Ibu Hamil Galak

5.6K 371 20
                                    

"Sayang jangan banyak gerak!"

"Sayang, inget ada dedek!"

"Hati-hati jalannya, Sayang. Sekarang kamu jalan bawa dedek di dalem perut."

"Sayang, minum susunya!"

"Sayang istirahat!"

"Sayang jangan lari-lari!"

Kurang lebih begitulah seruan Marvel yang setiap hari bahkan hampir setiap detik diserukan oleh Marvel. Ia tidak ingin istri tercintanya sampai kelelahan dan ia tidak ingin terjadi sesuatu pada anak mereka. Namun sayangnya Chifa tidak bisa diatur. Chifa selalu membuat kepalanya pusing.

Seperti hari ini. Hari ini ia masuk ke kantor setelah mengambil cuti seminggu karena istrinya baru saja hamil. Dan hari ini Chifa diajak Marvel ke kantor.

Sebenarnya Chifa bisa dibiarkan bersantai di rumah, akan tetapi ia tidak menjamin bahwa istrinya akan benar-benar bersantai. Walaupun ada asisten pribadinya yang bisa ditugaskan menjaga Chifa, tetapi ia tidak bisa percayakan tugas itu pada Ridho. Ridho tidak pernah bisa melawan Chifa. Bahkan saat Chifa memotong bebek tetangga, Ridho lah yang menangkapkan almarhum bebek tersebut karena paksaan Chifa. Untung saja tetangganya memaklumi setelah tahu Chifa sedang mengidam.

"Mas, bosen." Chifa duduk di sofa sambil memainkan ponsel Marvel. Ia sedang bermain game.

"Kan lagi main game. Kok bosen?" Marvel berbicara tanpa menatap istrinya karena matanya tengah fokus pada deretan angka-angka di laptopnya.

Chifa melirik ke arah Marvel dan dilihatnya Marvel sedang sibuk dengan pekerjaan. "Masku Sayang, kok ngabaikan aku sih?"

Marvel mengangkat matanya. "Mas lagi kerja sayang. Nanti kalau udah beres mas duduk di situ sama kamu."

Chifa mengerucutkan bibirnya. "Bohong. Dari tadi kerjaan Mas gak selesai-selesai."

Marvel menghela nafas dalam-dalam dan segera mengerjakan pekerjaannya dengan cepat. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar nanti bisa bersantai dengan Chifa. "Iya Sayang, sebentar lagi."

Chifa masih mengerucutkan bibirnya. "Enakkan pas Mas cuti, aku bisa ngabisin waktu untuk manja-manjaan sama Mas."

Marvel menatap istrinya yang kini super sensitif. Sedikit-sedikit ngambek dan marah. Namun beruntung Chifa tidak pernah marah lama-lama. "Ya udah duduk di sini, di pangkuan Mas. Sambil kerja Mas usapin perutnya."

Mendengar tawaran yang menyenangkan, Chifa langsung tersenyum lebar. Ia langsung berdiri lalu berlari kecil menuju kursi Marvel. Melihat itu Marvel ingin mengikat kaki Chifa agar tidak bisa berlari seperti itu. "Sayang, udah mas bilangin berkali-kali, jangan lari-lari."

Chifa langsung mendudukan dirinya di atas pangkuan Marvel. Ia malah menyengir tak berdosa. "Ayo usapin perut aku," pinta Chifa.

Marvel tersenyum. Melupakan kekesalannya dan langsung menuruti permintaan Chifa. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengetik, sedangkan tangan kiri untuk mengusap purut Chifa dengan lembut. Ia tidak sabar menunggu perut rata istrinya itu menjadi buncit. Mengusap perut rata istrinya yang rata saja sudah menyenangkan, apalagi saat perut itu membuncit dan nantinya bayi mereka akan menendang, pasti sangat membuat ia senang dan terharu.

"Mas, nanti jalan-jalan ya?"

Marvel mengangguk. "Apapun Sayang. Mau jalan-jalan, mau lari-lari, mau ngesot-ngesot, semua mas turutin."

"Tapi tadi lari sedikit aja gak boleh." Chifa memberengut lagi.

Marvel tersenyum. "Itu perumpamaan sayang. Saking apapun yang kamu mau, mas pasti kabulin."

Chifa langsung tersenyum senang dan langsung memeluk Marvel dengan erat. "Makasih Masku Sayang. Mas makin manjain aku sejak aku hamil. Kalau gini tiap tahun aku hamil ah."

Marvel tertawa mendengar Chifa berbicara seperti itu. Apakah istrinya pikir hamil dan melahirkan adalah hal yang mudah? Karena masih satu bulan, mungkin Chifa belum merasakan yang namanya ngidam. Tapi lihat saja nanti, ia yakin Chifa akan sangat rewel karena mual dan lain-lain. Membayangkan Chifa akan merengek karena tidak nyaman, ia sudah merasa kasihan.

"Jangan tiap tahun juga, Sayang. Walaupun nanti kamu udah gak hamil, mas janji gak akan berubah. Kan mas cinta kamu."

Chifa langsung tersipu-sipu. "Aaaa co cweet ...." Chifa mengecup pipi Marvel.

Marvel tersenyum senang. Setelah menikah, istrinya itu lebih sering berinisiatif mencium duluan. Hal inilah yang membuat ia semakin berbunga-bunga.

"Pak Marvel sa ... ya ...."

Marvel dan Chifa menoleh ke sumber suara. Di depan pintu berdiri seorang wanita cantik, berbody bohay, dan berpakaian mini. Rok span hitamnya hampir satu jengkal di atas lutut, serta kemeja putih yang super ketat ditambah dua kancing sengaja tak dikancingkan.

"Ma-ma-maaf, Pak. Saya pikir Anda tidak membawa istri Anda." Wanita itu menunduk malu karena memergoki bosnya sedang bermesraan dengan istrinya.

Chifa langsung bangkit dari pangkuan Marvel dan kini berdiri menantang. "Jadi kalau gak ada saya, kamu bisa masuk nyelonong tanpa ngetuk pintu gitu?"

Marvel menggenggam tangan Chifa lalu mengusapnya lembut. "Jangan marah-marah, Sayang. Dia cuma sekretaris pengganti sementara. Soalnya kan pak Fahar lagi cuti istrinya melahirkan."

Chifa langsung melayangkan tatapan tajam.

Waduh. Apa ibu hamil begini ya. Galak bener. Marvel langsung terdiam.

"Kamu, keluar dari ruangan suami saya. Dan jangan pake baju begitu lagi. Kayak di dunia ini gak ada baju yang lebih tertutup sedikit. Atau jangan-jangan kamu mau goda suami saya ya? Huh jangan harap kamu berhasil. Tipe-tipe sekretaris penggoda itu udah saya tebak dan trik-trik liciknya udah sering saya baca di novel. Jadi jangan harap bisa melancarkan trik licik itu. Lagian suami saya kuat iman. Cuma ngelihat body gak seberapa kamu mah mana mungkin tergoda. Jadi buang-buang rencana bulusmu itu ya."

Chifa merocos terus tanpa melihat wajah sekretaris itu yang sudah merah padam. Entah itu marah karena dituduh, atau marah karena rencananya sudah terbongkar duluan. "Baik, Bu. Sekali lagi maaf." Setelah itu sekretaris tadi keluar dari ruangan Marvel dan menutup pintu.

"Say-"

"Apa sayang-sayang?! Mas sengaja kan carinya yang body bohay begitu? Memangnya di dunia ini gak ada lagi sekretaris pengganti yang laki-laki? Pokoknya, mulai sekarang aku harus ikut ke kantor setiap hari. Dan tetapin seluruh pekerja perempuan di sini harus pakai celana dan pakai kemeja longgar."

"Say-"

"Kalau besok masih ada yang pake-pakean ketat, aku gak mau ngasih jatah." Chifa benar-benar serius meminta suaminya melaksanakan apa yang ia perintahkan.

Alhasil Marvel hanya bisa menghela nafas. Karyawati di kantor ini sebenarnya tidak ada yang berpenampilan seksi. Sekretaris tadi adalah sebuah pengecualian. Lagi pula beberapa hari lagi sekretaris itu akan diganti lagi oleh Fahar. Akan tetapi apa boleh buat, ia harus mengikuti dulu kemauan istrinya yang sedang sensitif. Nanti jika sudah baikan, ia yakin istrinya tidak akan mempermasalahkan lagi.

"Iya Sayang, iya. Jangan marah-marah lagi ya. Kasihan dedeknya. Sini duduk lagi, biar Mas peluk," bujuk Marvel seperti pada anak kecil.

Chifa langsung tersenyum lagi dan langsung duduk kembali di atas pangkuan Marvel.

Masih belum apa-apa ya Guys. Dan hari ini Sely updatenya sore karena nanti malam Sely ada acara. Semoga kalian suka ya Guys☺️

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang