"Kayla tunggu!" Akhirnya Marvel berhasil meraih tangan Kayla sebelum gadis itu masuk ke dalam lift. Marvel menarik tangan Kayla hingga gadis itu menghadap dirinya. Di sana, di mata gadis itu, ia melihat ada butiran air mata yang menetes. Ia tidak suka itu.
"Apa lagi? Kamu tadi malem tidur sama pembantu gila itu, kan?" Kayla menuduh Marvel dengan tatapan benci. "Jelaslah. Siapa sih yang mau sia-siain pembantu muda kayak dia. Lagian dia kan memang budak, jadi terserah kamu mau diapain juga. Dasar perempuan murahan."
Marvel menatap Kayla sambil membiarkan Kayla mengeluarkan unek-unek dihatinya.
"Memangnya apa sih kelebihan dia sampai-sampai kamu mau tidur sama dia? Cantik, harta, kasta, semua aku punya, tapi kenapa kamu milih pembantu gila itu? Apa karena kamu memang suka sama dia? Oh, pantesan aja kamu gak mau memperjelas hubungan kita dan pantes aja kamu gak mau pecat dia. Ternyata karena kamu suka sama dia, kan? Iya kan, Vel?"
"Kamu ngomong apa sih, La? Aku sama dia gak ada hubungan apa-apa. Kamu cuma salah paham," ucap Marvel ingin menjelaskan.
Kayla melepas tangannya dari genggaman tangan Marvel. "Laki-laki memang begitu. 'kamu cuma salah paham' salah paham dari mananya sedangkan jelas-jelas pagi-pagi begini perempuan murahan itu ada di kamar kamu dan kamu kunci kamarnya. Itu yang namanya salah paham?!"
"Dengerin aku dulu!" Akhirnya Marvel kehilangan kesabaran. Sudah cukup sabar selama ini ia menghadapi Kayla yang selalu berbicara semaunya. "Aku dijebak, La. Pagi-pagi dia ketuk kamarku terus pas aku buka, dia nerobos masuk dan langsung ngunci pintu. Dia naik ke tempat tidurku dan gak lama kemudian kamu datang ketuk pintu. Dia sengaja buat kita berantem, La. Kamu sadar gak sih? Kalaupun aku kau jadi laki-laki brengs*k, ya aku juga pilih-pilih kali. Kamu tahu sendiri Chifa itu gila dan stress, banyak banget kelakuan dia yang diluar dugaan."
Kayla langsung diam sejenak. Benar juga. Chifa itu rada-rada gila. Dan ia sudah mengenal Marvel sangat lama. Dia tahu Marvel bukan laki-laki hidung belang ataupun semacamnya. Ia tahu bahwa Marvel adalah pria yang menghormati wanita. Bahkan saat pacaran dulu, Marvel tidak lebih dari menggenggam tangannya, memeluknya, dan mencium pipi atau kening. Marvel tidak pernah melakukan hal lebih dari itu.
"Kamu percaya sama aku?" tanya Marvel berharap Kayla bisa percaya.
Cukup lama berpikir, akhirnya Kayla mengangguk. "Hmm. Aku percaya." Kemudian Kayla berhambur memeluk Marvel. Begitupun dengan Marvel yang memeluk erat Kayla. Ia bersyukur, untung saja Kayla tidak percaya pada tuduhan Chifa.
Mengingat pembantu setengah gila itu, Marvel kembali kesal. Ia harus membuat perhitungan agar gadis itu jera dan tidak akan mengerjainya lagi.
* * * *
Nyatanya Marvel lupa untuk memberikan Chifa pelajaran. Pagi ini ada jadwal meeting dengan kontrak yang akan menjalankan proyek hotelnya. Sehabis ia berbicara dengan Kayla tadi, Marvel langsung kembali ke kamar untuk mandi dan siap-siap. Saat kembali, di kamarnya sudah tidak ada Chifa sehingga ia sedikit mengabaikan kejadian tadi. Selesai siap-siap, ia langsung melesat ke lokasi yang menjadi tempat rapat. Dan tentunya ia harus menjemput Iqbal terlebih dahulu.
"Kita bertemu lagi, Pak Marvel."
Marvel yang sedang berbicara dengan Iqbal pun langsung menoleh. Ternyata orang yang menyapanya adalah Alex. Ia pun mengembangkan senyum. Yang pastinya senyum bisnis.
"Hai, Pak Alex. Tentu saja kita akan bertemu lagi. Bahkan selanjutnya kita akan lebih sering bertemu," ucap Marvel dengan ramah.
Alex tertawa kecil. "Kalau begitu gak usah pakai bahasa Formal dong. Kita kan seusia walaupun aku lebih tua satu tahun, tapi ya anggap kita seusia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romance"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...