"Tuan! Tolong!"
Marvel yang berjalan lebih dulu dibanding Chifa langsung berbalik badan dengan terkejut. Ia pikir telah terjadi sesuatu pada Chifa.
"Mata saya gak bisa dibuka. Anginnya kenceng banget dan silau banget. Mata saya sakit dipaksa melek di tengah terik matahari begini."
Marvel menghela nafas. Ternyata hanya karena silau dan angin yang kencang. Tapi memang benar, matahari siang ini sangat terik. Mereka sampai di Ancol pukul 9 pagi tadi. Setelah makan dan main-main sebentar, tak terasa hari sudah siang dan matahari menjadi sangat terik. Ia sendiri pun lupa membeli kacamata hitam.
"Ya udah tunggu di bawah pohon itu. Saya beli kacamata dulu."
Chifa menurut dan cepat-cepat berteduh di bawah pohon, sedangkan Marvel berbalik arah menuju parkiran mobil. Suaminya itu akan pergi mencari kacamata hitam. Sambil menunggu, Chifa duduk dan memandangi pemandangan sekitar. Sungguh indah menurutnya. Selama tinggal di Jakarta, ia belum pernah sengaja jalan-jalan seperti ini. Setelah menikah barulah ia bisa jalan-jalan dan mengetahui keindahan serta kemewahan ibu kota negara Indonesia ini.
Nikah sama sultan mah memang enak. Hehehe.
Chifa tersenyum sendiri begitu menyadari bahwa betapa ia sangat beruntung bisa menikah dengan Marvel yang merupakan seorang yang sangat kaya. Melihat para gadis yang berlalu-lalang di sekitarnya dengan pakaian yang sangat modis, dan membandingkannya dengan dirinya. Tentu saja ia yang paling sederhana dalam berpakaian. Ia yakin para gadis itu mati-matian selalu modis walaupun modal diskon demi menarik perhatian para pria kaya. Namun di sini dirinya lah yang beruntung. Seorang yang biasa saja, bahkan terbilang miskin bisa memiliki suami yang kaya, baik, plus tampan pula. Itulah takdir.
Saat sedang melamun, ia dikejutkan dengan tepukan pada bahunya. Ia menoleh ke belakang dan kembali terkejut melihat orang yang menepuk bahunya bukanlah Marvel, melainkan pria keren berkacamata hitam.
"Chifa, kan?" tanya pria itu sambil tersenyum.
Chifa mengerutkan kening sambil mencoba menerka siapa pria keren yang menyapa ini. Tak lama kemudian ia baru ingat. "Ah! Pak Dino!" Chifa sangat excited begitu mengingat asisten Alex yang menyapa nya ini.
Dino tertawa kecil sambil mengangguk. "Iya bener. Kenapa lama banget ingetnya? Padahal baru setengah bulan gak ketemu."
Dino dan Chifa memang seperti sudah dekat padahal mereka jarang bertemu. Hal ini terjadi karena Dino tidak seperti Alex ataupun Marvel. Pria jomblo fisabilillah ini sangat ramah pada siapapun dan Chifa sangat nyaman jika berbicara dengan Dino.
"Habisnya Bapak pakai kacamata hitam gede banget. Sebagian wajahnya gak kelihatan. Untung saya inget senyumnya," jawab Chifa sambil tertawa ceria juga.
"Wah, berarti senyuman saya indah ya, sampai membekas diingatan," canda Dino yang memang sebenarnya humoris.
Chifa tertawa sambil mengangguk. Dirinya memang selalu jujur dan Dino tahu itu. Tahu senyumannya membekas di ingatan Chifa, ia sempat merona untuk beberapa saat sebelum kemudian ingat sesuatu yang membuat ia jauh-jauh berjalan untuk menyapa Chifa.
"Oh ya. Kamu tinggal di dekat sini?" tanya Dino penasaran.
Chifa menggeleng. "Enggak, Pak. Saya tinggal cukup jauh dari sini."
"Terus, sama siapa kamu ke sini? Kok sendirian aja? Bukannya dulu kamu bilang kamu gak suka jalan-jalan sendiri karena gak tahu tempat apapun?" tanya Dino lagi.
Chifa tersenyum mengingat Marvel lah yang mengajaknya jalan-jalan. "Saya ke sini sama Tuan Marvel. Dia ngajak saya jalan-jalan."
Dino terdiam sejenak. Ia tahu konflik yang terjadi di antara Alex dan Marvel. Walaupun Alex bermusuhan dengan Marvel, namun tidak dengan dirinya. Ia tidak membenci Marvel karena ia sendiri tahu bagaimana Alex sebenernya. Lagi pula ia juga jarang berbicara dan bertemu dengan Marvel, sehingga seharusnya memang tidak memiliki masalah dengan pria tampan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romance"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...