Malam hari tiba. Semua anggota keluarga sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Tinggal Alvian dan Marvel yang masih duduk mengobrol di ruang tengah. Padahal waktu sudah hampir tengah malam, akan tetapi Marvel masih belum masuk ke dalam kamar. Ia sangat gugup karena di dalam kamarnya bukan lagi hanya sekedar selimut dan bantal guling, melainkan ada Chifa yang sekarang sudah sah menjadi istrinya. Apa yang harus ia lakukan ketika masuk ke dalam kamar? Itulah yang ia pikirkan.
"Udah malem, Vel. Kakak mau tidur ya. Ngantuk banget nih. Kamu kalau mau tidur sekarang. Dan, kalau mau ngapa-ngapain juga udah sah. Gak usah takut digerebek kayak kemarin pagi." Alvian tertawa sendiri saat mengatakan itu.
Marvel langsung memukul lengan kakaknya. "Apaan sih, Kak. Rese. Udahlah sana masuk ke kamar. Sana temenin istri sendiri. Jangan ngurusin aku."
Alvian berdiri sambil masih tertawa. Sepertinya sekarang akan lebih seru menggoda Marvel. Tapi karena ia sendiri sudah mengantuk, jadi ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.
Marvel kembali menyandarkan punggungnya ke sofa sambil menarik nafas panjang. "Harus gimana ini?" Ia ingin menghindari Chifa, tapi jika ia tidak masuk kamar, kedua orangtuanya bisa marah karena ia tidak menemani istrinya. Dan ia juga takut itu akan menyinggung Ghazali, mertuanya.
Akhirnya setelah berpikir cukup lama, ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Lagi pula ia yakin Chifa sudah tidur sekarang.
Marvel sampai di lantai dua dan telah sampai di depan kamarnya. Dengan sangat pelan ia membuka pintu agar tidak menimbulkan suara. Saat pintu sudah terbuka setengah, alisnya berkerut. Ia tidak mendapati Chifa di kamarnya. Ia memutuskan untuk masuk dan mencarinya. Mungkin gadis itu berada di dalam kamar mandi.
Baru melangkah masuk ...."Dor!"
"Aaah!!" Marvel terhenyak kaget. Jantungnya berpacu cepat karena baru saja mendapatkan kejutan yang luar biasa. Ternyata sejak tadi Chifa bersembunyi di balik pintu. "Ngapain kamu ngagetin saya? Kurang kerjaan banget," ketusnya karena ia benar-benar terkejut.
Chifa malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi marah Marvel. "Habisnya Tuan mau masuk kamar aja lama banget. Mana buka pintunya juga setahun. Ya udah saya kerjain deh."
Rasa gugup yang sejak tadi ia bawa dari ruang tengah kini lenyap entah kemana. Yang ada hanya rasa kesal. Bisa-bisanya Chifa mengerjainya ditengah malam begini. Ia pun masuk dan menutup pintu kemudian berjalan menuju ranjang.
"Kenapa belum tidur?" tanyanya sambil melemparkan diri ke atas ranjang. Ia memejamkan mata karena akhirnya bisa berbaring.
"Nunggu Tuan lah. Kan mau malam pertamaan."
Seketika Marvel membuka mata dengan lebar, nyaris melotot. Apa? Apakah ia tidak salah dengar? Gadis ini polos atau frontal? Bisakah gadis itu tidak begitu kentara menginginkan malam pertama? Marvel langsung bangkit duduk dan matanya menatap lurus pada Chifa yang ternyata masih berdiri di dekat pintu.
"Ngomong apa tadi?" tanyanya dengan ekspresi yang sama.
Chifa terkekeh dan tiba-tiba berlari ke arah Marvel dan langsung menerjang Marvel hingga suaminya itu terbaring di atas kasur. Marvel terkejut dan kalang kabut melepaskan diri. Entah mengapa sekarang ia malah takut dari pada terpancing. Apakah begini rasanya diperkodok? Takut dan menyeramkan.
"Chifa lepas! Apaan sih!" Marvel terus berusaha mendorong Chifa agar menyingkir dari atasnya, akan tetapi Chifa memaksa ingin memeluk Marvel.
"Ih, diem loh Tuan. Saya cuma mau meluk aja."
Akhirnya Marvel menyerah. Ternyata dalam keadaan seperti ini tenaganya tiba-tiba melemah. Ia membiarkan Chifa memeluknya dan membaringkan kepala di atas dadanya. Gadis itu diam tak bergerak setelah ia diam juga.
"Ngapain coba begini?" tanyanya yang merasa risih.
"Tuan tau gak-"
"Enggak," potongnya ketus.
Chifa mencubit perutnya hingga ia meringis. "Saya belum beres ngomong, Tuan." Gadis itu kesal karena ucapannya dipotong. "Tuan tau gak kalau sebenarnya saya seneng banget jadi istri Tuan? Kenapa saya seneng? Pertama, karena Tuan adalah orang yang saya suka. Kedua, karena Tuan itu baik. Yang ketiga, saya udah gak jadi beban bapak saya karena udah ada tuan yang tanggung jawabin saya. Dan empat, pasti ibu saya juga seneng lihat saya udah bahagia."
Marvel diam mendengarkan ucapan Chifa tadi. Gadis ini sedang serius. Gadis yang telah menjadi istrinya ini merasa bahagia menjadi istrinya? Ia senang mendengarnya.
"Kalau Tuan gimana? Saya serius nih, jangan dijawab asal." Chifa sudah mewanti-wanti agar Marvel serius juga.
Marvel berpikir sejenak untuk merangkai kata-kata yang pas. "Sebenarnya saya ada seneng, kaget, dan bimbang. Seneng karena akhirnya nikah. Kaget karena nikah mendadak. Bimbang karena saya selalu bertanya-tanya. Apa saya pantes jadi kepala keluarga? Apa saya udah pantas jadi seorang suami? Dan apakah ...." Marvel menunduk. Ternyata Chifa tengah memandanginya. "Saya bisa mencintai kamu supaya keluarga kita bahagia?"
Senyum Chifa sempat meluntur beberapa detik, akan tetapi di detik berikutnya senyum lebar gadis itu kembali mengembang. "Kita bisa bangun sama-sama, Tuan."
Marvel diam karena bingung harus menjawab apa. Beberapa saat hening, pada akhirnya Marvel bergerak untuk menyingkirkan Chifa. "Minggir dong, saya engap nih."
"Oh? Hehehehe, maaf." Chifa menyengir dan ia menuruti perintah Marvel. "Jadi gimana? Jadi malam pertamanya?"
Marvel langsung bergidik ngeri. "Ngaco. Udah sana tidur. Saya mau tidur juga. Udah ngantuk." Marvel berbalik memunggungi Chifa yang masih duduk dan memandanginya.
"Jadi gak ada malam pertama?" tanya Chifa dengan nada manja. Marvel tahu gadis ini sedang menjahili dirinya.
"Gak. Udah sana tidur." Marvel menarik selimut untuk menutupi dirinya hingga menutupi kepala.
Entah mengapa setelah berinteraksi dengan Chifa, rasa gugup yang sempat ada itu malah menghilang. Mungkinkah ia memang tidak memiliki rasa sedikitpun pada gadis ini? Bahkan sekarang ia tengah satu ranjang dengan Chifa, akan tetapi jantungnya tidak berdebar sama sekali. Yang ada malah was-was dan takut. Ia khawatir Chifa yang mendesak meminta malam pertama akan memperkodoknya saat ia tertidur nanti.
Eh? Sebenarnya yang perawan ini siapa sih?
Ia merasa menjadi gadis perawan yang takut pada suaminya di malam pertama. Bukankah seharusnya yang malu dan takut itu Chifa? Aneh memang gadis yang satu itu. Chifa memang pantas dijuluki pembantu sableng. Tapi dulu, karena sekarang akan dijuluki Istri Sableng.
Tenang saudara-saudari semua. Cerita ini belum tamat. Masih banyak kisah yang akan jauh lebih menarik. Pasti banyak yang nunggu-nunggu Marvel jadi bucin dan posesif kan. Hehehe, sabar dulu ya. Kita aduk-aduk dulu jiwa si Marvel biar nanti bisa jadi bucin sableng🤣.
Dan untuk yang mengkhawatirkan Alex tenang saja. Nanti dia bakal muncul kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romansa"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...