Terkadang kata maaf juga dapat melukai hati seseorang.
●●●●●
Seharusnya jika Raphael tidak bisa membalas perasaan Lauren, laki-kaki itu tidak perlu mengatakan hal yang dapat meluluh-lantakan hati Lauren.
Biar bagaimanapun Lauren adalah seorang perempuan, pemilik hati yang paling lembut.
Lauren tidak suka dikasihani. Bahkan Lauren sama sekali tidak mengharapkan Raphael untuk mengatakan hal seperti itu.
"Dasar bodoh, dasar cowo bodoh," lontar Lauren.
"Dia pikir perasaan gue gampangan apa!"
"Gue juga gak butuh dia. Emang dia siapa! Sok kegantengan banget jadi orang." Lauren masih keki. Masih tidak bisa menerima dengan apa yang dikatakan Raphael beberapa saat yang lalu.
"Anjing," ujarnya mengumpat.
"Kenapa gue berhenti di depan cafe ini lagi."
Dari tadi Lauren membawa mobilnya tanpa arah dan tujuan yang jelas. Tangannya sibuk menyetir dan mulutnya sibuk berceloteh panjang lebar.
"Masuk gak ya," ujar Lauren menimang. "Ntar kalau ketemu sama cowo aneh itu lagi gimana."
"Tapi masa gue gak masuk, kan malu mana udah parkir," ujar Lauren kebingungan sendiri.
"Masuk aja kali yaa, beli makanan terus pulang."
Saat Lauren ingin membuka pintu mobil dia dikejutkan dengan laki-laki yang sempat mengajaknya kenalan beberapa waktu yang lalu. Ntah apa yang sedang dilakukan pria itu. Tapi Lauren dapat melihat dengan sangat jelas bahwa laki-laki yang bernama Anggara itu sedang memberi makan seekor kucing yang berada di dekat salah satu meja pegunjung yang berada di luar cafe.
Lauren terpaku, memperhatikan tangan Anggara yang dengan lembut mengusap-ngusap kepala sih kucing. Kadang laki-laki itu berbicara pada kucing putih yang Lauren sangat yakin bahwa kucing itu tidak akan pernah mengerti ucapannya.
Lauren terus memfokuskan matanya melihat ke sana. Tanpa sadar kaca mobilnya sudah turun. Dan hal yang membuat Lauren malu adalah ketika Anggara menoleh ke arahnya, mengerutkan kening lalu tertawa pelan. Eye smile miliknya sangat membuat mata nyaman.
"Sial, malu banget gue," gerutu Lauren menaikan kaca mobilnya seperti semula.
"Duh, kok bisa kepergok sih," decaknya.
Tok... tok...
Lauren tersentak mendengar itu. Jantungnya hampir melompat keluar melihat laki-laki yang tadi ia lihat diam-diam berada di samping mobilnya.
"Ngapain dia kemari coba," gumam Lauren.
Tok...tok...
Anggara kembali melakukan hal yang sama. Mengetuk kaca mobil Lauren. Berharap gadis itu akan keluar.
Dengan beribu pertimbangan akhirnya Lauren memutuskan untuk keluar dari dalam mobil. Menebalkan mukanya agar tidak malu karena ketahuan memperhatikan Anggara secara diam-diam.
Anggara mundur beberapa langkah saat melihat pintu mobil mulai terbuka.
"Kalau mau ngelihat langsung jangan dari jarak jauh," cetus Anggara tanpa basa-basi.
"Siapa yang ngelihatin? Orang gue lagi merhatiin suasana cafenya kok," elak Lauren.
"Sudah ketahuan tapi masih gak mau ngaku," ejek Anggara.
"Sokap lo," sinis Lauren.
Anggara tertawa, tawa yang begitu menyejukan hati Lauren. Tawa yang sangat hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Teen FictionRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...