Begitu sakit yang saat ini aku rasakan, ada kecewa yang tidak dapat aku katakan. Tapi demi kamu, aku akan belajar kuat supaya kamu tidak perlu ragu dalam mengambil keputusan. Aku percaya kamu laki-laki baik, kamu pasti bisa melewati ini semua.
-Flora Charlotte.
●●●●●
Raphael babak belur. Laki-laki itu baru saja dipukul habis-habisan oleh Evan. Sementara Shila hanya bisa menangis.
"Berhenti, Van. Aku bilang berhenti. Udah cukup kamu main hakim sendiri!"
Shila berjongkok di samping tubuh Raphael yang sudah tampak tidak berdaya.
Raphael telah menceritakan semuanya, awalnya hanya bercerita pada Shila namun Shila dengan cepat memberitahu Evan dan Novan.
Evan marah, dia marah karena dia orang yang paling tau bagaimana Raphael menunggu Flora bangun dari koma.
"Ini semua juga salah kita. Seharusnya kita gak ninggalin Raphael di sana. Dia pergi dan berujung ketemu Lauren juga karena kita, kan?"
Evan dan Shila terdiam mendengar penunturan Novan yang sama sekali tidak salah.
"Niat Raphael baik tapi siapa sangka kalau niat baiknya berujung kayak gini," sambung Novan lagi.
"Sorry, Rap. Maafin kita," sesal Shila membantu Raphael untuk duduk di sofa.
"Gue marah sama lo semua. Itu sebabnya gue ngejauh. Gue ngerasa semua ini terjadi karena kalian," ujar Raphael mengusap sudut bibirnya yang robek.
Evan melempar handuk kecil pada Raphael.
"Gue berasa gak berguna sebagai teman. Gue gak bisa bantu lo keluar dari masalah ini. Gue marah sama lo, gue mukulin lo karena gue tau secinta apa lo sama Flora. Sebesar apa pengorbanan dan perjuangan yang udah lo lakuin buat Flora," ungkap Evan.
Raphael tersenyum tipis. Dia sama sekali tidak marah pada Evan. Padahal Evan baru saja membuat wajahnya penuh luka.
"Flora udah tau?" lirih Shila.
"Udah. Bahkan Flora nyuruh gue untuk bertanggung jawab."
Shila kembali memangis. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Flora saat ini.
"Dan lo setuju sama permintaan Flora?"
●●●●●
Mungkin saat di depan Raphael, Flora sama sekali tidak menangis yang terlalu berlebihan. Tapi sekarang, di dalam kamarnya Flora menangis dengan hebat.
Menangis mengeluarkan seluruh rasa sakitnya, rasa kecewa dan rasa marah.
Flora menangis sampai dia sendiri tidak bisa menghentikan tangisan yang begitu memilukan.
Barang-barang Flora sudah hancur di atas lantai.
Flora memeluk erat kakinya. Menangis sampai segugukan, menangis sampai matanya kian membengkak dan menangis sampai suaranya nyaris hilang.
Flora tidak bisa memberitahu bagaimana rasa sakitnya, rasa sakit yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata.
"Jahat, kamu jahat Rap," rintih Flora.
Flora ingin menampar Raphael, mencaci maki laki-laki itu. Tapi Flora tidak pernah sanggup melakukan hal itu pada seseorang yang sudah sangat berjasa dalam hidupnya.
Flora juga tahu bahwa Raphael sama terlukanya. Flora tahu bahwa Raphael begitu mencintainya. Raphael begitu menyayanginya. Dan Raphael benar-benar laki-laki yang setia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Teen FictionRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...