Memar di Wajah Chifa

5.8K 533 7
                                    

Tak terasa waktu sudah berlalu tiga bulan dan pembangunan hotel di Yogyakarta telah rampung dikerjakan. Acara peresmian hotel pun akan digelar dua hari lagi. Semua kolega bisnis datang ke Yogyakarta dua hari sebelum acara, termasuk Alex dan Marvel.

Kali ini Marvel membawa Kayla, dan Alex membawa Chifa. Bukan karena tidak ada alasan, Alex mengajak Chifa karena Alex tidak biasa menyiapkan keperluannya sendiri. Akhir-akhir ini ia jadi ketergantungan pada Chifa karena selama setengah tahun ini memang ia sangat mengandalkan gadis itu untuk menyiapkan segala keperluannya.

Tak sengaja Alex dan Marvel menyewa hotel yang sama. Dan keduanya terkejut begitu bertemu di lorong hotel lantai 7.

"Hai Marvel!" sapa Alex ramah sambil menghampiri Marvel yang juga sedang berjalan ke arahnya. Akan tetapi Marvel tidak sendiri, ada Kayla disampingnya.

"Hai Alex. Apa kabar?" Marvel mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Alex menyambut dengan ramah sambil tersenyum. "Aku baik. Kalau kamu gimana?" Pandangan Alex beralih pada Kayla. "Dan Nona ini?"

Marvel menoleh pada Kayla di sampingnya yang terlihat tersenyum ramah dan manis. "Oh, dia Kayla, pacarku," jawab Marvel.

Alex mengulurkan tangan pada Kayla. "Halo Nona Kayla, senang bertemu dengan Anda."

Kayla menyambut uluran tangan itu. "Halo juga, ya saya juga senang bertemu dengan Anda." Tiba-tiba Kayla meringis kecil dan menutupi ringisannya itu dengan senyuman walaupun terlihat kaku. Ingin rasanya Kayla meneriaki Alex yang menggenggam tangannya dengan sangat kuat, akan tetapi ia tidak berani karena takut Marvel curiga bahwa ada hubungan diantara mereka.

Beberapa detik kemudian Alex melepaskan tangan Kayla. Ia kembali tersenyum pada Marvel. "Kalian kamar nomor berapa?" tanya Alex yang ingin tahu.

"Aku kamar 5A, dan Kayla 6A," jawab Marvel memberitahu. "Kalau kamu?" tanya Marvel balik.

"Aku kamar 15A, dan Chifa 16A. Berarti aku depan-depanan sama kamar Nona Kayla, dan kamu depan-depanan sama Chifa," jawab Alex dengan santai. Ia pikir Marvel mungkin sudah tidak peduli pada Chifa, akan tetapi tidak dengan Chifa. Gadis itu sepertinya masih sering memikirkan Marvel.

"Kamu ngajak Chifa? Untuk apa?" tanya Marvel merasa tidak suka dengan kehadiran Chifa.

"Dia kan pembantu aku, aku butuh dia untuk ngurus semua keperluanku di sini. Dan bukannya kamu juga pernah ngajak dia ke Yogyakarta?"

Marvel tidak menjawab lagi. Ia memilih diam dari pada topik pembicaraannya menjadi gadis gila itu.

"Kalian baru sampai?" tanya Alex.

Marvel menatap Kayla sekilas kemudian menatap Alex lagi. "Sebenarnya udah beberapa jam lalu, tapi kami langsung cari makan dulu," jawab Marvel.

"Oh, aku juga udah dari tadi. Mmm, ngomong-ngomong aku masih ada urusan. Aku pergi dulu ya." Kemudian Alex pamit pergi masuk ke dalam lift yang ada di ujung lorong.

Begitu Alex hilang dari pandangan, Kayla memeluk lengan Marvel dan mendongak untuk melihat wajah Marvel. "Pembantu gila itu ada di sini. Gimana dong? Pasti dia bakal ngerusuhin kita lagi." Kayla memasang wajah khawatir seolah-olah trauma dengan kejadian yang terakhir kali.

Marvel tersenyum kemudian mengusap kepala Kayla. "Tenang, ada aku."

Keduanya kembali berjalan mencari pintu kamar mereka. Beberapa meter mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di depan pintu kamar hotel mereka. Sebelum memasuki kamar masing-masing, mereka saling melambai tangan.

"Kalau mau apa-apa, ketuk kamar aku aja ya," ucap Marvel sambil melemparkan senyum manis.

"Ok-"

Cklek

Mereka menoleh ke belakang, tepatnya pada kamar yang ada di depan kamar Marvel. Dari kamar itu baru muncul seseorang yang sangat tidak ingin dilihat oleh Marvel. Chifa berbalik setelah menutup pintu. Tampak Chifa sedikit terkejut sebentar sebelum akhirnya senyuman terbit di wajahnya. Namun senyuman itu kembali luntur setelah Marvel dan Kayla menatapnya tak suka.

"Tuan ada di sini? Gimana kabarnya?" tanya Chifa mencoba untuk tetap baik dan ramah.

Tiba-tiba Kayla maju. "Heh! Masih aja sok baik dan sok gak punya salah. Dasar penipu." Kemudian Kayla menunjuk wajah Chifa tepat di depan wajahnya. "Gara-gara kamu, sebulan lebih Marvel pusing nyariin kamu, baik-baikin keluarga kamu. Eh, gak taunya kalian keluarga penipu. Pantesan aja kamu stress, ternyata memang lahir dari keturunan manusia rendahan."

Chifa mengepalkan tangan. Jika tidak ingat ada Alex yang akan menyiksanya, sudah pasti ia akan membuat bibir Kayla pecah sekarang juga. Jika ia melayangkan pukulan ataupun melawan Kayla, ia yakin gadis itu akan mengadu pada Alex dan akhirnya dirinyalah yang akan dihajar habis-habisan oleh Alex.

Chifa yang sudah mengepalkan tangan kini tersenyum kembali. "Kalau kamu gak tau apa-apa, lebih baik gak usah ngomong. Dan saya juga cuma nyapa aja karena gimanapun juga tuan Marvel adalah mantan majikan saya. Dan kamu jangan main-main sama saya lagi, kalau enggak, siap-siap kamu kehilangan tuan Marvel dan dia."

Ancaman Chifa cukup jelas untuk Kayla. Kayla menebak Chifa akan membongkar hubungannya dengan Alex di depan Marvel jika ia berani kasar padanya. Kayla kesal karena Chifa memiliki kunci rahasianya. "Ya udah sana. Gak usah sok nyapa karena Marvel gak butuh keramahtamahan kamu."

Chifa menatap Marvel yang sejak tadi hanya diam. Tanpa mengucapkan apapun lagi dan tanpa tersenyum lagi, Chifa langsung berlalu pergi meninggalkan Marvel dan Kayla di lorong.

* * * *

Akhirnya acara peresmian hotel bintang lima di Yogyakarta telah selesai. Kini tinggal pesta sederhana dan santai yang digelar di aula hotel. Alex selaku manager promosi dan pengatur pelayanan mengundang beberapa awak media guna mempromosikan hotel mereka.

Marvel selaku pemilik hotel masih terus sibuk ke sana-kemari menemui rekan bisnis dan tamu-tamu yang diundang. Nama Marvel pun lebih sering disebut dari pada Alex yang memang hanya penanam saham saja sekaligus manager promosi. Hal ini membuat Alex cukup panas. Tapi apa boleh buat, ia tidak boleh menunjukkan wajah tidak senang apalagi saat media tengah meliput.

"Chifa, sini!" Alex memanggil Chifa yang memang sengaja diajak ke dalam pesta guna melayani keperluannya selama pesta berlangsung.

Chifa yang sejak awal pesta bersembunyi di balik pilar kini berjalan sambil menunduk menghampiri Alex. Seperti biasa, Chifa memakai seragam pembantu. "Saya, Tuan," ucap Chifa setelah berhadapan dengan Alex.

Chifa menunduk bukan karena takut ataupun malu, dia hanya diperintahkan Alex untuk menyembunyikan memar-memar di wajahnya. Ternyata saat bertemu dengan Kayla di depan kamar, malam harinya Kayla bertemu dengan Alex dan mengadu bahwa ia berani mengancam gadis itu. Oleh sebab itu Alex langsung menghukumnya dengan pukulan dan tamparan. Dan karena tidak ada bi Tia yang langsung mengobati, luka dan memar masih terlihat jelas sampai hari ini.

"Ambilkan jus di sana!" perintah Alex tegas.

Chifa mengangguk. "Ya."

Saat berbalik, Chifa dikejutkan dengan sosok seseorang yang berdiri di depannya. Karena ingin tahu siapa sosok jangkung yang menghalangi jalannya, Chifa pun mendongak. Dan ternyata orang tersebut tidak lain adalah Marvel. "Tu-tuan?"

Awalnya Marvel memasang wajah datar, namun setelah melihat wajah Chifa yang memar-memar, Marvel terlihat terkejut. Seingatnya, dua hari lalu wajah Chifa masih baik-baik saja. Lalu ada kejadian apa yang menimpa gadis ini? Ia bukan orang bodoh yang tak tahu memar-memar itu diakibatkan oleh pukulan yang kuat.

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang