12

2.3K 155 18
                                    

Bergerak atau diam, hanya itu.

Bergerak untuk mencari tau segala hal dan diam untuk membiarkan banyak hal terlewati begitu saja.

●●●●●

"

Mel, kenapa kamu datang malam-malam?"

Melda menarik tangan Novan. Membawa pacarnya untuk duduk di teras rumah.

"Ada apa? Kok gak bilang kalau mau datang?"

"Aku mau nanya sama kamu, Nov. Tapi tolong kamu jawab yang jujur. Kamu jawab sesuai apa yang kamu tau."

Novan semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan pacarnya. Perasaan dia gak ada buat salah apa-apa tapi kenapa Melda memintanya untuk jujur.

"Kamu tau apa hubungan Shila sama Raphael yang sebenarnya?"

"Hubungan?"

"Iya, mereka itu pacaran atau gimana. Kamu kan temennya Raphael kamu juga sekelas sama Shila pasti kamu tau sesuatu."

Novan menyilang kakinya. "Aku gak tau apa-apa."

"Bohong," hardik Melda. "Gak mungkin kamu gak tau."

"Aku gak bohong. Kenapa juga aku harus bohongin kamu?"

Melda terdiam. Benar, apa untungnya Novan berbohong.

"Kamu kenal aku udah lama, Mel. Kamu tau gimana aku tanpa harus aku jelasin, kan?"

"Maaf, aku cuma kasihan sama Lauren tadi dia nangis karena mikirin hubungan Raphael sama Shila," ungkap Melda.

Novan mencoba mengerti. "Tapi itu bukan alasan untuk memicu keributan diantara kita."

"Gak selamanya di dalam pertemanan itu kita harus selalu terbuka."

"Sampein maaf aku ke Lauren karena aku gak bisa ngasih jawaban yang dia mau. Aku juga gak mau nanya hal ini sama Raphael aku gak mau usik masalah pribadi orang lain. Kam€ paham, kan?" ujar Novan mengelus pipi Melda.

"Kalau Raphael percaya sama aku pasti dia akan cerita dengan sendirinya. Aku gak mau memaksa hal yang sebenarnya gak perlu aku tau juga," ujar Novan berusaha memberi pengertian pada Melda.

Novan merangkul Melda. Menyandarkan kepala Melda di bahu tegapnya. "Sebagai sahabat Lauren kamu pasti mau bantu dia. Aku percaya kamu teman yang baik Mel tapi ada kalanya kamu harus ngerti kalau gak semua yang kita lakukan akan terus mendapatkan titik terangnya."

●●●●●

"Maaf aku baru datang," ujar Raphael pada Flora.

"Maaf juga aku gak bawain kamu bunga hari ini," lanjutnya.

Seperti biasa Raphael akan duduk di depan brankar Flora.

"Maafin aku yaa, Flo. Maaf karena hari ini aku terkesan nyakiti kamu. Aku berani sumpah kalau aku gak ada perasaan apa-apa sama Lauren. Aku cuma suka sama kamu, Flo."

Air mata Raphael meluruh. Ia menggenggam tangan Flora yang terbebad dari selang infus. "Kamu marah ya sama aku? Maafin aku ya sayang."

Kapan Flora akan bangun? Kapan gadis itu akan kembali membuka matanya? Apa tidur adalah hal yang begitu menyenangkan sampai Flora enggan untuk sadar.

Raphael sangat membutuhkan Flora. Tidak mudah menahan rasa sakit melihat orang yang kamu cintai terbaling lemah di depan kamu. Terkadang justru ini lebih menyakitkan dari pada di tinggal pergi selamanya.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang