9

2.3K 151 7
                                    

Nyatanya ikhlas itu sulit, bahkan sampe detik ini sangat sulit untuk bisa menerima kenyataan yang tidak pernah ada di dalam bayangan.

●●●●●

R

aphael benar-benar kehilangan kata-kata ketika melihat Lauren berada di depan gerbang rumahnya. Ntah apa tujuan gadis itu datang sepagi ini ke rumahnya.

"Ini masih pagi dan lo udah nguji kesabaran gue aja," gerutu Raphael.

Lauren tersenyum lebar. Ia memperlihatkan paper bag yang sedang dia bawa ke depan wajah Raphael.

"Gue masak nasi goreng," ujar Lauren senang. "Ayok kita sarapan bareng sebelum berangkat," ajaknya.

Tolong beritahu Raphael bagaimana cara menjauhkan Lauren dari hidupnya, pandangannya dan dari pikirannya.

"Siapa yang nyuruh lo masuk!" bentak Raphael melihat Lauren masuk ke dalam rumahnya tanpa sepertujuan sang pemilik rumah.

"Gue mau masuk sendiri," ejek Lauren.

"Keluar gak lo! Keluar!"

"Siapa lo ngusir-ngusir gue."

"Ini rumah gue!"

"Lo masih pagi udah emosian aja. Lagian ini rumah orangtua lo bukan rumah lo jadi lo yang cuma numpang di sini bagus siapin gue minum," titah Lauren terus menguji kesabaran Raphael.

"Anjing," umpat Raphael sudah tidak tahan.

Lauren tertawa kencang mendengar itu. "Buta mata lo masa manusia secantik gue dikatain anjing."

"Udahlah terserah lo aja," pasrah Raphael menaiki tangga menuju kamarnya.

"CEPAT BERSIAPNYA YA!"

Lauren mendengar dumelan Raphael. Tapi sungguh Lauren benar-benar tidak peduli. Dia juga tidak merasa takut dengan Raphael.

Sejujurnya orangtua Raphael adalah rekan bisnis orangtuanya. Dari awal Lauren sudah mengenal Raphael hanya saja tidak pernah terlibat komunikasi hanya saling pandang ketika mereka tidak sengaja ketemu di salah satu acara ulang tahun perusahaan.

Lauren tau bahwa selama beberapa bulan ke depan Raphael akan tinggal seorang diri karena orangtuanya yang sedang menjalani bisnsi ke luar negeri. Lauren juga tau bahwa di rumah sebesar ini Raphael tidak menggunakan pembantu dan satpam. Laki-kaki itu sangat mandiri dia menyelesaikan segala pekerjaan rumah seorang diri hal itu yang menjadi nilai plus untuk Lauren.

"Beneran tinggal setengah otaknya," gerutu Raphael memasang asal dasi di kerah seragamnya.

Raphel dengan ogah-ogahan datang kembali ke ruang makan.

Lauren yang melihat itu tersenyum senang. "Sini-sini duduk di sebelah aku," ujar Lauren menarik kursi di sampingnya.

"Silahkan duduk tuan raja," lanjut Lauren.

"Hari ini gue masakin makanan kesukaan lo," ujar Lauren memberitahu.

"Tadaaaaa. Nasi goreng spesial buat calon pacar."

Raphael menatap sinis Lauren setelah mendengar kata-kata terakhir yang terlontar dari mulutnya.

"Gue ambilkan buat lo," kata Lauren meletakan nasi goreng buatannya ke atas piring.

Raphael menatap lapar ke arah nasi goreng dengan telur ceplok setengah masak. Raphael menelan salivanya. Dia ingin makan tapi gengsi.

"Perut gue bunyi lagi," batin Raphael.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang