32

2.6K 143 4
                                    

Berjuang lewat doa adalah
cara yang paling baik.
-Lauren Samantha.

●●●●●

Lauren tidak tahu kesialan apa yang sedang terjadi sekarang. Dia dan Raphael mendapat tugas berdua untuk membagikan brosur sekolah di tepi jalan. Sebentar lagi mereka akan lulus dan akan banyak para murid baru yang harus masuk ke sekolah Holden.

Lauren mewakili kelas Bahasa sementara Raphael mewakili kelas Ips. Keduanya sedang bersampingan. Mengulas senyum kepada setiap orang yang melewati mereka. Tangan mereka berdua terulur membagikan brosur sekolah tersebut.

"Tinggal setengah lagu brosurnya. Mau duduk dulu?"

Lauren melihat brosur yang sudah habis beberapa dari tangannya.

"Emang boleh duduk? Bukannya harus diselesaikan dulu."

Raphael menunjuk beberapa siswa yang sedang duduk di tepi jalan, istirahat.

"Ayok," ajak Raphael menarik tangan Lauren ke salah satu kedai kecil yang ada di sebrang jalan.

Lauren hanya bisa mengikut langkah Raphael. Bahkan dia tidak melepaskan tangan mereka yang saling bertautan. Lauren tidak bisa menampik hatinya, dia masih menginginkan Raphael walau dia sama sekali tidak punya kesempatan apapun.

"Mau minum apa?"

Lauren tidak menyahut, masih tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Lo mau minum apa?" tanya Raphael sekali lagi.

"Eh," ujar Lauren, tersentak.

"Air putih dingin aja."

"Sebentar biar gue beli," ujar Raphael mendapat anggukan kepala dari Lauren.

Raphael memberikan minuman sesuai permintaan Lauren.

"Thanks."

Diam keduanya. Raphael sibuk dengan ponsel sementara Lauren sibuk dengan botol airnya.

Hening beberapa saat sampe helaan napas kasar keluar dari mulut Lauren.

"Kenapa?"

Lauren menggeleng. "Gak pa-pa. Cuacanya panas."

Raphael berdeham. "Matahari lagi bersinar banget."

"Sebesar apapun masalahku tapi aku akan tetap bersinar terang."

"Bersinar."

"Tetap bersinar."

Ntah kenapa ketika mendengar kata bersinar malah membuat Lauren mengingat sosok Anggara.

Lauren geleng-geleng kepala. Mencoba mengusir Anggara dari dalam kepalanya.

Raphael menatap heran Lauren. "Jangan gitu. Ntar pusing."

"Lebih baik pusing dari pada ingat dia," gerutu Lauren dalam hati.

"Btw, gimana keadaan Flora?"

"Masih gitu-gitu aja. Doain ya, Lau."

Lauren tersenyum masam. Doain? Iya, Lauren pasti akan mendoakan agar Flora bisa segera sembuh lalu akan hidup bahagia selamanya sama Raphael.

Sebuah doa yang cukup terpaksa.

"Terus lo---"

"Halo kakak kelas!"

Lauren menatap cengo Anggara yang tiba-tiba muncul di depannya dan Raphael.

"Lo ngapain?" tanya Lauren langsung beranjak berdiri.

"Habis dari foto copy," ujar Anggara memperlihatkan beberapa kertas yang dia pegang.

DARK CLOUD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang