa sama Oma jadi orang tua kamu. "

"Trus Ibuk sama Bapak?"

CERITA DARI LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang