"Tapi ini mahal banget, Tuan." Chifa sejak tadi tak kunjung memilih konsep pesta yang disodorkan oleh WO. Menurut Chifa, semuanya sangat bagus dan sangat mahal.
Sudah hampir satu jam mereka duduk di ruang santai tempat biasanya klien memilih konsep pernikahan. Namun selama itu pula Chifa hanya membolak-balik buku berisi foto-foto. Gadis itu hanya memandangi semuanya dengan kagum. Di setiap foto tertera budget yang harus dikeluarkan. Dan semuanya memiliki nol di atas 9 digit.
"Gak apa-apa, Chifa sayang. Pilih aja yang kamu mau," ucap Liana sambil tersenyum.
Wanita seusia dengan Liana juga hanya tersenyum. Sebelum Chifa dan Marvel datang, Liana telah bercerita panjang lebar tentang asal usul Chifa, serta cerita mengenai hubungan Chifa dan Marvel. Sebagai bibinya Marvel, Jihan juga merasa senang karena keponakannya akan segera menikah.
"Tapi apa gak buang-buang uang, Mah? Ini mahal banget loh, Mah." Chifa masih takut-takut untuk memilih.
"Chifa, Marvel dan papah Eddy bukan orang yang gaul di lingkungan itu-itu aja. Bakalan banyak tamu yang datang termasuk tamu terhormat kayak bupati, gubernur, dan lain-lain. Rekan-rekan bisnis dari luar negeri juga bakalan dateng. Kalau kita buat pesta kecil, kesannya seperti gak menghormati ke datangan mereka," jelas Liana dengan sabar. Ia ingin Chifa mengerti bahwa mereka memiliki pesta besar bukan untuk sombong atau pamer. Jika bisa, justru mereka akan membuat pesta sederhana saja. Hanya mengundang kerabat dekat dan tetangga.
Chifa melirik pada Marvel dan Marvel mengangguk tanda Chifa harus memilih. Chifa pun tersenyum lagi dan sekali lagi mengamati foto-foto konsep yang telah disiapkan.
"Tuan, ini bagus gak?" Chifa menunjuk konsep seperti berada di hutan yang indah kemudian ada sungai kecil yang jernih mengalir.
Marvel mengamati foto yang ditunjuk oleh Chifa. Setelah dilihat-lihat, pilihan Chifa sangat bagus. Nuansa romantis berpadu dengan kesegaran alam serta disentuh sebuah kemewahan yang luar biasa. Dan tentu saja sangat sesuai dengan harganya.
Marvel mengangguk. "Iya. Bagus. Pilih ini aja kalau kamu suka."
Chifa tersenyum dan matanya turun ke bawah untuk melihat harganya. "Hah! Harganya-"
"Gak usah mikirin harga," potong Marvel. "Bi, yang ini aja," ucap Marvel pada Jihan.
Jihan mengambil alih foto yang dipilih oleh Chifa. "Ini letaknya di belakang vila di puncak *@#(sensor). Ada lima vila besar di sana. Dan untuk kamar dan tempat tinggal pengantin baru, vilanya bernama Sharelove Vila. Harga yang tertera di sini belum termasuk hidangan, undangan, cincin, dan baju pengantin. Ini cuma satu paket sama penginapan vila untuk pengantin dan keluarga."
Mendengar penjelasan Jihan, Chifa sampai melongo dibuatnya. Harga yang sangat fantastis itu belum termasuk semuanya?
"Untuk harga undangan tergantung desain yang dipilih dan jumlah undangannya. Untuk makanan juga begitu," lanjut Jihan.
"Kalau baju?" tanya Liana.
"Kalau untuk baju pengantin, desain bajunya udah disesuaikan sama dekorasinya. Tinggal pilih mau yang mana aja," jawab Jihan.
Chifa dan Marvel hanya menyimak.
"Tapi ini masih bisa dinego, mau ditambahin apa aja dan mau dikurangi apanya. Misalnya ada dekorasi yang gak disukai, boleh dikurangi atau diganti sama yang sesuai selera," lanjut Jihan.
Liana menoleh pada Chifa. "Ada yang mau diganti, Chif?"
Chifa langsung menggeleng. "Apanya yang mau diganti, Mah. Itu udah bagus banget."
Liana beralih pada Marvel. "Kalau kamu?"
