20

3K 168 2
                                    

Sedang merindukan suasana hangat di dalam rumah.

Tertanda, Yaya.

●●●●●

Raphael benar-benar tidak datang ke rumah sakit. Dua hari sudah berlalu dan selama dua hari itu juga Raphael tidak menampakan wajahnya dihadapan Flora.

"Mau sampe kapan lo nyiksa diri lo sendiri kayak gini?" tanya Novan pada Raphael yang tengah pura-pura sibuk membaca buku. Padahal Novan sangat yakin Raphael tidak benar-benar membaca. Mungkin matanya memang mengarah pada buku tapi tidak dengan isi kepalanya.

"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo, Rap."

"Buat apa lo menghindar dari Flora kayak gini? Lo gak kasihan sama dia? Walaupun dia gak sadar tapi dia tentu masih bisa merasakan. Dia tau kapan lo datang jenguk dia," ujar Novan lagi pada Raphael yang masih fokus pada buku yang dia pegang.

"Selagi masih ada waktu seharusnya lo manfaatin dengan baik. Lo berada di sampingnya. Temani dia sampe napas terakhir. Jangan sampe lo nyesal," lontar Novan.

Raphael meletakan buku yang sama sekali tidak dia baca ke atas meja. Novan benar, Raphael sama sekali tidak membaca tulisan-tulisan yang ada di dalam buku itu.

"Gue gak sanggup makanya gue gak ke sana. Lo pikir gue sanggup lihat orang yang gue sayang sekarat kayak gitu?" pungkas Raphael.

"Permisi," ujar Lauren mengetuk pintu kelas.

"Kenapa, Lau?"

"Gue mau bicara sebentar sama Raphael. Bisa?"

Novan menoleh menatap Raphael.

"Sana temuin dulu," suruh Novan.

Raphael sebenarnya sangat malas untuk berbicara apapun hari ini. Tapi Novan terus memaksanya membuat Raphael kesal dan memilih menghampiri Lauren.

"Jangan lama-lama bentar lagi bel masuk," peringat Novan.

Raphael dan Lauren berjalan menuju rooftop.

"Ngapain bawa gue ke sini?"

"Gue mau ngomong serius sama lo," lontar Lauren.

Raphael menaikan dagunya. Seolah menyuruh Lauren untuk berbicara.

"Gue denger dari Shila katanya lo mau berhentikan seluruh alat bantu Flora. Benar?"

"Iya, benar." Raphael menjawab dengan lugas.

"Kenapa, Rap?  Kenapa lo lakuin itu?"

Raphael menyorot tajam Lauren. Memberi tatapan yang begitu menusuk.

"Lo gak tau apa-apa. Lo itu cuma orang baru."

"Tapi orang baru ini juga berhak memberi komentar," balas Lauren tak kalah sengit.

"Lo gak bisa nyerah gitu aja. Lo gak bisa lepasin Flora kayak gitu. Seharusnya lo lebih berjuang lagi. Lebih sabar lagi!"

"Diam!" bentak Raphael.

"Lemah lo, Rap. Lemah," hardik Lauren.

"Tolong diam," sergah Raphael.

"Bisa-bisanya Flora punya pacar lemah kayak gini," ujar Lauren semakin tidak terkendali.

"Gue kira lo kuat ternyata cuma cowo lemah yang gak bisa apa-apa. Nyesel gue pernah suka sama lo," cetus Lauren.

"DIAM ANJING DIAM!"

"LO GAK TAU APA-APA BANGSAT!"

Lauren menutup matanya ketika teriakan dan cacian itu keluar dari mulut Raphael.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang