Alex dan Kayla

5.4K 493 8
                                    

Marvel menutup pintu dengan kasar. Ia benar-benar kesal sampai-sampai dadanya menyesak. Entah mengapa ia begitu emosi mengetahui kebohongan Chifa yang seharusnya ia tidak perlu seemosi ini.

"Aku harus langsung kasih tahu mamah dan kasih tahu kak Alvian supaya menghentikan pencarian."

* * * *

"Akh!" Chifa menjerit kesakitan saat telapak tangan besar Alex mendarat keras di pipinya. Ia sampai tersungkur dan sudut bibirnya sobek padahal hanya satu tamparan.

"Berani kamu ya! Kamu pikir kamu bisa lawan saya?"

Sekali lagi tamparan keras dilayangkan. Kali ini di pipi yang lain. "Ampun Tuan, saya cuma pengen bebas aja."

Alex terkekeh di sela-sela emosinya yang meninggi. Gadis yang satu ini memang selalu berbicara apa adanya. Dan yang ia tahu, gadis ini tidak pernah berbohong. Hanya satu yang selalu membuat ia kesal, gadis ini sering membuat Kayla marah.

Bahkan terakhir kali, gadis ini menampar Kayla dengan keras. Oleh sebab itu ia akan membalaskan tamparan itu berkali-kali lipat. Tidak ada yang bisa menyakiti kekasihnya, termasuk Chifa yang sudah sejak lama ia ketahui walaupun hanya melalui foto.

"Bebas? Kamu pikir kamu bisa bebas?" Ia menjambak rambut Chifa hingga gadis itu mendongak. "Selamanya kamu akan terus ada di tangan saya. Bahkan laki-laki bodoh tadi, dia juga bakal terkubur bersama rasa sakit hatinya karena suatu saat nanti dia bakal tahu kalau gadis yang dia cintai ternyata adalah kekasih saya."

Alex berbisik di telinga Chifa. "Oh ya, kenapa tadi gak cerita ke Marvel kalau laki-laki yang kamu lihat di parkiran hotel adalah saya? Kenapa kamu gak bilang kalau selingkuhan Kayla itu saya?" Tiba-tiba Alex menampar Chifa lagi. "Kalaupun kamu cerita, dia gak akan percaya dan bahkan semakin membenci kamu. Jadi stop buka mulut! Paham!"

Chifa menangis tersedu-sedu. Ia mengangguk walaupun kulit kepalanya terasa sangat sakit. "Iya, Tuan. Saya janji gak akan cerita apapun dan ke siapapun."

Akhirnya Alex melepaskan Chifa lalu berdiri dengan tegak. "Bi Tia!"

Beberapa detik kemudian bi Tia langsung hadir di depan pintu kamar. "Saya, Tuan."

Alex berbalik membelakangi Chifa. "Obatin lukanya. Jangan sampai dia sakit. Saya gak mau dia buang-buang uang saya untuk biaya pengobatan dia." Kemudian Alex melenggang pergi dari kamar Chifa.

Chifa masih menangis di lantai. Bi Tia langsung menghampiri dan membantu Chifa bangun. Bi Tia menuntut Chifa untuk duduk di tepi ranjang. "Chifa, maafin bibi ya. Bibi gak bisa bantu kamu."

Chifa mengangguk. Yang terjadi padanya tidak ada sangkut pautnya dengan bi Tia. Justru ia sangat berterima kasih karena bi Tia telah memberikan kelembutan serta kasih sayang padanya. Ia seperti memiliki ibu walaupun berada di rumah yang sangat menekan batin dan fisiknya.

Dan soal hari ini, yang terjadi juga bukan karena bi Tia. Ia yang lupa bahwa setiap sudut dari rumah mewah ini telah dilengkapi cctv dan penyadap suara. Alex pasti mengeceknya dan mendapati dirinya mencoba mencari bantuan dengan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya pada Marvel.

* * * *

Pesta ulang tahun perusahaan CH Group sudah selesai digelar dengan meriah. Sehari setelah acara pesta yang digelar langsung di kantor CH, Marvel langsung bertolak ke Jakarta. Masih banyak yang harus ia urus teruma tentang kebohongan Chifa dan bi Sumi, juga Ghazali.

"Apa salah saya nya?" Bu Sumi menahan air matanya ketika pagi ini tiba-tiba Liana mengatakan akan memecat bi Sumi serta mengambil lagi rumah yang sudah diberikan kepada Ghazali.

Liana menunduk, ia marah dan juga kecewa, akan tetapi tidak mungkin ia marah-marah pada bi Sumi. Bi Sumi telah banyak membantunya dan bekerja dengan sangat baik. Sulit mencari pengganti bi Sumi. Jika bukan karena desakan Marvel, ia tidak mungkin memecat bi Sumi. Satu kesalahan seharunya tidak menghapuskan seribu kebaikan.

"Bibi udah bohong." Tiba-tiba Marvel muncul di anak tangga.

Bi Sumi menoleh untuk melihat anak majikannya. "Saya bohong apa, Tuan?" Untuk saat ini ia masih bingung sehingga tidak marah saat dituduh sembarangan.

Setelah menapakkan kaki di lantai dasar, Marvel berdiri dengan tegap serta melipat tangan di depan dada. "Bibi bilang Chifa dibawa sama rentenir, tapi pas saya ke Bali, dia kerja di rumah Alex, teman saya. Pasti Bibi udah sekongkol sama Chifa kan, biar di sini ayahnya di kasih rumah supaya dia bisa tenang cari kerja di tempat lain. Apa Bibi tahu, kami selama ini khawatir, tapi ternyata semuanya cuma bohong."

Bi Sumi menatap tak percaya pada Marvel. Ternyata biang penuduhnya adalah anak majikannya ini. Ia tahu Marvel memang tidak bisa berbicara lembut bahkan ia sendiri jarang berkomunikasi dengan pria yang satu ini. Akan tetapi memfitnah, ia tidak terima. Jelas-jelas ia melihat dengan mata kepalanya sendiri pada saat itu Chifa diseret paksa.

"Ya Allah, Tuan. Untuk apa saya sama Chifa bohong? Gak ada untungnya untuk kami. Dan Tuan bilang Chifa kerja di rumah temen Tuan? Berarti temen Tuan itu rentenir. Kenapa Tuan gak percaya?"

"Jelas saya gak percaya. Alex itu pengusaha sukses, untuk apa dia jadi rentenir lagi? Dia baik dan gak mungkin jalanin pekerjaan kotor begitu," sanggah Marvel dengan emosi yang sedikit naik.

Liana menatap putranya dan bi Sumi secara bergantian. Sebenarnya ia sedikit percaya pada bi Sumi. Apalagi sekarang bi Sumi terlihat sungguh-sungguh dengan ucapannya. Akan tetapi disatu sisi, Marvel tidak mungkin salah sangka. Alex teman Marvel adalah pengusaha besar, mana mungkin jadi rentenir.

Bi Sumi mengambil tasnya yang sejak tadi diletakkan di bawah kakinya. "Gak apa-apa kalau Nyonya sama Tuan gak percaya dan malah nuduh kami. Urusan Chifa dibawa rentenir juga bukan tanggung jawab Nyonya dan Tuan. Terima kasih selama ini udah peduli sama Chifa dan juga saya. Terima kasih atas kebaikan Nyonya selama ini. Saya juga bakal jemput bapaknya Chifa untuk balik lagi ke desa. Sertifikat tanah dan rumahnya akan saya kirim nanti." Kemudian bi Sumi menatap Marvel. "Tapi inget Tuan, Chifa itu gak pernah bohong."

Setelah itu Bi Sumi melangkah pergi dari rumah keluarga Willson dengan hati yang sangat sakit. Sebenarnya ia masih tidak begitu mengerti mengapa kesalahpahaman ini bisa terjadi, akan tetapi semuanya sudah terjadi, ia telah dipecat dan ayah Chifa akan meninggalkan rumah barunya. Dan kini ia juga sudah tahu bahwa Chifa berada di Bali. Setidaknya ia sudah tahu keberadaan gadis itu dan akan memberitahu ayahnya.

Di dalam rumah, Liana menatap tajam pada Marvel. "Seharusnya kamu bisa ngomong lebih sopan sama orang tua. Mamah kecewa sama kamu." Kemudian Liana beranjak pergi menuju kamarnya.

Marvel menghela nafas. Mengapa ibunya marah padanya? Bukannya ia sudah melakukan hal yang benar? Pembohong jangan dipelihara di dalam rumah karena satu kebohongan akan diikuti oleh banyak kebohongan lainnya agar kebohongan pertama bisa tertutupi.

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang