26. DUA PASANG MERPATI PUTIH

125 5 0
                                    

Happy reading
🐈

Setelah kejadian itu Bulan memutuskan untuk tidak sekolah beberapa hari. Tubuhnya lemas, dan juga jiwanya lelah. Ia bisa mengingat dengan jelas setiap perkataan dan perlakuan Wira kemarin. Hal itu membuat kepalanya kembali sakit, bahkan semakin sakit.

Untuk kasus Hana, ia serahkan dan percayakan pada teman-temannya dan Bintang. Bintang memerintahkannya untuk tidak terlibat lagi. Tugasnya sudah selesai, kini giliran ia dan teman-temannya yang menyelesaikan sisanya. Bulan harus beristirahat.

Kini Bulan sedang berbaring di tempat tidurnya memikirkan sesuatu. Bukan tentang Hana, benar kata Bintang sudah cukup ia terlibat dengan kasus Hana, mengingat kemarin hampir saja ia tidak bisa kembali karenanya.

Ia kini memikirkan tentang kejadian saat itu terbully di kamar mandi. Suara -suara itu, Bulan memikirkannya. Dari mana datangnya suara itu, mengapa sangat menyakitkan bagi Bulan. Dan juga kejadian di kamar mandi itu juga sedikit membekas pada Bulan. Kejadian itu terlihat tidak asing baginya. Namun Bulan juga belum tau kenapa.

Ia memutuskan untuk mengambil buku catatan langitnya, menuliskan semuanya di sana. Hal yang mungkin sedikit membuat Bulan tenang. Walaupun hanya sedikit.

"Apa Bulan pernah kaya gitu Yah? Bulan pernah dibully??" Tanyanya pada kehampaan malam.

"Tapi kenapa suara itu nyuruh Bulan buat mati? Emang Bulan salah apa?"

"Trus kenapa mereka juga sebut anak?" Bulan bingung.

Sebenarnya ia tidak jelas mengingat suara-suara itu. namun ada beberapa yang Bulan ingat yaitu, BUNUH, MATI dan, ANAK. Kejadian kemarin seperti sangat tidak asing bagi Bulan, tapi kenapa? Terutama kata-kata itu, itu selalu memutar di otaknya sampai membuat kepalanya kembali sakit.

"Euhhgghh " Bulan melenguh sambil memegang kepalanya yang kembali berdenyut sakit. Selalu seperti ini, saat Bulan mencoba mengingat atau memikirkan sesuatu yang membuatnya penasaran. Kepalanya akan terus menerus berdengung dan sakit seolah ingin meledak.

"Are You Okay?? "

Bulan menoleh ke arah suara itu. Disana ada Kiky yang berjalan kearahnya sambil membawa nampan berisikan air minum. Kiky duduk di samping Bulan dan meletakkan nampan itu di sampingnya.

"Kamu nggak apa-apa? Masih sakit?" Tanyanya lagi. Tangannya mengelus lembut kepala Bulan. Bulan hanya menggeleng sebagai jawaban, ia tidak ingin membuat orang khawatir.

"Cuma masih pusing, dikiiit aja" Ucap Bulan.

"Yaudah, Nih minum dari ibuk tadi "

Bulan mengambil jus yang diberikan Kiky, meminumnya sedikit. "Kalian pada kemana? Dari tadi nggak keliatan."

"Ke kantor polisi sama rumah pak Wijaksana. Kasusnya udah diterima sama mereka. Tinggal liat aja hasilnya. Mungkin besok tuh bajingan udah di tangkep."

"Eh, mulutnya, yang sopan" Ucap Bulan sambil menyentil mulut Kiky.

"Sakit lan!!" Ucap Kiky sambil memegangi bibirnya yang tadi disentil Bulan."Lagian, bajingan brengsek pun belum pas buat sebut dia. Dia itu lebih. Apalagi setelah dia hampir buat kamu kayak gitu kemarin. Coba kalo bukan karena rencana, udah mati dia di tangan aku sama Bintang"

Mendengar ocehan Kiky membuat Bulan terkekeh. Sungguh pacarnya ini benar-benar benar cerewet dan dingin di waktu yang sama. Mengingat beberapa hari ini Kiky selalu bersikap dingin dan serius saat menangani kasus Hana. Dan melihatnya bisa berceloteh panjang lebar membuat Bulan senang, akhirnya semuanya benar-benar kembali seperti semula.

CERITA DARI LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang