36

2.3K 136 6
                                    

Menyukaimu ternyata tidak semudah itu, aku harus bersaing dengan banyak perempuan yang ternyata juga mempunyai rasa yang sama seperti aku. Ntah siapa nanti yang akan kamu pilih, aku tidak tau apa aku siap menerima kenyataan bahwa kamu yang selalu aku sebut dalam doa ternyata bukan jodohku.

-Yaya.

●●●●●

Raphael, Evan dan Shila. Mereka bertiga akan menjadi perwakilan dari SMA Holden untuk mengikuti ajang olimpiade. Setelah hampir 8 bulan olimpiade tidak ada akhirnya sekarang mereka dapat kembali berjuang untuk meraih penghargaan dan membuat sekolah bangga. Kali ini Shila dilanda rasa deg-degkan yang sangat luar biasa. Pasalnya Shila akan melawan mantan sekolahnya dulu. Sekolah yang dulu selalu Shila banggakan bersama Flora. Sekolah yang sudah 2 tahun memberi banyak kenangan untuk Shila. Tapi biar bagaimanapun sekarang Shila bersekolah di SMA Holden, sudah menjadi murid di sana hampir 1 tahun.

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Raphael pada Shila.

Shila hanya mengulas senyum tipis. Dari tadi banyak siswa-siswa yang melirik tidak suka ke arahnya. Bahkan ada kata-kata yang begitu menusuk hati.

"Penghianat sekolah!".

"Cuih, dulu jadi kebanggaan sekolah sekarang jadi musuh sekolah."

"Bisa-bisanya dia ikut olimpiade ngelawan sekolahnya dulu."

"Mukanya tebal banget gila! Gak tau malu!"

"Pantas dia pindah ke sana orang didekatin sama 2 cowo sekaligus!"

Hinaan dan cemooh itu terus masuk ke dalam indra pendengarannya. Shila berusaha untuk tidak mendengar, tapi tidak bisa.

Evan dan Raphael merangkul Shila. Gadis itu berada di tengah-tengah di antara mereka berdua.

"Lihat, quen banget kan dia," ujar Lauren menatap ketiganya.

Lauren, Melda dan Ruby juga ikut datang ke sini sebagai pendukung.

"Gak usah dimasukan ke hati omongan mereka. Mereka aja ngomongnya gak pake mikir," ujar Evan membuat Shila mengangguk singkat.

Shila jadi ragu apa dia harus benar-benar mengalahkan sekolahnya dulu?

"Lo gak punya niat buat sengaja kalah, kan?"

●●●●●

Flora menatap penampilan dirinya di pantulan kaca. Hari ini Flora tampil sedikit berbeda dari biasanya. Flora menggunakan piyama bergambar whine the pooh. Tidak lupa dengan bando matahari yang ada di atas kepalanya. Flora juga sedikit mengoles wajahnya dengan makeup.

Flora menatap piyama yang kembar dengannya di atas kasur, piyama untuk Raphael.

"Pokoknya hari ini harus jadi hari yang spesial buat Raphael," ujar Flora tersenyum sumringah.

"Flora,"

"Iya, mbok. Sebentar," sahut Flora turun ke lantai bawah.

"Ini udah selesai. Udah sama kayak yang Flora mau?"

Flora mengangguk kukuh. "Udah, makasih yaa mbok," ujar Flora memeluk pembantu di rumah Raphael itu.

Sih mbok cukup terkejut atas perlakuan majikannya. Namun ia tetap membalas pelukan Flora.

Raphael sudah menceritakan segalanya terutama tentang Flora yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu sejak lahir.

"Den Raphael jam berapa pulang?" tanya mbok melerai pelukan.

Flora menggeleng tidak tahu. Dia tidak punya ponsel untuk menanyakan hal itu kepada Raphael. Ponselnya hilang bahkan mungkin sudah hancur tak terbentuk saat tragedi kecelakaan pesawat waktu itu.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang