Perjalanan romantis yang diimpi-impikan oleh Kayla menjadi berantakan karena ada Chifa. Kayla sama sekali tidak menyangka bahwa Marvel akan mengajak gadis stress itu untuk ikut. Saat ditanya mengapa, Marvel hanya akan mengangkat bahu. Marvel tidak mau menjawab seolah-olah enggan banyak membahas tentang Chifa. Dan sepanjang perjalanan, Chifa dan Kayla terus berdebat.
Apalagi ketika masuk bandara. Chifa yang tidak pernah naik pesawat tentu saja sangat senang dan takjub melihat bandara serta pesawat yang akan ditumpangi, sedangkan Kayla, gadis itu terus sibuk mengejek Chifa dengan kata 'norak' ataupun 'katrok'. Dan tentu saja Chifa tidak terima sehingga kedua gadis itu kembali bertengkar lagi. Sedangkan Marvel, pria itu hanya bisa menghela nafas untuk mengabarkan harinya.
Marvel, Chifa, dan Kayla tiba di hotel Yogyakarta ketika hari menjelang magrib. Mereka menginap di hotel bintang lima yang tentunya lagi-lagi membuat Chifa senang setengah mati. Kali ini Kayla tidak mencari ribut lagi, mungkin karena ia sendiri sudah merasa sangat lelah.
"Hoaaam. Kok jam segini aku udah ngantuk ya?" Chifa merebahkan tubuhnya di ranjang berseperai putih bersih. "Tapi aku harus mandi dulu."
Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Ah ya ampun! Baju-bajuku!"
Chifa loncat dari tempat tidur dan langsung berlari keluar menuju kamar Marvel yang tepat bersebelahan dengan kamarnya. Tanpa permisi ia langsung masuk dan memanggil Marvel.
"Tuan!"
Marvel yang tengah menyusun pakaiannya terlonjak kaget. Melihat Chifa, ekspresi datarnya pun kembali. "Apaan sih?"
Chifa mengambil tangan Marvel, menarik pria itu berdiri, lalu menarik tangan Marvel untuk pergi keluar. "Kita balik ke Jakarta."
Marvel menahan tangannya sehingga Chifa tidak dapat menarik dirinya lagi. "Ada apa sih? Memangnya balik ke Jakarta itu kaya dari rumah ke kantor? Jauh. Kalau kamu gak betah di sini ngapain kamu ikut-ikutan ke sini?"
Chifa melepaskan tangan Marvel. "Baju saya ketinggalan di rumah, Tuan. Terus saya mau pake baju apa?"
Marvel menjengitkan alis. "Kok bisa?"
"Ya biasalah, Tuan. Namanya juga orang lupa," jawab Chifa sambil cemberut.
"Tapi tadi koper yang dibawa kan ada tiga. Kamu juga bawa koper tadi, kan?" Seingat Marvel, keluar dari bandara, Chifa menggeret satu koper.
Chifa menepuk jidatnya. "Ya ampun! Berarti dari tadi aku bantuin nenek lampir itu bawain kopernya. Ya ampun! Aku kira tadi koperku! Wah, keenakan dia dong. Ish, bodohnya aku!"
Marvel berpikir sejenak. Ia memikirkan bagaimana nasib Chifa yang bajunya tertinggal. Tidak mungkin juga ia kembali ke Jakarta atau meminta orang-orang papahnya untuk mengirim koper Chifa. Memang bisa saja, tapi tentu membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan Chifa butuh baju sekarang. Kemudian ia dapat ide. "Ah, kamu pinjam dulu aja baju, Kayla. Nanti saya minta pekerjaan papah untuk ngirim koper kamu."
Chifa langsung memutar bola matanya. "Idih, uwoo! Sampe matipun saya gak mau pinjem baju nenek lampir itu. Baju kekurangan bahan semua. Lagian, mana mau nenek lampir itu minjemin bajunya ke saya."
Marvel menghela nafas panjang. Benar juga yang dikatakan oleh Chifa. Chifa dan Kayla itu seperti musuh bebuyutan. Mana mungkin Kayla mau meminjamkan bajunya. Akhirnya ia mengambil cara terakhir.
"Ya udah, ikut saya ke mall." Marvel berjalan ke meja nakas kemudian mengambil ponsel dan dompetnya.
"Ngapain?" tanya Chifa belum tahu alasan Marvel mengajaknya.
Marvel menatap Chifa dengan malas. "Ya beli baju untuk kamu lah." Lalu Marvel berjalan lebih dulu. "Jangan banyak tanya. Ikut saya."
* * * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romansa"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...