17

2.3K 149 2
                                    

Maaf, diri ini pamit dengan rasa yang tidak terbalaskan.

●●●●●

"Duduk sini deh," suruh Raphael pada Flora.

"Duduk di samping kamu?"

"Iya, di sini."

Flora mengangguk dengan senyum yang sangat manis.

"Ada apa?" tanya Flora ketika sudah duduk tepat di samping Raphael.

"Nanti aku mau nembak kamu jadi kamu boleh pikirin dulu dari sekarang," jawab Raphael lembut.

Flora melebarkan kedua matanya. "Ke-kenapa pake dibilang?"

"Biar kamu gak pusing jawabnya nanti. Jadi sebelum waku itu tiba kamu udah bisa mikirin mau kasih jawaban apa ke aku," ucap Raphael menangkup pipi Flora.

"Kenapa harus aku?"

"Karena emang kamu. Aku maunya kamu, Flo."

"Beneran suka sama aku?"

"Iya, udah sayang juga akunya sama kamu," ungkap Raphael.

Flora tertawa. Ntah mengapa dia merasa wajah Raphael sangat lucu saat mengatakan itu.

"Jadi aku dikasih waktu berapa lama buat mikir?"

"Hmm..."

"Kok hmm?"

"Gemesin banget sih," ujar Raphael mencubit pipi Flora. "Tadi kan udah aku bilang sampe waku yang gak ditentukan."

"Kalau gitu kamu harus siapin hati kamu buat nerima apapun jawaban aku nanti," ucap Flora dengan wajah serius.

"Aku yakin kalau kamu gak bakal nolak," bisik Raphael membuat Flora tersipu malu.

"Ish apaan sih! Nyebelin tau gak!"

Raphael tertawa kencang melihat wajah Flora yang sudah merona, blushing.

"Dan ternyata aku benar Flo kalau kamu gak bakal nolak aku," ujar Raphael setelah selesai mengingat kenangan masa lalu bersama Flora.

"Kira-kira aku boleh gak tidur di samping kamu buat malam ini?"

Raphael mengangkat tubuh Flora dengan pelan. Meletakannya di sebelah kiri. Lalu Raphael mengunci pintu ruangan dan ikut tidur di samping Flora.

"Malam ini kita tidur berdua ya, Flo."

Raphael menyampingkan badannya. Menelusuri wajah Flora dengan hidung mancungnya.

"Apa setelah ini aku bisa hidup tanpa kamu?" lirih Raphael.

"Aku cinta kamu, Flo. Aku sayang banget sama kamu." Raphael memeluk Flora dari samping.

"Kali ini tolong jangan masuk ke dalam mimpi aku ya, aku benar-benar gak sanggup lihat kamu dalam mimpi seperti itu."

Raphael membenerkan posisi tidurnya. Dia menatap langit-langit kamar.

"Beberapa hari lagi aku bakal benar-benar kehilangan kamu. Aku harap ada keajaiban buat kita," ujar Raphael menutup matanya dengan perlahan.

Jarum jam sudah berputar. Raphael juga sudah tertidur dengan nyenyak.

Jari-jari tangan Flora mulai bergerak dengan pelan. Sangat pelan sampai Raphael tidak dapat merasakannya.

●●●●●

"Kok lo gak pernah lagi balas chat gue, Van?" tanya Ruby memakan kentang goreng yang dibawakan oleh pria itu.

"Lagi jarang megang hp," jawab Evan.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang