62.KEPUTUSAN

25 5 0
                                    

Happy Reading

"DENGAN INI PENGADILAN MENYATAKAN BAHWA SAUDARA EDO DIJATUHI HUKUMAN PENJARA SELAMA 20 TAHUN DENGAN BEBAS BERSYARAT."

TOK TOK TOK

Bulan menghela nafas lega, ia melirik ke sampingnya, disana terlihat Angkasa yang sedang tersenyum ke arahnya, tangannya digenggam erat oleh laki-laki itu. Kemudian sebelah tangan laki-laki itu naik kearah kepala Bulan dan mengusapnya dengan lembut. "I'm Proud" ucapnya, dengan senyuman yang tak luntur.

Ya, Bulan memutuskan untuk meringankan hukuman yang diterima oleh Om Edo. Yang tadinya bisa dijatuhi hukuman seumur hidup, bahkan hukuman mati, menjadi 20 tahun. Bulan rasa waktu itu sudah sangat cukup untuk Lelaki itu merenungi kesalahannya selama ini. Bulan juga Merasa bahwa hukuman yang sebenarnya sudah didapatkan setimpal oleh Om Edo, yaitu kehilangan anak semata wayangnya, Rio.

keluarga beserta teman-teman Bulan hanya ikut apa yang dimau oleh gadis itu. Karena pada kenyataannya, Bulan yang paling berhak atas semua itu.

setelah pulang dari pengadilan, Bulan dan Angkasa harus langsung kembali ke rumah sakit, karena Bulan harus melakukan pemeriksaan terakhir. sedangkan Bintang danyang lainnya sudah harus kembali lagi ke sekolah.

"Kalian berdua lihat, di bagian kepala belakang terdapat beberapa gumpalan darah." Dokter menjelaskan sambil menunjuk gambar Ronxen.

"itu bentuk cedera akibat kecelakaan yang kemarin kamu alami" lanjut dokter itu.

"penanganannya bagaimana dokter?" Tanya Angkasa

"Bisa dengan operasi, atau terapi berkelanjutan."

"Bedanya apa?" Tanya Angkasa lagi.

"Jika kamu melakukan terapi, kemungkinan akan membutuhkan waktu yang lama, dan kamu Mungkin akan merasakan beberapa gejala yang cukup sakit." Sang dokter menjeda ucapannya. "Dan jika kamu bersedia unuk di operasi, kemungkinannya adalah 50% melihat dari keadaan kamu kemarin, dan kemungkinan ada beberapa efek samping lagi,"

Angkasa yang mendengarkan itu hanya diam. Ia meremas tangannya sendiri sambil menatap sendu ke arah gambar yang ada di depannya. perlahan ia melihat ke samping, ke arah gadis yang akan mengalami resiko demi resiko yang tadi dikatakan oleh dokter.

Bulan terlihat masih memperhatikan hasil ronxen kepalanya itu dengan seksama. Namun bisa Angkasa lihat dari wajahnya tidak menapsirkan apapun, hanya tatapan kosong yang berusaha Bulan tutupi.

"Lan-"

"Saya mau terapi aja dokter," Ucap Bulan akhirnya berbicara, Ia menampilkan senyum manisnya pada Dokter itu. "Tapi bisa nggak, jadwal terapinya disesuaiin sama sekolah saya? soalnya bentar lagi saya ujian, jadi ngga Mungkin kalo saya bolos terus." Lanjutnya. Dengan senyuman yang tidak luntur.

Bulan seakan-akan sangat antusias dengan pengobatan yang akan ia jalani itu, tidak ada rasa takut yang terlihat. Dan hal itu berhasil Membuat Angkasa yang berada di dampingnya Merasa semakin sesak.

Hatinya terenyak saat mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari mulut gadis itu.

Kenapa tuhan sangat jahat kepada adiknya? Mungkin itu pertanyaan terbesar Angkasa saat ini. Gadis di sampingnya ini,, Adik perempuannya sedang tidak baik-baik saja, ah! ralat, ia selalu tidak baik-baik saja. Entah itu fisik maupun Batinnya.

Dan sekarang gadis itu sedang tersenyum manis. senyuman yang selalu Membuat lelahnya hilang. Senyuman yang selalu membuatnya ingin segera pulang dan memeluk adiknya ini.

Tuhan? Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Gimana Mas?" Pertanyaan Bulan berhasil membuyarkan lamunan Angkasa.

"Huh?" Tanyanya Binguung.

"Ih! Jangan bengong! Kata dokter bisa di sesuaiin sama sekolah aku, nanti terapinya pas libur aja, jadinya aku bisa tetep sekolah!" Jawabnya.

Angkasa yang melihat Bulan, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah dokter. Sang dokter seolah menegerti, Ia mengangguk meyakinkan Angkasa tentang apa yang dikatakan oleh Bulan tadi. Kemudian ia kembali melihat ke arah Bulan yang masih menunggu persetujuannya.

"Kamu nggak mau operasi aja? kita operasi doi luar negeri? pasti disana bakalan Lebih terjamin? Hm?" Tanya Angkasa berusaha memberikan pilihan. Mendengar pernyataan dokter tentang efek samping dari terapi dan jangka waktunya Membuat nya takut. ia tidak bisa membayangkan adiknya itu harus merasakan sakit yang berkepanjangan.

"nggak! Udah! Mas Angkasa tenang aja, Bulan kuat kok! kan ada dokter juga."

"Lan,"

"Kalo gitu terimakasih ya dokter! nanti selanjutnya Kita bakalan kesini lagi. Makasih, Permisi dokter..." Bulan memotong ucapan Angkasa. Gadis itu langsung menarik Kakaknya untuk keluar dari ruangan Dokter.

Angkasa hanya pasrah saja ditarik seperti itu oleh adiknya, hingga sampai di mobil Angkasa akhirnya mengeluarkan suaranya. " Lan, Kita operasi aja ya?" tanya Angkasa, Namun Bulan hanya menjawabnya dengan gelengan, tanpa melihat ke arah Angkasa.

"Sayang, Mas yakin di luar negeri pasti Lebih terjamin lagi, Bisa jadi kemungkinannya jadi 70 atau bahkan 90 persen." Ucap Angkasa masih berusaha meyakinkan. Namun Bulan tetap dengan pendiriannya.

"Please Lan, Mas nggak mau Kenapa-napa lagi?" Kini Angkasa memelankan suaranya, hingga terdengar lirih. Ia menatap Bulan dengan tatapan memohon agar adiknya itu mau menuruti perkataanya.

Bulan yang awalnya melihat ke arah jendela berbalik kearah Angkasa. Dapat Angkasa lihat disana, bulir air mata mulai berjatuhan dari mata indah Adiknya itu.

"Aku masih mau sekolah mas, aku masih mau main-main sama temen-temen aku." Ucap Bulan, sedetik kemudian tangisnya tak bisa lagi dibendung. Angkasa langsung membawa adiknya itu kedalam pelukannya. memeluk erat Adik perempuannya itu dengan se erat-eratnya.

dapat Angkasa rasakan punggung adiknya yang bergetar karena menangis. Bulan menumpahkan semua tangisnya di dalam dekapan kakaknya itu.

"Aku masih mau bebas main sama mereka Mas. Aku bahkan belum 1 tahun sekolah lagi." Ucapnya lirih sambil menangis.

"Aku takut Mas, aku takut nggak bisa sama-sama kalian lagi. aku Lebih baik nahan semuanya biar bisa sama-sama kalian. Aku ngga mau mati,"

"Ngga, kamu bakalan terus sama-sama kita. ngga ada yang bakalan pergi lagi."

"Kita bakalan terus sama-sama. Mas janji."

"Kamu akan sehat. Mas janji!!" Ucap Angkasa dengan kesungguhan, walau ia tak tau apakah janji itu akan benar-benar terpenuhi atau tidak.

TBC

MATI APA NGGAK YAAA..

NANTI KALO MATI BERARTI AKU PAS NULIS LAGI KESEL.

TAPI KALO IDUP BERARTI AKU NULSINYA LAGI SENENG.

CERITA DARI LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang