Seketika hati Alex hancur berkeping-keping. Ia kalah lagi, ia kehilangan cintanya lagi. Dan lagi-lagi orang yang mengambilnya adalah Marvel, rekan bisnisnya. Ia membenci kenyataan pahit ini. Tangannya sudah terkepal kuat dan beberapa detik kemudian melayanglah kepalan tangan itu.
"Sialan! Kamu lagi-lagi merebut cintaku!"
Marvel hampir tersungkur ke belakang jika Chifa tidak menahannya. Begitu Marvel berhasil berdiri tegak, Marvel mengelap sudut bibirnya yang berdarah. Dan tiba-tiba ... Bugh! Marvel membalas pukulan Alex. "Cinta kamu bilang! Dulu kamu nyiksa Chifa! Apa itu yang namanya Cinta?"
Alex merasakan kepalanya sedikit pusing. Ternyata pukulan Marvel tidak bisa dianggap remeh. Baru akan melayangkan pukulan lagi, ia harus menahannya karena tiba-tiba Chifa berdiri di depan Marvel dan melindungi pria itu.
"Cukup Tuan! Jangan buat keributan!" Chifa menangis. Mungkin gadis itu tidak tega melihat suaminya baku hantam.
Seketika emosi Alex mereda begitu melihat Chifa. Ia merindukan gadis itu. Ia merindukan senyuman gadis ini, merindukan masakannya, merindukan cerewetnya, dan merindukan suara nyaringnya yang membangunkan dirinya di setiap pagi. Ia membutuhkan sosok gadis ini.
"Chifa, saya gak buat keributan." Alex meraih tangan Chifa. "Saya cinta kamu, Chifa. Saya bodoh karena baru sadar setelah kamu pergi jauh dari saya. Ternyata saya udah terbiasa dengan kehadiran kamu di sini saya. Saya merasa kesepian begitu kamu gak ada. Tolong Chifa, kembalilah pada saya dan ceraikan dia. Dia merebut kamu dari saya."
Sedang mengungkapkan isi hatinya, tiba-tiba dari belakang seseorang menariknya menjauh dari Chifa, kemudian ... Plak! Byur!
Sebuah tamparan disusul dengan siraman sebuah air manis ke wajahnya terjadi begitu cepat hingga ia terkejut. Kini pipinya terasa panas dan wajah serta kemejanya basah.
"Dasar laki-laki gak tahu malu! Di depan banyak orang mau goda istri orang." Seorang gadis yang tidak ia kenal meraih kerahnya bak seorang preman yang sedang mengancam korbannya. "Heh, kamu denger ya. Kamu gak pantes untuk mbak Chifa. Udah kejam, gak tau malu lagi. Pergi kamu dari sini!"
Terdengar riuh-riuh yang mengalahkan dirinya atas keributan yang terjadi. Dan ada pula beberapa orang yang menertawakan kejadian memalukan yang baru saja terjadi. Ia tidak bisa tinggal diam. Baru kali ini ada orang yang berani merendahkan dirinya, menampar nya serta menyiramkan air ke wajahnya. Ia pun mencekal tangan gadis itu dengan emosi yang sudah sampai ubun-ubun. Sepertinya ia akan membunuh orang hari ini.
"Kurang ajar kamu! Aku akan buat perhitungan!"
Tangannya sudah terangkat ke atas untuk melayangkan pukulan, akan tetapi lagi-lagi ada seseorang yang menariknya dan melepas paksa cekalan tangannya pada gadis itu. Saat menoleh, ternyata orang tersebut adalah Dino, asisten pribadinya.
"Tuan, tolong tahan emosi. Jangan membuat Anda lebih malu."
"Kamu-"
Belum selesai bicara, Dino telah menarik paksa dirinya ke arah luar area pesta. Begitu sampai di parkiran, Alex menghempas tangan Dino dengan kasar kemudian melayangkan satu tinjuan.
"Brengs*k! Berani-beraninya kamu!"
Dino terhuyung ke belakang. Ia akui, pukulan Alex memang selalu luar biasa. Cepat-cepat ia menunduk untuk meminta maaf. "Maaf Tuan, tapi saya hanya tidak ingin Anda dipermalukan di depan umum."
Alex kesal setengah mati dan menendang mobil yang entah milik siapa. "Aku tidak peduli! Yang penting Chifa jadi milikku!"
Dino ingin sekali membenturkan kepala Alex ke tembok. Ia ingin Alex sadar bahwa Chifa sudah menjadi milik orang lain. Dan kelakuannya hari ini pasti akan berpengaruh pada nama baiknya di dunia bisnis. Alexandre Brandtan yang terkenal tegas dan berwibawa, berubah menjadi pria gila tak tahu malu yang merusak acara orang dengan lancang.
"Tapi dia sudah menjadi milik orang lain, Tuan. Jika Anda mencintainya, maka relakan dia bahagia bersama pilihannya," ucap Dino berusaha melunakkan hati tuannya.
Alex meludah merendahkan. "Itu perkataan orang bodoh. Jika merelakan dengan mudah, itu tandanya tidak cinta. Dan aku mencintai Chifa, aku akan membawanya pergi bersamaku, tak peduli dia istri orang."
Alex seperti orang yang kehilangan kewarasa. Ia akan masuk kembali dan akan memaksa Chifa pergi secara terang-terangan di depan banyak orang. Sebelum Alex bisa masuk, Dino menariknya secara paksa. Tahu Dino menahannya, Alex terus melawan. Hingga tanpa sadar Dino melayangkan tinjuan agar Alex sadar atas perbuatan gilanya.
"Jangan bertindak bodoh, Tuan!" bentak Dino penuh amarah. Ia sangat peduli pada reputasi tuannya, tapi sayangnya tuannya itu tidak mengerti.
Alex memegangi rahangnya yang sakit. Ia langsung memandang tajam pada Dino. "Berani kamu memukulku?"
Dino yang sudah kesalpun balas menatap tajam pada Alex. "Ya. Karena Anda tidak waras. Dia sudah menjadi istri pak Marvel. Pak Marvel adalah orang yang baik, seharunya Anda tenang karena Chifa sudah berada di tangan orang yang tepat."
Alex mengepalkan tangan kuat. "Kamu membela laki-laki itu?"
Dino mengangguk mantap. "Ya. Karena saya juga tahu mana yang benar dan salah, dan saya juga tahu mana yang baik dan yang tidak."
Tiba-tiba saja satu tinjuan mendarat di wajah Dino, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. "Dasar bodoh! Mulai hari ini kamu aku pecat! Jangan tunjukkan wajahmu lagi! Dan ingat, aku bersumpah setelah ini kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan apapun! Ingat itu." Setelah itu Alex berjalan menuju mobilnya dan memilih pergi.
Dino menghela nafas berat. "Aku yakin tuan Alex gak main-main sama perkataannya."
Sedangkan di dalam area pesta, keadaan sudah kembali normal. Walaupun sempat tegang, namun semuanya kembali tenang. Acara ijab kabul tetap dilangsungkan walaupun semua orang kini sudah tahu Chifa dan Marvel telah resmi menjadi suami istri. Selesai ijab kabul, pengantin wanita dan pria duduk di atas pelaminan.
"Kenapa melamun?" tanya Marvel yang menyadari Chifa tidak seceria biasanya. Padahal hari ini adalah hari bahagia mereka.
"Saya sedikit kasihan sama tuan Alex, Mas. Saya gak tau kalau tuan Alex suka sama saya."
Tiba-tiba hati Marvel memanas. Ia tahu Chifa itu baik, sehingga mudah bagi istrinya ini untuk bersimpati. Akan tetapi ia tidak rela jika istrinya bersimpati pada Alex. Sungguh ia tidak suka. "Itu hukuman untuk dia. Dia udah nyiksa kamu, Chifa. Apa kamu masih mau kasihan sama dia?"
Chifa menoleh pada Marvel dan langsung tersenyum. "Kita itu harus memaafkan, Mas. Saya udah maafin tuan Alex sejak saya ninggalin rumah dia dan ikut sama Mas. Jadi saya sedikit kasihan sama dia." Kemudian Chifa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Marvel. Dia tahu suaminya cemburu. "Tapi saya gak akan ngasih hati ini ke dia karena merasa kasihan. Hati saya, cinta saya, dan raga saya, semuanya cuma untuk Mas dan udah jadi milik Mas."
Seketika senyum mengembang di bibir Marvel. Istrinya sudah pintar menggombal ternyata. "Iya Sayang, Mas juga begitu."
Chifa menengadah menatap manik suaminya. Apakah ia tidak salah dengar? Sayang? Mas? Apakah Marvel baru saja berbicara demikian? "Sayang?" tanya Chifa.
Marvel mengangguk. "Iya. Sayang. Mas manggil kamu Sayang. Bolehkan?"
Seketika pipi Chifa bersemu merah. "Makasih Masku Sayang." Chifa langsung memeluk suaminya dengan erat.
Semua tamu undangan tersenyum-senyum sendiri menyaksikan Chifa dan Marvel. Walaupun tidak tahu apa yang sedang dibicarakan, namun jelas mereka melihat Chifa dan Marvel sangat romantis di atas pelaminan. Walaupun sedang duduk di pelaminan dan menjadi tontonan semua orang, mereka tidak kaku dan gugup seperti pasangan pada umumnya. Oleh sebab itu mereka berpikir bahwa Chifa dan Marvel adalah pasangan yang sangat romantis.
Mau lanjut? Ya tunggu nanti lah. Jari tangan sely kelimpungan nih. Pegel banget 🥺. Kita lanjut nanti, oke.
Oh ya. Perlu saran nih. Setelah cerita ini tamat, niat Sely mau buat cerita Alex. Tapi kalau jadi ya itupun. Dan sely bingung mau buat cerita Alex yang dingin dan kejam, atau buat cerita Farez. Farez itu lebih dingin dari siapapun. Sely rasa kalau naro air dimulutnya langsung beku deh. Jadi kalian pilih yang mana, Guys? Pilih buat cerita Alex, atau pilih cerita Farez. Ayo-ayo silahkan dipilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romantik"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...