41.MARAH

72 6 0
                                    

Happy Reading

Bintang sudah tidak bisa membendung emosinya lagi, Indah terus-menerus menyudutkan nya dengan rentetan pertanyaan. Sedangkan saat ini ia juga sedang cemas dengan keadaan Bulan yang belum juga sadar.

"DIA ADEK KEMBAR GUE!! BULAN SAUDARA KEMBAR GUE!! PUAS LO!!"

Mata Indah langsung melotot tidak percaya dengan perkataan Bintang tadi, ia juga kaget karena Bintang meneriakinya di saat seperti ini.

"Tang jaga emosi lo,"

"sekarang mending lo keluar atau-"

"Akhh!!"

Bintang langsung mengalihkan perhatiannya saat mendengar jeritan dari Bulan, ia bahkan belum menyelesaikan kalimatnya pada Indah tadi. Bintang langsung mendekat dan mengelus kepala Bulan dengan khawatir. "Hey, its Okay, Im here,"

"Mending kita bawa pulang aja Tang, gue takut dia kenapa-kenapa." Ucap Kiky khawatir. Ia juga tidak mau Bintang kembali berdebat dengan Indah, baginya disini tidak ada yang salah. Indah yang tidak tau apa-apa dan Bintang yang tersulut emosinya.

Tanpa menjawab perkataan dari Kiky, Bintang langsung mengendong Bulan dan membawanya keluar, namun tepat saat dia melewati Indah yang masih diam karena terkejut ia melirik ke arah Rini yang berada di samping Indah "Jaga dia, gue balik duluan. Tas gue sama Bulan ntar lo yang bawa," Ucapnya yang langsung di angguki oleh Rini.

Setelah itu Bintang keluar bersama Kiky untuk membawa Bulannya pulang. Sebenarnya ia ingin membawa Bulan ke rumah sakit, namun atas saran dari Kiky lebih baik dibawa ke rumah saja, Bulan akan lebih nyaman disana, yang terpenting Bintang bersamanya.

Setelah kepergian Bintang tadi Rini memilih untuk diam di UKS bersama Indah yang tentu saja masih menangis karena kejadian tadi.

"Udah, mending lo istirahat dulu. Setelah itu baru gue jelasin." Ucap Rini menenangkan.

"Tapi-"

"Bintang suruh gue jagain lo, jangan bantah. Tidur! Gue beli minuman dulu, haus." Mendengar hal itu Indah langsung mengangguk dan menuruti perkataan Rini. Dia memang butuh istirahat, ia pasti akan membutuhkan tenaga yang lebih untuk menerima kenyataan-kenyataan yang akan diceritakan Rini nanti. Jadi dirinya harus kuat.

Setelah beristirahat selama kurang lebih satu jam akhrinya Rini memutuskan untuk memberitahu semuanya, ia sudah tidak taha dengan rengekan Indah yang terus menerus memaksanya untuk segera bercerita.

Rini membawa Indah ke rooftop sekolah untuk menceritakan semuanya, agar aman. Ia menceritakan semuanya yang Indah berhak tau, tentang siapa Bulan, kenapa dia seperti itu sampai alasan Bulan selama ini menyembunyikan identitasnya kepada semua orang.

Indah mendengarkan dengan seksama, sesekali hendak protes dan bertanya lagi namun ditahan oleh Rini dengerin dulu, jangan protes. Ia sesekali terkaget dengan beberapa fakta yang diceritakan Rini,

"Gue nggak tau lo setelah ini mau bersikap kayak gimana ke Bulan ataupun Bintang, yang penting gue udah cerita semua yang berhak lo tau Ndah, setelahnya terserah lo. "

"aku bingung,"

"Nggak apa-apa, lo masih kaget Ndah, dan soal kejadian tadi gue mohon lo jangan bilang ke siapa-siapa. "

"Kenapa?"

"Bintang nggak bakalan biarin Bulan jadi topik pembicaraan orang lain lagi. Dan soal Bintang lo tenang aja, nanti gue ngomong ke dia. Jangan takut."

Indah hanya mengangguk pasrah, jujur, ia masih sangat kaget dan belum sepenuhnya bisa menerima semua ini. Ini terlalu tiba-tiba, untung saja jantungnya tidak kumat.

CERITA DARI LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang