-Happy Reading-
Langit sore itu terlihat suram seolah-olah ikut membawa kabar duka pada manusia yang ada di bawahnya. Perlahan rintik demi rintik luruh jatuh ke bumi, membasuh tanah yang menjadi saksi bahwa di dalam bawah sana, ada sesosok manusia yang sudah terpejam tenang. Jiwanya terbang menandakan tugasnya di bumi telah usai.
Satu persatu payung hitam mulai dibuka, membuat pemakaman menjadi semakin ramai dengan warna kelam itu. Mereka semua menunduk, sesekali menatap ke arah gundukan tanah yang ditaburi bunga itu.
Dia telah pergi. Benar-benar pergi. Tugasnya di dunia telah usai, urusannya telah selesai. Perlahan satu, persatu pelayat pergi, menyisahkan Bintang dan beberapa orang saja.
"Makasih," Bintang mengusap batu nisan itu sambil menghela nafas. Ia menoleh ke arah Indah yang menepuk bahunya pelan. "Ayo, kita pulang." Ucapnya.
Bintang hanya tersenyum simpul serauya mengangguk pada Indah. Ia berdiri dan perlahan melangkahkan kaki meninggalkan makam.
"Mau pulang langsung?" Tanya Bintang pada Indah yang baru mendudukkan dirinya di kursi penumpang.
"Mau ikut kamu aja,"
Bintang kembali menampilkan senyumannya pada Indah. Gadis di sampingnya ini selalu saja bisa membuatnya tersenyum dan melupakan satu demi satu kesedihan yang ia rasakan walau hanya sebentar.
Bintang menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya ke tempat beberapa hari terakhir ini Bintang selalu kunjungi.
----o0o----
Ruangan dengan cat putih itu terasa sepi, hanya ada suara mesin di sana. Mesin-mesin yang menandakan bahwa ada manusia yang sedang berjuang untuk tetap berada di bumi.
Sudah 2 hari terakhir ini seorang gadis cantik itu menutup mata dengan damai disana. Terbaring lemah dengan bantuan mesin-mesin sebagai penyokong kehidupan.
Dia Bulan. Ya, gadis itu bisa terselamatkan kemarin setelah melalui hampir 4 jam operasi dan kini dinyatakan koma.
CEKLEK
Pintu ruangan itu terbuka menampakkan Kiky yang masuk dengan membawa buket bunga di tangannya. Lelaki itu duduk di kursi yang berada di samping berangkar Bulan.
"Hai, aku dateng Lan." Kiky menaruh buket bunya itu di nakas "Aku tau kamu lebih suka dibawain buku atau mainan dan semacamnya. Tapi,"
Kiky meraih tangan Bulan dan mengenggamnya erat "Kata Bunda itu nggak romantis, dia suruh aku bawa bunga." Kiky terkekeh sejenak "Huh, padahal dia nggak tau ya, romantisnya kita itu kayak gimana. "
Terjadi lenggang sejenak Kiky diam menatap wajah pucat gadisnya sambil sesekali mengecup tangan Bulan. "Maaf Lan. Maaf karena sempat jadi pengecut kemarin." Ucapnya tulus.
Kemarin tepat saat Bulan dinyatakan koma, Kiky terus saja menyalahkan dirinya sendiri. Tidak mengamuk seperti Bintang, namun dia hanya diam, tidak makan, minum, mandi bahkan berbicara pun baru tadi sore saat Adam datang padanya dan membentak-bentaknya menyadarkan. Mungkin jika tidak disadarkan oleh temannya itu Kiky akan terus menerus diam seperti patung.
"Rio,"
"Rio udah pergi Lan. Dia dimakamkan tadi sore."
"Aku sempet marah ke tuhan karena ngambil dia sebelum aku bisa bales perlakuan dia ke kamu. Tapi, setelah aku tau kalo dia juga yang nyelametin kamu, aku jadi marah ke diri aku sendiri karena belum bisa bilang makasi ke dia."
Kiky terus saja berbicara pada Bulan, menceritakan hal-hal menarik berharap gadis itu akan bangun dan menanggapi setiap ceritanya.
"Huh, dateng juga Lo, "Kekeh Bintang sambil berjalan mendekat ke arah berangkar Bulan. Ia menepuk bahu Kiky pelan "Gue kira masih mau diem-dieman." Lanjutnya.
"Ck, abis dari mana?" Tanya Kiky sambil berdecak kesal.
"Kantor polisi, Indah mau ketemu sama Om nya dulu tadi," Jawab Bintang sambil duduk di saping tempat tidur Bulan. Tangannya terangkat untuk mengelus puncak kepala Bulan" jangan lama-lama tidurnya Lan, nanti Kiky selingkuh. And oh ya, Ki Bulan kayaknya nggak suka bunga mawar merah deh." Ucapnya berniat mengejek Kiky.
Kiky hanya mendengus kesal. "Kata dokter keadaan Bulan membaik dengan cepat. Mungkin beberapa hari lagi dia bakalan sadar. Jadi lo punya kesempatan buat nyari buna yang lebih bagus lagi" Ucap Bintang. kiky hanya mengangguk sambil memutar bola mata malas, lihatlah kelakuan kakak iparnya ini yang selalu mengejeknya.
"Soal Om Edo?" Tanya Kiky
"Dia terjerat pasal berlapis, khusunya penculikan dan pembunahan berencana." Angkasa ngajuin penjara seumur hidup atau hukuman mati. "
"Disetujuin?"
"Gue yang nolak," Jawab Bintang
Kiky mengerutkan dahinya bingung "Why?" tanya Kiky "dia udah coba bunuh Bulan dan bahkan nyiksa Bulan sebelum itu, dan Lo nolak permintaan Abang lo buat jeblosin dia ke penjara seumur hidup? Dan perlu gue ingetin lagi kalo dia juga yang udah ngerencanain penyekapan ayah lo dulu. Lo masih waras kan?" Tanya Kiky lagi merasa tidak terima dengan sikap Bintang.
"gue tau, Angkasa juga sempat bilang gitu ke gue, tapi." Bintang menjeda ucapannya menlihat ke arah Bulan yang setia dengan metanya yang terpejam.
"Entah kenapa gue nggak rela aja. Gue tau dia salah, sangat salah, bahkan ngeliat mukanya pun gue juga nggak sudi Ki, tapi entah kenapa gue berfikiran kalo Bulan nggak bakalan setuju dengan hal itu."
":Lo tau Bulan kan, dia punya cara lain untuk balas semuanya. Dan firasat gue nggak gini caranya. Gue mau Bulan sendiri yang menghakimi dia, dia yang paling berhak disini. Selain itu gue rasa dengan kematian Rio, anak satu-satunya cukup buat itu tua bangka tersiksa. "
Keduanya kemudian diam. Keduanya menatap ke arah gadis di depan mereka dengan penuh harap. Penjelasan panjang lebar yang dikatakan Bintang tadi ada benarnya. Dari semua kejadian ini, Bulan yang menjadi korban, dia yang selama ini terus tersiksa jadi memang hanya dia yang berhak memnerikan ganjaran untuk pelakunya.
Kini harapan mereka hanya satu, melihat Bulan bangun dan memperbaiki semua kejadian ini. Sehingga semuanya akan kembali baik baik saja.
----o0o----
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA DARI LANGIT
Teen FictionBulan Putri Galaksi, adalah seorang gadis biasa dengan kemampuan spesialnya yang selalu ia anggap sebagai anugerah tuhan namun menjadi aib di mata orang lain. setelah 3 tahun terkurung oleh masalalu akhirnya ia kembali menghirup Udara bebas, tentu...