51

2.6K 114 20
                                    

Gue tau kesalahan gue tidak termaafkan, tapi saat ini yang sangat gue butuhin adalah kekuatan dari orang-orang yang gue sayang.

-Lauren Samantha.

●●●●●●

Dio menampar wajah Lauren membuat Lauren menoleh ke kanan. Tamparan yang dilayangkan Dio benar-benar kuat. Kemerahan menyambut pipi kanan Lauren.

"UDAH GILA KAMU, LAU! APA YANG ADA DI DALAM KEPALA KAMU ITU, HA!"

Lauren menangis, menunduk sembari memeluk erat tubuh Mia yang tampak tidak bergeming.

"Kamu baru aja mempermalukan Papi! Kamu buat keluarga besar kita malu. Sehat kamu?" Nada penuh amarah begitu membuat Lauren takut. Lauren tidak dapat melakukan pembelaan apapun.

"Kenapa Lau? Kenapa kamu lakuin hal kayak gini? Kamu gak sayang sama masa depan kamu?" ucap Dio putus asa.

"Papi merasa gagal menjadi orangtua buat kamu," lirih Dio.

"Kamu anak perempuan, Lau. Seorang anak yang Papi besarin dengan penuh kasih sayang. Papi jaga kamu dengan sangat hati-hati. Tapi kenapa kamu seperti ini, kenapa?" ucap Dio tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya.

"Maaf Pak. Di luar ada tamu," ujar seorang pembantu yang tiba-tiba datang ke ruang keluarga.

"Suruh masuk aja bi, suruh ke sini," titah Mia.

Jantung Lauren berdegup kencang. Siapa yang datang ke rumahnya?

"Dio," sapa Dimas.

"Duduk, Dim."

Dimas mengangguk singkat, berjalan menuju sofa.

"Nita mana Dim, gak ikut?" tanya Mia mengulas senyum tipis.

Dimas tidak buta, dia dapat melihat aura mencengkram di ruangan ini. Terlebih Lauren, gadis itu tampak begitu rapuh. Wajahnya memerah, tubuhnya bergetar sampai Dimas dapat melihat ketakutan yang terpancar di wajah Lauren.

"Nita di rumah. Baru sadar dari pingsan," jawab Dimas.

Lauren yang mendengar itu semakin takut, kesalahannya tidak main-main. Dia sudah membuat banyak orang kecewa.

"Saya langsung ke inti permasalahannya aja ya," ucap Dimas.

"Raphael dan Lauren telah melakukan dosa besar. Saya sebagai orangtua Raphael meminta maaf atas kelakuan putra saya terhadap Lauren. Tapi dari cerita Raphael bahwa dia hanya berniat membantu Lauren. Namun keadaan tidak mendukung hingga terjadi kesalahan seperti ini."

Dio menatap tajam putrinya.

"Jelasin," ujar Dio dengan nada rendah.

Lauren mengangkat wajahnya. Memandang Dio dengan takut. "Waktu itu---"

"Waktu itu apa, Lau? Jelasin dengan detail," ucap Mia di sampingnya.

Lauren menelan salivanya dengan berat. Rasanya Lauren ingin saja menghilang dari situasi ini. Lauren tidak sanggup menatap wajah kecewa orangtuanya.

"Lauren mabuk, Lauren gak ingat udah berapa gelas yang Lauren minum. Raphael gak salah. Dia cuma mau bantu Lauren tapi saat itu ada teman yang ngatain Raphael dan emosi Raphael meledak. Lauren bisa lihat dari mata Raphael bahwa dia sedang marah. Raphael ikut minum dan berakhir seperti yang Papi dan Mami ketahui,"  ucap Lauren menjelaskan segalanya.

Dio tertawa kecil. Tertawa yang mengakibatkan bulir-bulir air matanya terjun bebas. "Kelakuan kamu udah kayak perempuan gak benar, Lau. Ngapain kamu mabuk?"

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang