Keyla berdiri dengan dada yang naik turun karena emosinya sudah sampai ubun-ubun. Ini adalah kali pertama ada orang yang berani melawannya. Biar dia kasih pelajaran gadis kampungan yang satu ini. Gadis kampungan ini belum tahu siapa dia.
"Heh!" Keyla menunjuk Chifa yang masih duduk memandangnya tajam. "Kamu pikir kamu siapa?"
"Manusia," jawab Chifa asal.
Marvel memijat pelipisnya. Sungguh ia tidak suka keributan.
"Aku tahu kamu manusia, tapi manusia kasta rendah," ucap Keyla yang masih ingin menjatuhkan Chifa.
Chifa tersenyum miring. "Kamu harga dirinya rendah. Sama kayak belahan depan gaunmu, R E N D A H, rendah," balas Chifa dengan nada merendahkan.
Keyla menggeram kesal, tangannya sudah terkepal. "Kamu! Beraninya perempuan hina kayak kamu melawan ku-!"
Belum sempat telapak tangan Keyla mendarat di pipi Chifa, sebuah telapak tangan lebih dulu mendarat di pipinya. Saking kuatnya tamparan itu, wajahnya sampai menoleh ke samping.
"Kamu!" Marvel bangkit dari kursinya sambil menatap Chifa tajam. Cukup sudah ia melihat keributan di dalam ruangannya.
Keyla berbalik badan, menatap Marvel dengan wajah manja. Keyla sedang meminta perlindungan dari Marvel. Ia ingin Marvel membentak gadis kampungan yang telah menamparnya sama seperti yang sudah-sudah. "Marvel, dia ...."
"Huaaaa ... Tuan, tangan saya sakit." Tiba-tiba saja Chifa membantingkan diri ke sofa lalu meniup dan mengusap tangannya yang baru saja menampar pipi Keyla.
Marvel sampai menjengitkan alis melihat keanehan Chifa. Gadis itu yang menampar Keyla, tapi gadis itu pula yang paling heboh seolah-olah gadis itulah yang menjadi korban.
"Tangan saya sakit, Tuan. Huaaa ...."
Keyla menggeram kesal. Ia berbalik lagi untuk menatap tajam Chifa. "Aku yang kamu tampar, bodoh!" Keyla malah semakin sebal karena Chifa masih keukeuh pura-pura menangis walaupun tidak ada air mata yang keluar.
"Tuan, tangan saya sakit sehabis nampar muka kasar nenek lampir ini."
Keyla langsung naik pitam. Sebelum Keyla bergerak untuk menyerang Chifa, Marvel sudah lebih dulu menahan Keyla. "Udah, udah. Jangan diladeni lagi. Dia memang agak setres."
Keyla masih menatap Chifa sengit. Sedangkan gadis yang dipelototi nya masih pura-pura menangis.
Marvel menarik Keyla menjauh dari Chifa. "Udah ya. Kamu obatin dulu pipi kamu yang merah itu. Nanti gak cantik lagi loh," ucap Marvel berusaha meredakan amarah Keyla dengan sedikit rayuan.
Keyla menghadap Marvel lagi. "Tapi ini sakit. Kamu yang obatin ya?" pinta Keyla dengan nada manja.
Cuiih, jijik aku dengernya.
Chifa yang sedang pura-pura menangis masih sempat mengejek Keyla dalam hati.
"Aku sibuk Key. Banyak yang harus aku urus," tolak Marvel halus.
Keyla berdecak pelan kemudian cemberut. Biasanya Marvel akan memenuhi keinginannya. "Ya udah deh." Kemudian Keyla berbalik untuk meninggalkan ruangan CEO.
Begitu melirik Chifa, gadis bernama Chifa itu menjulurkan lidah mengejeknya. Ia hanya bisa menahan emosi. Sedikit takut juga jika gadis itu melayangkan tamparan turbo lagi. Bisa penyok wajah cantiknya.
Setelah Keyla pergi, Marvel menghela nafas. Ia kembali duduk di kursi kerjanya. "Keluar," tegas Marvel tanpa menatap Chifa yang sudah selesai dengan aktingnya.
"Gak mau," keukeuh Chifa.
Marvel mengangkat pandangannya. "Susah banget sih dibilangin? Kamu udah bikin keributan di ruangan saya."
Chifa mengerucutkan bibirnya. "Punya majikan galak banget sih."
Marvel menghela nafas. Galak dari mananya? Ia hanya tegas.
Tiba-tiba Chifa tersenyum lebar lagi. "Tuan mau makan apa?"
Lagi-lagi pertanyaan itu. Senyum dan pertanyaan Chifa kembali dilontarkan seolah-olah keributan yang terjadi beberapa menit lalu tidak pernah terjadi. Sekarang Marvel bertambah yakin kalau gadis yang duduk di sofanya mengalami gangguan jiwa. Atau lebih tepatnya GILA.
Marvel membiarkan Chifa di ruangannya tanpa mengajak bicara atau menjawab pertanyaan yang terus terlontar dari mulut cerewet gadis itu. Ia yang sedang memeriksa jadwal pekerjaannya pun semakin pusing dan hampir tidak tahan lagi. Apakah ia harus menyumpal mulut gadis itu dengan kaos kaki?
"Lebih baik kamu pulang sekarang atau aku lempar kamu dari lantai 19 ini," ancam Marvel sambil menatap tajam Chifa yang masih asik mengoceh menawarkan makanan yang dibawa.
Chifa diam seketika, tapi tak lama kemudian terkekeh. "Coba aja kalau berani."
Marvel memejamkan mata sambil menghela nafas. Huh, dia harus tenang sebelum kembali berbicara. Saat ia membuka mata, ia mulai berbicara lagi. "Kamu pembantu. Nyonya butuh kamu di rumah untuk ngerjain pekerjaan rumah. Lebih baik kamu pulang sekarang sebelum Nyonya marah."
Chifa tersenyum lagi. "Nyonya bilang, hari ini saya boleh main-main di sini. Pekerjaan rumah udah saya kerjain secepat kilat tadi pagi."
Marvel mengusap wajahnya kasar. Bagaimana ia bisa bekerja jika gadis ini masih berada di ruangannya? Gadis ini sangat cerewet dan selalu ada jawaban jika diperintahkan pulang.
* * * *
Akhirnya hari sudah sore, hari ini Marvel bisa pulang seperti karyawan lainnya karena hari ini adalah hari pertama dirinya bekerja. Dan akhirnya Marvel bisa menyelesaikan pekerjaannya walaupun ada Chifa yang terus mengoceh sepanjang waktu. Gadis itu berkeliling ruangannya sambil menyentuh benda-benda mahal dimulai dari guci, vas bunga, lukisan, sampai ke komputer. Gadis itu terus memuji seluruh benda yang ia sentuh dan terkadang bertanya mengenai harganya. Dan Marvel hanya menjawab 'Hm' atau kadang tidak menjawab.
Sekarang ia mulai kesal lagi karena harus pulang bersama Chifa. Tadi siang ayahnya pergi ke luar kota secara tiba-tiba karena ada permasalahan sedikit dengan perusahaan cabang. Ayahnya meninggalkan mobil untuk dibawa pulang oleh dirinya. Dan sialnya sekarang ia harus satu mobil dengan Chifa.
"Pakai sabuk pengaman," perintah Marvel sambil memasang sabuk pengamannya sendiri.
Chifa menurut. Gadis itu mengambil tali seat belt kemudian berusaha memasangnya. Akan tetapi gadis itu tidak kunjung selesai bahkan sampai Marvel sudah menyalakan mesin mobil. Melihat gadis di sampingnya terus berkutat dengan seat belt, Marvel pun bertanya. "Bisa gak?"
Chifa menoleh kemudian menggeleng. "Gak bisa."
Marvel berdecak. Terpaksa ia maju ke arah Chifa dan membantu Chifa memasang sabuk pengaman. Ia tidak sadar bahwa wajahnya sangat dekat dengan wajah Chifa, dan Chifa mengambil kesempatan itu untuk memandangi wajah tampannya.
Setelah selesai, Marvel mundur lagi. "Gitu aja gak bisa," gerutunya.
Setelah semua sudah aman, Marvel menginjak pedal gas dan mobil pun melaju meninggalkan parkiran basemen.
* * * *
Jangan lupa tekan tombol vote ya. Bagus gak bagus, pokoknya harus kasih vote🤭😂. Dan jangan lupa kasih komentar yang baik-baik ya. Kalau ada komentar jahat, saya suruh Chifa cakar-cakar mukanya nih.
Semoga semuanya suka ya. Sampai jumpa di episode berikutnya. Bye-bye my love
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romance"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...