Sendirian itu gak enak,
mending berdua sama aku.
Kita duduk sambil menikmati
kopi buatan aku.
-Anggara.●●●●●
Anggara tidak bisa fokus dalam membuat kopi. Selain bersekolah, Anggara juga mempunyai pekerjaan sampingan, menjadi barista di cafe Ayahnya sendiri.
"Mas Angga dari tadi Lina perhatiin banyak melamun," ujar Lina salah satu barista di cafe ini juga.
"Gak melamun. Cuma lagi nungguin seseorang aja," balas Anggara.
"Siapa mas? Pacar mas Angga?"
Seketika Anggara tersenyum malu.
"Gak kok. Bukan pacar. Eh, belum maksudnya," ujar Anggara tertawa kecil di akhir kalimat.
"Katanya Ayah mas Angga. Mas Angga sekolah di Holden. Kenapa gak sekolah di situ aja, kan deket," ujar Lina menunjuk SMA yang berada tepat di depan cafe.
"Sengaja Lin. Soalnya di sana ada calon gebetan."
Lina tertawa mendengarnya. "Jadi ceritanya sekalian belajar sekalin nyarik jodoh ya mas?"
"Bisa dibilang gitu," Anggara menjawab dengan senyum tipis.
Suara lonceng dari pintu kaca terdengar. Anggara langsung sigap menolah ke depan. Senyumnya memudar, dia kira Lauren yang datang ternyata hanya sepasang remaja SMP.
Lina pamit ke belakang saat harus menyiapkan secangkir kopi untuk pengunjung.
"Apa Lauren sengaja gak datang ke sini supaya gak ketemu aku," monolog Anggara.
Anggara masih berharap Lauren datang ke sini. Anggara ingin Lauren merasakan kopi buatannya.
Anggara : kamu gak ke cafe? Ayah saya nanyain kamu. Katanya dia kehilangan satu pelanggan cantik.
Anggara tersenyum geli membaca pesan yang dia kirim pada Lauren.
"Gak kebayang sama ekspresinya pas baca dm," ujar Anggara membayangkan Lauren memasang wajah suntuk setengah mampus.
Anggara : datang dong pecinta kucing. Ada kopi rasa baru.
Anggara masih terus berusaha, mengirim pesan kepada Lauren padahal pesan yang pertama belum juga dibaca.
Anggara : main ig boros paket. Gimana kalau main wa?
Kode, Anggara ingin meminta nomor WhatApp Lauren.
●●●●●
"Aku denger Shila teriak. Ada apa?"
Raphael menggeleng, pura-pura tidak tahu padahal dia yang menjadi sumber teriakan Shila.
Raphael melenggangkan kakinya menuju ruangan yang tadi siang Flora masukin. Raphael mengambil beberapa tangkai bunga matahari dan duduk di samping Flora.
"Ini beberapa bunga matahari yang selalu aku beli buat jenguk kamu di rumah sakit," ujar Raphael memberitahu.
Bunga matahari itu tidak akan layu, mana mungkin. Itu bunga matahari palsu.
"Kamu suka banget sama bunga matahari. Kata kamu bunga matahari cantik. Setiap kamu lihat bunga matahari kamu selalu merasa tenang," ungkap Raphael.
"Ini hanya beberapa. Masih ada banyak di dalam."
"Kok aku gak tau. Kamu simpan di mana?"
"Dalam lemari. Aku simpan bunga matahari pertama yang aku kasih ke kamu sampe bunga matahari terakhir. Ada sekitar 350 bunga matahari."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Teen FictionRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...