Tubuh Marvel menegang, darahnya seakan membeku. Apa yang barusan ia dapatkan? Sebuah ciuman singkat di bibirnya. Ciuman pertamanya telah dicuri. Dan siapa pelakunya? Chifa. Chifa lah pelakunya. Gadis yang tidak memiliki hubungan apapun dengannya.Tangan Marvel terangkat untuk memegang bibirnya. Perlahan-lahan ia melirik Chifa dengan mata yang masih membulat. Dilihatnya Chifa tersenyum lebar padanya.
Kayla mengepalkan tangan. Bisa-bisanya Chifa mencium Marvel. Bahkan ia yang sudah menjadi kekasihnya Marvel saja tidak pernah sekalipun.
"Masih belum percaya? Masih mau bukti lagi?" tanya Chifa sambil tersenyum miring.
Kayla menatap Marvel dan Marvel menatap Kayla. Dan tiba-tiba lagi Marvel melingkarkan tangannya di pinggang Chifa. "Ya. Kami baru pacaran," ucap Marvel sambil tersenyum pada Chifa.
Kayla menggeleng. Ia tidak percaya. Mana mungkin Chifa dan Marvel pacaran sedangkan ia dan Marvel baru putus beberapa hari yang lalu. Mana mungkin Marvel bisa move-on secepat itu dan mana mungkin Marvel bisa menyukai Chifa dalam waktu singkat. "Bohong. Mana mungkin kamu bisa move on secepet ini dan tiba-tiba suka sama perempuan stress ini," ucap Kayla mengatakan ketidakpercayaannya.
"Aku bisa cepet move on karena Chifa itu lebih baik dan menarik. Lagi pula kamu sendiri dari dulu udah curiga aku taruh perhatian ke Chifa bukan? Dan ternyata bener, aku baru sadar kalau sebenernya aku tuh udah suka sama Chifa dari dulu," jawab Marvel dengan santai seolah-olah yang ia katakan adalah benar adanya.
"Tap-"
Ucapan Kayla terpotong karena suara gerbang dibuka. Terlihat sebuah mobil masuk ke pekarangan rumah. Itu adalah mobil Eddy. Liana, Eddy, dan Ghazali baru pulang dari makan malam diluar. Melihat Liana dan Eddy datang, Kayla langsung pergi tanpa berkata apapun lagi. Kayla malas sekali berhadapan dengan Liana yang selalu melayangkan tatapan tak suka padanya.
Melihat Kayla pergi begitu saja, Chifa terkekeh kecil. Kayla terlihat seperti pengecut yang melarikan diri. Katanya ingin menjadi istri Marvel, tapi berhadapan dengan orang tua Marvel saja tidak berani. Bahkan gadis itu tidak berpamitan sama sekali, sangat tidak sopan.
"Itu yang mau dijadiin tunangan?" tanya Chifa menyindir.
Marvel kembali ke dunia nyata setelah sempat memainkan drama. Marvel menoleh dan menunduk sedikit untuk melihat Chifa. "Apa yang kamu lakuin tadi?" tanya Marvel yang masih tidak percaya Chifa menciumnya.
Mengingat kelakuan spontan yang ia lakukan di depan Kayla tadi, Chifa langsung gelagapan. Niat awal hanya ingin mencium pipi Marvel, tapi entah mengapa ia ingin berakting dengan sangat totalitas. "A-a-anu, ta-tadi ... tadi itu akting aja."
Chifa berusaha mencari alasan dan ingin langsung mengubah topik pembicaraan. "Ya, tadi cuma akting supaya Tuan bisa lepas dari Kayla. Anggap aja itu balasan saya karena dulu dia udah jahat sama saya. Lagian saya juga mau bantuin Tuan karena saya pengen bales kebaikan Tuan yang udah ngorbanin banyak waktu untuk nebus saya. Jadi, sekarang saya gak punya hutang budi ya."
Karena sudah malu, Chifa tidak ingin berlama-lama di dekat Marvel. Ia berniat pergi ke kamar sebelum orangtua mereka keluar dari mobil dan banyak melemparkan pertanyaan. Namun baru berbalik dan akan melangkah, tangannya ditahan oleh Marvel. "Sekarang kamu buat satu hutang lagi."
Chifa menoleh cepat. "Apa?"
Marvel menunjuk bibirnya. "Karena kamu udah cium saya sembarangan, maka kamu harus bayar."
Chifa mengerutkan keningnya. "Bayar? Kayak jablay aja, sentuh bayar."
Marvel melepaskan tangan Chifa ketika Chifa menghadap ke padanya lagi. "Ya harus bayar. Kamu udah curi first kiss saya. Prinsip saya adalah gak akan cium perempuan manapun sebelum perempuan itu jadi istri saya."
Chifa langsung terperanjat kaget setelah mendengar jawaban Marvel. "Apa? Jadi saya harus jadi istri Tuan?"
Marvel langsung menggetok kepala Chifa pelan. Bisa-bisanya gadis yang satu ini berpikir demikian. "Ya enggaklah. Pake cara lain."
Chifa penasaran sekarang. "Caranya?"
"Maafin saya. Maafin saya yang dulu udah salah paham dan malah nuduh kamu," jawab Marvel sambil menatap mata Chifa.
Kedua mata mereka saling bertemu. Dari mata Marvel Chifa bisa melihat bahwa Marvel sungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Saya tahu kesalahan saya susah untuk dimaafkan. Saat kamu butuh bantuan saya, saya malah berlaku kasar. Tapi kan waktu itu saya memang lagi salah paham. Bukan sengaja saya gak bantu kamu. Saya mohon maafin saya. Saya paling gak bisa biarin orang gak maafin kesalahan saya."
Ya, Marvel memang berkata jujur. Marvel akan terus teringat dengan kesalahannya jika orang itu tidak mau memaafkan dirinya. Sama seperti pada Kayla dulu. Ia pergi ke London untuk meneruskan kuliah S2 tanpa pamit dan langsung memutuskan hubungan mereka karena pada saat itu ia tidak ingin LDR-an.
Saat kembali ke Indonesia, ia kembali bertemu dengan Kayla. Ia tahu Kayla masih menyukai dan menyayanginya. Ia tahu ia menyakiti gadis itu karena telah meninggalkan hubungan mereka begitu saja. Oleh sebab itu ia terus meminta maaf dan mengikuti apa mau Kayla sampai gadis itu mau memanfaatkan dirinya. Dan setelah Kayla mau memaafkan dirinya, cinta lama pun bersemi kembali. Ya, kira-kira seperti itulah dirinya. Jika meminta maaf, maka maafnya harus diterima.
"Ekhm." Tiba-tiba Eddy berdekham. Ternyata orangtua mereka telah sampai di teras rumah. "Lagi bahas apa sih sampai pandang-pandangan gitu?" tanya Eddy bermaksud menggoda Marvel. Ia tahu Chifa tidak mungkin malu-malu jika digoda, jadi tidak mempan.
Marvel dan Chifa langsung menyalimi orangtua mereka bergantian. Chifa langsung mengambil posisi di samping ayahnya. Sedangkan Marvel tetap di posisi yang sama. "Gak bahas apa-apa kok, Pah," jawab Marvel malu-malu. Ia malu karena ketahuan pandang-pandangan dengan Chifa.
"Perempuan tadi siapa?" Ghazali tiba-tiba bertanya soal Kayla. Memang saat mobil Eddy masuk ke pekarangan pertama kali, ia melihat seorang gadis cantik bak model terburu-buru pergi saat melihat mobil Eddy.
"Oh itu. Dia mantan Tuan Marvel, Pak. Dia kesini maksa minta balikan sama Marvel. Bahkan tadi nenek lampir itu meluk-meluk Tuan Marvel dan gak mau dilepasin terus ...."
"Ekhm." Marvel sudah berdeham, memberi kode agar Chifa berhenti bercerita. Jika Chifa terus bercerita, bisa-bisa gadis itu keceplosan menceritakan tentang ciuman singkat tadi.
"Terus karena dia maksa dan tuan Marvel kelihatan risih-" Namun Chifa tidak mengerti dengan kode yang Marvel berikan. Ia terus bercerita dengan cepat dan hampir tanpa jeda. "Aku paksa lepas pelukannya dan gantian aku peluk lengan tuan Marvel."
"EKHEM." Kali ini Marvel lebih keras lagi. Yang lain sempat menoleh ke arah Marvel, begitu pula dengan Chifa, akan tetapi karena cerita Chifa sepertinya akan seru, fokus kembali terarah pada Chifa dan Chifa yang masih tidak mengerti terus melanjutkan ceritanya.
"Aku bilang aku ini pacar barunya tuan Marvel. Eh, dia gak percaya. Nah, supaya dia percaya, aku kasih bukti didepan matanya. Aku cium tuan Marvel di depan matanya biar dia cemburu dan percaya." Semua mata orang yang ada di sana membulat. Namun Chifa masih meneruskan ceritanya tanpa tahu perubahan ekspresi semua orang. Terutama Marvel yang wajahnya sudah merah padam karena malu. "Akhirnya dia percaya setelah tuan Marvel ikut ngedrama."
Di akhir cerita Chifa, Marvel mengusap wajahnya. Pasti setelah ini ia akan kehilangan muka. Orangtuanya tahu ia tidak pernah mencium wanita sekalipun. Mendengar Chifa menciumnya, sudah pasti orang tuanya akan terkejut. Dan yang ia takutkan, setelah ini orangtuanya akan terus menggodanya setiap saat.
Eddy dan Liana menoleh pada Marvel. "Cium? Bibir?"
Ghazali menepuk keningnya. Ia tidak habis pikir dengan kelakuan anaknya. Sedangkan Chifa, ia memasang wajah tak berdosa.
Hmm, kira-kira gimana kelanjutannya ya? Yuk pantengin terus sampai Marvel dan Chifa bersama dalam ikatan cinta yang abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romance"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...