45.SAYANG

59 7 2
                                    

~ Happy reading ~

Kiky benar marah padanya, tadi sepanjang sekolah sampai pulang sekolah lelaki itu terus menghindarinya dengan berbagai alasan. Bahkan disaat Bulan menurunkan gengsinya untuk menghampiri lelaki itu terlebih dahulu, Kiky malah pergi dengan alasan Gue mau bimbing anak OSIS baru. Dasar mantan ketua OSIS bangke! Umpat Bulan dalam hati.

Padahal sepulang sekolah mereka berencana untuk mengunjungi makan Ayah dan Bunda bersama, namun karena Kiky sudah terlanjur merajuk akhirnya Bulan datang dengan Rini.

Setelah selesai menaburkan bunga pada makam kedua orang tuanya, Bulan langsung beranjak dari sana.

"mungkin dia emang lagi sibuk Lan," Ucap Rini setelah mendengarkan cerita Bulan tentang Kiky tadi, sebenarnya lebih ke celaan dan umpatan sih.

"ck, udah kelas dua belas juga. Nggak lulus mampus tu anak," gerutu Bulan.

"Nah, kalo yang itu nggak mungkin deh," ucap Rini sambil nyengir. Untuk siswa seperti Kiky, presentasi tidak lulusnya adalah 0,000000001% alias hampir tidak mungkin. Otak cemerlang, aktif organisasi, kesayangan guru, baik dan tauladan. Ganteng lagi!! Sekolah akan terkena kutukan jika tidak meluluskan anak emas seperti Kiky.

"Dah, jangan bahas dia lagi, ke café deket sini dulu ya, gue mau beli minuman. "

Okeh,

---o0o---

Bulan sampai di rumah sekitar pukul 6 sore, karena mampir ke cafe terlebih dahulu untuk membeli teh madu untuk meredakan demamnya dan Bintang.

Bulan menenteng minuman yang ia beli tadi menuju ke kamar Bintang untuk diberikan kepada saudara kembarnya itu. walaupun Bulan yakin jika Bintang sudah sembuh, namun ia tidak akan tenang jika tidak mengecek langsung.

Ceklek.

"Bi, aku bawain teh madu buat redain dee-" Bulan menghentikan ucapannya ketika melihat siapa yang kini sedang menatapnya. Bukan Bintang, melainkan lelaki yang sedari tadi membuatnya kesal dan bingung secara bersamaan.

Bulan melihat ke arah Kiky yang sedang duduk sambil memetik gitar, kemudian sedetik kemudian ia kembali tersadar akan tujuannya kesini.

"Nih, demamnya udah reda?" Tanyanya menghampiri Bintang yang duduk di tempat tidur sambil memangku laptop. Bulan mengecek suhu tubuh Bintang dengan tangannya. "Udah nggak. Tapi nih, minum." Bulan menyerahkan minuman yang ia bawa.

"Kamu udah enakan? Tadi katanya ke UKS?" Tanya Bintang. Ia juga mengecek suhu tubuh saudara kembarnya itu dengan punggung tangannya yang di tempelkan di kening Bulan.

"Masih anget, pasti gara-gara pulang pake motor." Ucap Bintang sambil menoleh ke arah Kiky bermaksud menyindir. Namun Kiky masih mempertahankan mode merajuknya.

"Yaudah aku ke kamar dulu ya, "

Cup

Bulan mencium Pipi kanan Bintang dengan cepat, bermaksud memanas-manasi lelaki yang duduk di seberang. "Besok pagi aku berangkat bareng Bapak kok, dah!" kemudian ia keluar dari kamar lelaki itu dan berjalan menuju ke kamarnya.

Di kamarnya Bulan tidak bisa tidur sama sekali, ia kepikiran tentang jadwal konsultasi yang diberikan Angkasa tadi. jadwal pemeriksaanya semakin lama semakin padat, yang kemarin hanya satu kali dalam dua minggu menjadi satu kali seminggu dengan waktu yang semakin di tambah juga.

Jujur Bulan sangat tidak nyaman dengan hal itu. Ia seperti dipaksa untuk mengingat dan melupakan secara bersamaan. Seperti ada hal dibalik semua ini yang ingin dihapuskan leh orang-orang sekitar Bulan dari pikirannya.

CERITA DARI LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang