33

2.6K 129 2
                                    

Aku bersyukur kenal orang sebaik kamu, aku harap aku akan terus
menjadi milik kamu.
-Flora Charlotte.

●●●●●

Raphael menatap khawatir Flora yang terbaring lemah di kasur miliknya. Raphael buru-buru pulang ketika mendapat kabar dari sih mbok bahwa Flora pingsan. Raphael tidak sendiri, ada Shila dan Evan yang menemaninya.

Dokter Ibrahim hanya mengatakan bahwa Flora terlalu memaksa mengingat. Hal itu yang menimbulkan rasa sakit di kepalanya.

"Flo," ujar Raphael duduk di sisi kasur. Membantu Flora untuk duduk.

"Lo kenpa sampe pingsan gini? Jangan terlalu memaksa Flo. Semua harus ada porsinya," lontar Shila.

Evan memusatkan netranya ke arah Flora. Menatap gadis itu dengan tatapan yang kian menusuk. "Pelan-pelan aja Flo. Kita semua gak maksa lo buat ingat secepatnya kok. Lo jangan nyiksa diri sendiri kayak gini. Kasihan Raphael dia panik banget pas tau lo pingsan. Shila dan gue juga khawatir. Tolong Flo jangan buat kita bertiga terus mencemaskan keadaan lo," papar Evan.

"Udah, jangan marahin Flora. Dia cuma mau ingat," ujar Raphael memberhentikan ucapan-ucapan yang ditakutkan akan menyakiti hati gadisnya.

"Kamu gak pa-pa, kan? Masih sakit kepalanya? Mau aku ambilkan apa? Air putih? Minyak angin? Atau apa Flo?" ujar Raphael memberi runtutan pertanyaan.

"Gak, gak mau apa-apa."

Flora memandang Shila dan Evan bergantian. "Maaf, gue gak bermaksud bikin kalian panik."

"Maaf juga Rap. Aku benar-benar gak punya maksud untuk bikin kamu khawatir. Aku cuma--"

"Hustt, udah ya diam. Jangan dilanjutin." Raphael meletakan jari telunjuknya di bibir Flora, menyuruh gadis itu tutup mulut.

"Dengar, Flo. Aku sama sekali gak ngerasa direpotin sama keadaan kamu yang kayak gini. Shila sama Evan juga sama. Tapi kami bertiga masih sering takut kalau menyakut kesehatan kamu. Kami gak mau kamu kenapa-kenapa terutama aku. Kamu baru sadar dari koma. Kamu baru bisa lihat dunia lagi. Jangan paksa diri kamu. Aku kan udah sering bilang sama kamu kalau kita akan melakukan semuanya pelan-pelan. Kamu gak perlu terburu-buru untuk bisa ingat semuanya lagi. Gak ada yang maksa kamu Flo. Rileks aja." Perkataan Raphael sanggup membuat Flora terdiam membeku.

Flora tidak mempersalahkan semua ucapan Raphael. Flora hanya ingin segera ingat. Flora tidak mau seperti ini. Flora tidak mau terus hidup bersama orang yang Flora tidak kenal.

"Untung tadi mbok cepat temuin kamu. Kalau gak gimana?" tanya Raphael, nada khawatir tersirat di dalam ucapannya.

"Kamu itu orang yang paling berharga buat aku, Flo. Aku gak mau kehilangan kamu." Raphael menggenggam erat tangan Flora. Membawa tangan kecil itu ke dadanya. Memandang Flora dengan pandangan yang sangat tulus.

"Flo," panggil Shila.

Shila naik ke atas kasur. Duduk di samping Flora sementara Evan masih berdiri di belakang tubuh Raphael.

"Gue bukan marah. Gue cuma gak mau lihat lo masuk rumah sakit lagi. Gue trauma Flo." Shila memberikan boneka boba yang sempat dia janjikan saat Flora masih koma.

"Waktu lo belum sadar gue sempat bicara sama lo. Lebih tepatnya gue bicara sendiri," kekeh Shila.

"Gue bilang kalau lo bisa buka mata gue bakal hadiain boneka boba buat lo. Dan sekarang gue mau nepati perkataan gue."

"Boneka boba warna pink buat Flora sahabatnya Shila," ujar Shila menyodorkan boneka yang berukuran sedang.

Flora melepaskan tautan tangannya dari Raphael. Dia mengulurkan tangan mengambil boneka pemberian Shila.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang