Sebanyak apapun aku memohon untuk dipersatukan, tetap saja takdir adalah pemenangnya. Tugasku sudah selesai, terima kasih untuk semua kebahagiaan yang hadir di antara kita. Aku benar-benar merasa bersyukur kenal sama kamu, sungguh.
-Flora Charlotte.
●●●●●
Hari ini adalah hari yang paling tidak pernah diharapkan Raphael untuk terjadi. Raphael memandang penampilannya di depan cermin, ia melihat seluruh tubuhnya yang sudah terbalut jas putih yang senada dengan celananya.
"Kamu tampan," ujar Nita mengelus lembut pucuk kepala Raphael.
Dimas tersenyum kecil, anak laki-laki yang dulu masih sering menyusahkannya kini sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang akan bertanggung jawab dengan hidupnya.
"Apa memang harus pernikahan ini terjadi?"
Raphael memandang gamang wajah Nita, ia sungguh tidak siap untuk menjalani hidup bersama Lauren.
Sungguh, bukan akhir seperti ini yang diharapkan Raphael. Bukan menikah sama Lauren yang ada di dalam doa dan harapan Raphael.
Raphael ingin Flora, hanya gadis itu.
Seharusnya Raphael bunuh diri saja kemarin! Dia sungguh menyesal kenapa membatalkan niat buruknya itu.
"Mama tau ini berat buat kamu, tapi kamu harus bertanggung jawab sama perbuatan kamu sendiri. Kamu gak bisa lari dari kenyataan, Raphael."
"Tapi Mama gak pernah tau gimana rasanya ketika niat baik Mama malah berakhir menyedihkan seperti ini."
Nita terdiam, ia tidak bisa membalas ucapan Raphael.
Sekali lagi, Raphael sama sekali tidak memiliki niat untuk menghancurkan masa depan. Ini semua kecelakaan.
"Kita ke depan sekarang," titah Dimas.
Evan dan Novan hanya bisa terdiam, mereka berdua tidak tahu harus melakukan apa. Seharusnya pernikahan adalah hari yang paling membahagiakan tapi hal itu tidak terjadi pada pernikahan Raphael dan Lauren.
"Flora datang?"
Evan menggeleng tidak tahu.
Novan menghela napas samar. "Ntah kenapa gue berharap Flora gak datang ke sini."
"Gue juga," timpal Evan. "Kalau Flora hadir itu sama aja dengan dia menambah luka untuk dirinya sendiri."
●●●●●
"Lo benar-benar yakin mau datang, Flo?"
Flora menggangguk dengan senyum tulus yang terukir di bibir kecilnya.
"Ini hari bahagia Raphael. Gue harus hadir."
"Tapi ini hari yang menyakitkan buat lo, Flo." Shila menggenggam tangan Flora yang tampak gemetar. "Lo gak perlu bohongin diri lo sendiri. Kalau lo gak sanggup buat ke sana lo gak perlu datang."
"Kita berdua di sini aja ya, kita jalan-jalan aja. Atau kita pergi nonton," ujar Shila.
"Tapi gue udah janji sama Raphael kalau gue bakal datang, Shil. Raphael udah baik banget sama gue. Dan gue mau balas kebaikan dia."
Shila tertawa sarkas. "Dengan cara nyakitin diri lo sendiri, iya?" tanyanya.
Flora menggeleng kecil. "Gue cuma gak mau Raphael tersiksa sama pernikahan ini. Gue mau Raphael bahagia. Dengan cara gue datang ke sana itu udah membutikan kalau gue baik-baik aja. Gue ikhlas Raphael bersanding sama Lauren," ujar Flora berusaha menguatkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Teen FictionRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...