14

2.3K 160 9
                                    

Pada akhirnya rahasia yang sudah tertutup lama kini telah terbuka.

Menghadirkan luka di setiap ceritanya.

Memberikan rasa sakit di setiap kejujurannya.

●●●●●

"Lo apain Shila?" tanya Evan serius.

"Gue jahat yaa, Van?" parau Raphael. "Gue udah mutusin buat nyabut alat bantu Flora kalau sampai sebulan ini dia juga belum sadar. Apa keputusan gue ini salah?"

Evan menatap tidak percaya Raphael.

Evan sangat tau sebesar apa perasaan Raphael pada Flora. Sekuat apa Raphael bertahan demi Flora. Sepanjang apa penantian Raphael. Tapi kenapa tiba-tiba Raphael ingin menyerah?

"Gue gak suka Lauren kalau itu yang lo pertanyakan," tandas Raphael.

"Kenapa tiba-tiba Rap?"

Raphael menunduk. Senyum menyedihkan terukir di bibirnya. "Udah hampir setahun, Van."

"Gue harus gimana lagi? Harus sampe kapan gue nyiksa Flora kayak gini?"

"Lo gak nyiksa, Flora." bantah Evan. "Flora cuma lagi sakit itu doang."

"Tapi ini terlalu lama, Van. Bahkan kata Dokter kalau gak karena alat bantu itu pasti Flora udah gak ada lagi."

Raphael menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Dokter aja udah nyerah gimana gue yang sama sekali gak tau apa-apa tentang ini."

Evan menepuk kecil punggung Raphael. "Dokter bukan Tuhan. Lo jangan pesimis kayak gini."

"Flora pasti bangun. Dia pasti kembali buka mata. Dia akan kembali sama kita kayak dulu lagi," ujar Evan berusaha menguatkan Raphael yang benar-benar tampak hancur.

"Tapi keputusan gue udah bulat, Van. Gue udah gak mau lebih lama lagi berharap sama apa yang sebenarnya gak bisa kau dapatin," ujar Raphael yakin.

"Mungkin gue punya banyak rencana sama Flora tapi kadang gue lupa kalau Tuhan juga punya kuasa."

"Maaf, Van. Gue nyerah," lanjut Raphael berajak dari duduknya.

●●●●●

"Shil," tegur Novan.

"Kenapa Nov?"

"Gue bingung. Lo itu sebenarnya ada apa sama Raphael. Gue berusaha untuk gak kepo tapi ngelihat kejadian tadi gue jadi ingin tau," ujar Novan jujur.

"Lo tau gak terkadang gue ngerasa kalau banyak hal yang ditutupin dari gue. Gak lo, Raphael sama Evan semua nyembunyikan sesuatu dari gue," papar Evan.

"Gue dianggap jadi teman lo semua gak sih sebenarnya?"

"Nov, lo kok ngomong gitu?"

"Jawab aja, Shil. Gue ini temen lo semua, kan?"

"Lo teman yang baik Nov. Dan selamanya akan tetap kayak gitu," ujar Shila.

"Terus kenapa lo semua ngasingkan gue?"

"Gak gitu Nov. Ada beberapa hal yang gue gak bisa cerita."

Novan mengangguk mengerti. "Gue paham. Gak pa-pa Shil yang jelas gue udah tau kalau emang ada yang lo semua sembunyikan dari gue."

"Jangan marah. Gue bakal cerita kalau keadaan udah membaik," bujuk Shila.

"Iya, tapi kapan Shil?"

"Ada apa?" tanya Evan tiba-tiba hadir di tengah-tengah mereka.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang