2

3.6K 261 9
                                    

Hai, capek ya? Sama, aku juga. Tapi, jangan nyerah ya! Harus maju terus walau banyak menginjak paku.

●●●●●

Bel pulang begitu nyaring terdengar ke seluruh penjuru sekolah.

Lauren yang melihat Raphael berada di parkiran langsung berlari kecil menghampirinya. Tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang menatap Lauren dengan satu pandangan yang sama, tidak suka.

"Pulang bareng aku ya," ujar Lauren mengapit lengan kanan Raphael.

Raphael menghembuskan napas gusar. Harus dengan cara apa agar Lauren bisa segera pergi dari hidupnya?

"Lepas!" sentak Raphael.

Raphael memandang sinis Lauren sementara yang dipandangin hanya bisa tersenyum kikuk.

"Urat malu lo udah putus?" tanya Raphael dingin.

"Gak! Siapa bilang udah putus?" jawab Lauren tidak terima.

"Tapi kenyataannya urat malu lo emang udah putus," ujar Raphael membuat Lauren mengerutkan keningnya.

"Buktinya lo gak malu ngejar-ngejar gue!" sambung Raphael.

Lauren terpaku mendengar itu. Suara Raphael benar-benar membuat banyak pasang mata mengarah kepadanya.

"Gue cuma mau pulang bareng," ucap Lauren pelan.

Raphel naik ke atas motornya. Suara motor yang sudah menyala membuat Lauren menghela napas pasrah. Dia yakin bahwa sampai kapanpun Raphael tidak akan pernah mau memberinya tumpangan.

"Gue gak punya alasan apapun untuk pulang bareng lo," hardik Raphael menancap gas meninggalkan Lauren dengan perasaan yang tak terbalaskan. Lagi dan lagi Lauren merasa harga dirinya jatuh, benar-benar jatuh.

"Gue gak pernah nyangka kalau suka sama lo bisa sesakit ini," lirih Lauren memandang motor Raphael yang sudah keluar dari gerbang sekolah.

Lauren tidak berbohong dengan mengatakan bahwa ia menyukai Raphael. Lauren benar-benar menyukai laki-laki itu. Terlepas dari segala sikap dingin dan kasarnya Lauren tetap ingin Raphael menjadi miliknya.

Melda dan Novan saling pandang. Mereka berdua mendengar dan melihat dengan jelas apa yang terjadi antara Raphael dan Lauren.

"Kamu bilang ke Lauren supaya stop ngejar-ngejar Raphael," pesan Novan pada Melda.

"Susah Van," jawab Melda.

"Aku udah berulang kali ingatin Lauren bahkan Ruby juga udah sering bilang ke Lauren. Tapi susah, Lauren keras kepala," ujar Melda memberitahu.

Novan memasangkan Melda hodie berwarna hijau lumut. "Tapi mau sampai kapan Lauren kayak gitu?"

●●●●●

"Lo seharusnya jangan terlalu kasar Rap," ujar Shila setelah mendengar cerita Raphael.

Shila adalah tempat cerita Raphael. Perempuan itu selalu tau apa yang terjadi dengan Raphael.

"Tapi gue udah gak tahan Shil, gue gak suka dikejar kayak gitu," papar Raphael.

Shila tertawa kecil mendengarnya. "Beruntung banget emang Flora," ujar Shila menatap Raphael.

Mengingat Flora membuat Raphael tersenyum getir. Kapan gadis itu akan bangun?

"Masuk gih, gue mau pulang dulu," pamit Shila beranjak dari kursi kantin rumah sakit.

Shila dan Raphael saat ini sedang berada di rumah sakit. Mereka berdua datang  dengan tujuan yang sama.

Setelah Shila pergi meninggalkan kantin rumah sakit kini Raphael tengah berjalan seorang diri di koridor rumah sakit. Jika dinding rumah sakit ini dapat bicara pasti ia akan mengatakan bahwa dirinya sudah sangat bosan melihat Raphael yang setiap hari selalu datang berkunjung.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang