Hanya untuk kali ini saja, tolong hadir menemani malam meskipun hanya lewat mimpi.
●●●●●
R
aphael merasa separuh jiwanya menghilang ntah kemana. Dia tidak bisa melakukan hal kejam seperti itu pada Flora. Dia tidak mungkin sanggup hidup tanpa Flora.
"Minum dulu," ujar Shila duduk di samping Raphael.
"Thanks," balas Raphael mengambil satu botol minuman dingin.
Shila memperhatikan dengan jelas raut lelah Raphael. Cowo yang ada di sampingnya ini pasti sedang dilanda rasa bimbang yang luar biasa.
"Gimana keputusannya?" tanya Shila pelan.
Raphael menggeleng. "Gue gak bisa lakuin itu Shil. Gue masih percaya kalau Flora akan bangun."
"Kita egois gak sih Rap kalau kayak gini?"
Shila memandang lurus ke depan. "Kita kayak nahan Flora buat pergi. Kita terkesan kayak nyiksa dia."
Raphael langsung meremat kuat botol minum yang sedang dia pegang. Raphael tidak suka mendengar kata-kata Shila, sangat tidak suka.
"Gue cuma mempertahankan apa yang seharusnya emang gue pertahanin Shil," ujar Raphael dingin.
Raphael beranjak dari duduknya. "Gak ada siapapun yang berhak mencabut alat bantu Flora."
"Gue masih percaya Flora akan bangun. Gue percaya itu."
Shila ikut berdiri di samping Raphael. "Gue juga percaya, Rap. Gue selalu percaya itu tapi pernah gak sih lo mikir kalau ternyata selama satu tahun ini kita udah nyiksa Flora dengan biarin dia hidup tanpa buka mata?"
"Dokter benar Rap kita gak bisa kayak gini terus," ujar Shila lagi.
"Kalau gue gak mau itu artinya lo juga harus gak mau," ujar Raphael tetap pada pendiriannya.
"Pliss... Rap. Jangan egois," mohon Shila. "Mau nunggu sampai kapan lagi Rap? Setahun lagi? Dua tahun? Atau sampai kapan?"
Raphael terdiam membisu. Dia sendiri juga tidak tau harus menunggu berapa lama lagi. Dia tidak bisa memastikan kapan gadisnya akan terbangun dari tidur panjangnya.
"Gue mimpi ketemu Flora," ucap Raphael pelan.
"Gue sangat berharap mimpi itu bakal jadi kenyataan, Shil. Gue berharap Flora akan datang ke gue."
Shila diam-diam menghapus air matanya. "Tapi sayangnya itu cuma mimpi. Itu cuma mimpi dan sampai kapanpun akan terus menjadi mimpi."
Shila melenggangkan kakinya meninggalkan Raphael begitu saja.
"Gue cuma gak mau nyiksa Flora lebih lama lagi Rap," rintih Shila.
Selama satu tahun Flora koma Shila selalu berharap bahwa akan ada satu hari dimana Flora dapat membuka matanya. Tapi semenjak perkataan sang Dokter tempo lalu Shila menjadi merasa bersalah. Dia merasa sudah melarang Flora untuk pergi dari dunia.
"Akhir-akhir ini gue kangen banget sama Ibu," lirih Flora.
"Kira-kira kayak mana wajah asli Ibu. Selama ini gue cuma bisa lihat dari foto," kekeh Flora.
Shila hanya memandang pedih ke arah Flora.
"Gue pengen samperin Ibu, Shil."
Shila memandang ke atas langit. Melihat taburan bintang yang hanya sedikit terbentang di sana. "Apa ini udah saatnya Flo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Novela JuvenilRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...