Aku sudah belajar bersabar, aku juga sudah berjuang agar kamu bisa melihat ketulusan aku. Tapi kini aku sadar bahwa sampai kapan pun kamu memang tidak akan pernah bisa menerima kehadiranku.
-Lauren Samantha.
●●●●●●
"Assalamualaikum, Bunda...."
Suara yang begitu riang berhasil membuat lekungan indah terukir di bibir Lauren. Ia tersenyum dengan mengulurkan kedua tangannya, siap menyambut pelukan dari Rara yang tengah berlari kecil menghampirinya.
"Rara kenapa lama kali pulangnya? Bunda kesepian," ujar Lauren menyilang kedua tangannya, pura-pura marah.
Sang bocah hanya bisa menampilakan cengirannya. "Tadi makan di luar sama Papa."
"Oh iya? Makan apa?" tanya Lauren begitu antusias.
"Makan---"
Rara menghentikan perkataanya ketika melihat Raphael masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apapun.
"Papa," panggil Rara.
"Papa..."
Lauren menatap heran punggung tegap Raphael, tidak biasanya Raphael mengabaikan Rara.
"Rara ada buat salah sama Papa?"
Bocah cantik itu menggeleng. "Rara gak ada buat Papa marah. Papa pas di mobil juga diam aja, Bunda."
Lauren mengerutkan keningnya. Ada apa dengan Raphael? Kenapa wajah suaminya tampak sangat muram.
"Rara beneran gak ada buat salah kan pas makan di cafe sama Papa tadi?"
Lagi, Rara kembali menggeleng. "Nggak ada, Bunda. Tapi waktu di sana tadi Rara ketemu sama tante cantik."
Lauren semakin mengernyit. "Tante cantik?"
"Iya, tadi Rara juga kenalan sama tante itu. Kata tantenya Rara cantik sama kayak Bunda."
"Rara tau siapa nama tante cantiknya?"
Rara mengangguk antusias. "Tau, Bunda."
"Nama tante cantik itu.... Flora."
Lauren terduduk lemas, sekarang ia tahu apa yang menjadi penyebab Raphael seperti itu.
Kenapa Flora harus kembali?
Berusaha untuk terlihat baik-baik saja Lauren mengelus lembut rambut Rara. "Rara masih ingat apa nama tempat Rara makan siang tadi?"
"Kata asisten Papa namanya cafe Arya."
Sekali lagi Lauren tampak benar-benar kehilangan kekuatannya. Kenapa harus cafe Anggara? Lalu kenapa Raphael dan Flora bertemu di sana?
"Rara, kamu ganti baju sendiri yaa. Selesai ganti baju kamu langsung tidur siang. Bunda mau bicara sama Papa dulu, kamu gak pa-pa kan hari ini tidurnya gak Bunda temani?"
"Gak-papa Bunda, tapi nanti malam Rara minta dibacain buku cerita sama Papa ya," pinta Rara.
"Iya, sayang. Nanti Bunda sampein sama Papa, sekarang sana kamu masuk kamar dulu."
"Oke doki, Bundaaaaa."
Setelah memastikan Rara sudah masuk ke dalam kamar, hembusan napas lelah terdengar dari Lauren. Perempuan yang masih tetap terlihat cantik meskipun sudah memiliki anak itu pun kini tampak berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Dengan berat hati Lauren terus melangkah menuju kamarnya dengan Raphael.
Pemandangan pertama yang Lauren lihat saat pintu kamar terbuka adalah kekacauan dari seorang Raphael Harisson.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Teen FictionRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...