Terima kasih sudah pernah ada di sampingku. Menemani aku meskipun hatimu bukan kau persembahkan untukku. Menjagaku di setiap waktu meskipun perhatianmu tidak pernah tertuju untukku.
Aku mencintaimu, itu selalu.
-Lauren Samantha.
●●●●●●
Anggara menghentikan langkah kakinya ketika melihat seseorang yang sangat ia hindari kini berada di depannya. Seseorang yang dulu berhasil membuat Anggara tertarik, seseorang yang menjadi alasan Anggara untuk bersekolah di SMA Holden.
Segala ingatan lama kembali mengusik pikiran Anggara, ia mengingat kembali bagaimana dulu mengenal sosok wanita cantik di tempat ini. Tempat yang menjadi saksi bisu Anggara jatuh cinta.
"Akhirnya lo datang juga. Gue udah lama nungguin di sini."
"Silahkan pesan sama yang lain, saya sedang banyak urusan."
Lauren yang mendengar penunturan tersebut hanya bisa menghela nafas. Ia sangat tahu seberapa besar rasa kecewa Anggara untuknya.
"Gue mau bicara sama lo, sebentar aja."
Anggara masih tidak bergeming. Sesungguhnya Anggara sendiri tidak tau harus memberikan respon seperti apa.
"Tolong, sekali ini aja," mohon Lauren.
"Duduk," titah Anggara.
Lauren tersenyum simpul. "Thanks."
"Mau bicara soal apa?" tanya Anggara tanpa memandang Lauren.
"Kenapa lo gak lihat ke arah gue? Gak sopan banget," kekeh Lauren.
Melihat tidak ada respon dari Anggara membuat Lauren lagi dan lagi harus menghela napas samar.
"Oke, Ngga. Gue tau lo gak mau ketemu sama gue lagi. Gue tau lo marah sama gue atau mungkin lo jijik lihat gue. Tapi gue datang ke sini bukan buat mengacaukan hari lo, gue cuma mau ngobrol sebentar aja." Lauren mengatakan hal yang sebenarnya sanggup membuat Anggara merasa sesak di tempatnya.
Anggara tidak mungkin membenci Lauren, gadis itu adalah cinta pertamanya.
"Apa lo benar-benar akan menikah sama Flora?"
Suara tawa terdengar dari mulut Anggara. Laki-laki yang kini sudah tampak dewasa itu menyilang kakinya.
"Kalau iya kenapa?"
"Gue senang kalau emang benar lo sama Flora akan menikah. Tapi kalau itu gak benar gue akan jauh lebih senang lagi," jawab Lauren tersenyum tipis.
Anggara mengernyit, tidak mengerti dengan perkataan Lauren.
"Selama bertahun-tahun gue udah ngelakuin kesalahan dan kalau ada kesempatan gue mau membayar kesalahan itu," ujar Lauren berhasil membuat Anggara menatapnya.
"Lo akan...?
"Iya," jawab Lauren. "Jadi tolong bantu gue. Lo harus jawab dengan jujur pertanyaan gue barusan."
●●●●●
Flora tidak bisa tidur dengan tenang. Ia merasa sangat gelisah.
"Gue udah ngantuk tapi kenapa mata gue gak mau tertutup sih," kesal Flora.
Flora terus memutar tubuhnya ke arah kanan dan kiri, mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur.
Suara bel rumah membuat Flora terlonjak kaget. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Siapa yang bertamu ke rumahnya di jam segini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CLOUD (END)
Teen FictionRaphael, seseorang yang begitu sangat sulit ditebak. Banyak orang yang mengira bahwa Raphael tidak punya pacar termasuk Lauren, sosok gadis yang sangat suka pada Raphael. Tapi siapa sangka bahwa sebenarnya Raphael memiliki kekasih. Flora, pacarnya y...