Ikhlas itu sulit, tapi harus.
-Ruby.●●●●●
Raphael dan Flora baru sampai di rumah gadis itu. Rumah yang tampak kotor penuh debu. Rumah yang sudah satu tahun tidak ada penghuni.
"Kamu yakin berani tinggal di sini?"
Flora memicingkan matanya. "Kenapa? Ini kan rumah aku lagian emang selama ini kan aku tinggal di sini."
"Iya, tapi sekarang kan beda. Ini rumah udah setahun kosong Flo."
"Gak akan ada apa-apa Rap. Lagian di rumah sendiri kenapa harus takut?"
Raphael terdiam, Flora benar. Tapi Raphael hanya mencemaskan gadisnya.
"Derajat manusia jauh lebih tinggi dari pada makhluk halus. Kita gak perlu takut Rap. Selama kita percaya mereka ada dan kita gak usik mereka kita pasti baik-baik aja kok."
Raphael tersenyum tipis. Ia mengacak gemas rambut Flora. "Pacar aku emang pemberani."
"Aku suruh sih mbok buat kerja di rumah kamu aja ya. Lagian aku udah terbiasa di rumah sendiri," ujar Raphael.
"Emang mbok mau kerja sama aku?"
Raphael tertawa mendengar itu. "Pasti maulah. Mbok kan sayang ssma kamu. Lagian kamu juga belum bisa sekolah. Masih harus nunggu ajaran baru kan?"
"Huum."
"Yaudah ayok kita masuk. Kamu beresin baju-baju kamu biar aku bersihin rumah. Ntar kamu kalau udah selesai di kamar kamu langsung ke sini lagi ya bantuin aku. Kita bagi tugas. Kamu yang nyapu ntar nanti aku yang ngepel."
Flora tersenyum kecil mendengar celotehan panjang Raphael. Kadang Flora merasa Raphael sudah seperti abangnya sendiri. Yang selalu membantunya, memberi nasehat dan memperhatikannya.
"Kita udah kayak pengantin baru lagi pindahan rumah," celutuk Raphael membuat Flora menggelengkan kepalanya, heran.
"Kalau nanti kita udah nikah kamu tinggalnya di rumah aku ya, Flo."
"Kumatnya mulai lagi," batin Flora.
"Beresin sana. Itu masih ada debunya," titah Flora mengabaikan perkataan Raphael.
"Siap adinda," ujar Raphael membungkukan badannya. "Kakanda akan menuruti kemauan adinda."
"Gak waras," cetus Flora beranjak dari tempatnya berdiri.
Rumah Flora tidak sebesar rumah Raphael. Rumahnya juga tidak bertingkat hanya memiliki halaman belakang yang lumayan luas.
Rumah ini adalah peninggalan satu-satunya dari sang Ayah. Mereka punya rumah mewah dan megah di Bali tapi rumah itu sudah dijual.
Flora tidak perlu khawatir akan masa depan dan pendidikannya. Ayahnya sudah menyiapkan semuanya. Sudah membuat tabungan untuk Flora. Bahkan uang yang ada di tabungan Ayahnya bisa membuat Flora s2 di luar negeri.
Ayahnya tidak pergi meninggalkan Flora begitu saja. Jauh-jauh hari dia sudah menyiapkan segalanya.
Flora masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu. Kamar miliknya, kamar yang sudah lama tidak dia tempati.
Netra Flora jatuh pada bingkai foto pernikahan Ayahnya dengan sang Ibu.
Tangan Flora terulur mengambil bingkai tersebut. Mengelusnya dengan ibu jari. Memperhatikan senyum penuh kebahagiaan dari bibir kedua orangtuanya.
"Kalian pasti udah bahagia di sana," gumam Flora.
"Jangan cemasin Flo di sini ya. Flo punya Rapgael. Flo juga punya Shila."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Teen FictionRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...