"Sama. Yang penting nyaman aja," jawab Marvel santai. Baginya untuk dekorasi tidak perlu pusing memilih yang ini dan yang itu. Yang terpenting adalah pengaturan penyambutan para tamu undangan.
"Oke. Berarti untuk dekorasi udah deal ya. Dan untuk penginapan gimana? Mau ditambah atau dikurangi? Kalau dikurangi, berarti harganya juga berkurang."
Marvel menggeleng. "Gak usah. Keluarga kita kan banyak. Ditambah lagi rekan bisnis dari luar negeri juga butuh tempat menginap. Yang penting waktu makan mereka diatur dengan baik."
Jihan mengangguk. "Soal itu tenang aja. Semuanya bakal di atur. Kamu tinggal kasih daftar tamu yang mau diundang dan mana-mana aja yang mau dikasih fasilitas VIP. Dan pelayan untuk keluarga mempelai perempuan udah pasti paling bagus dan istimewa, jadi gak perlu khawatir."
Akhirnya semua kesepakatan telah diambil. Kini waktunya fitting baju dan memilih cincin. Jihan bukan hanya seorang owner WO saja. Jihan seorang pendesain pakaian dan pemilik butik terbesar di Bandung. Jadi jika memakai jasa WO nya, klien akan mendapatkan pelayanan yang sangat lengkap.
"Kamu punya badan yang bagus. Cuma sedikit kurang tinggi aja," ucap Jihan yang sedang mengambil gaun kebaya. "Paling ini nanti tinggal motong sedikit bawah sama tangannya."
Chifa pun mencoba kebaya yang akan ia pakai untuk ijab kabul nanti. Dan ternyata benar, semuanya sangat pas dan hanya terlalu panjang tangannya.
"Tuh kan bener. Ini baju belum pernah dicoba sama siapapun karena ini baju yang dipajang sebagai contoh model. Tapi untuk Chifa, biarlah ini untuk Chifa aja," ucap Jihan.
"Memangnya kalau orang lain pake baju yang dijahitkan dulu?" tanya Liana.
Jihan mengangguk. "Biasanya begitu. Apalagi yang badannya agak besar. Itu pasti harus jahit baru. Dan berhubung waktu pernikahan Marvel udah mepet, mending pake yang ini aja."
Setelah fitting baju selesai, Marvel dan Chifa pun pulang. Tadinya mereka akan memilih cincin pernikahan juga, akan tetapi Marvel mengatakan tidak perlu. Biarlah cincin pernikahan ia yang memilih sendiri agar bisa menjadi kejutan untuk Chifa nantinya.
"Kami pulang dulu, Bi. Makasih untuk potongan harganya," ucap Chifa bercanda.
Jihan tertawa. "Tadinya mau ngasih gratis, tapi ya harganya terlalu besar untuk dibuat gratis. Nanti bibi rugi besar."
Setelah bercanda sebentar, Chifa dan Marvel segera pamit. Sedangkan Liana masih ingin mengobrol santai dengan adik kandungnya.
* * * *
Di lain tempat. Di sebuah apartemen, seorang pria sedang memainkan ponsel sambil berbaring di sofa. Ia baru saja pulang dari kantor dan baru saja selesai mandi. Hari ini ia lelah kesana-kemari mencarikan pembantu baru untuk tuannya. Sedang asik-asik melihat Instagram, tiba-tiba bola matanya membulat lebar. Ia bangkit dan memperbesar foto yang sedang ia perhatikan.
"Hah! Yang bener aja? Kok bisa mereka sedeket ini? Dan kenapa pak Marvel kasih love segala?" Dino melihat kolom komentar dan membaca isi komentar dari pengikut akun Marvel.
'Oh My God! My baby have girlfriend?' komentar itu ditulis oleh seorang wanita yang memiliki nama seperti orang luar negeri.
'Marvel! Kamu menyakiti hatiku. Aku pikir kita bisa berbulan madu di hotel mahalmu' Entah siapa pula yang berkomentar seperti itu. Ia yakin itu adalah fansnya Marvel. Ya walaupun Marvel bukan artis, setidaknya Marvel memiliki cukup banyak penggemar di Instagram karena wajahnya yang tampan.
Dino menggaruk pangkal hidungnya. "Waduh, kalau tuan Alex lihat postingan ini. Pasti moodnya tambah buruk."
Dan hanya berselang beberapa detik, ponselnya berdering. Tertera dengan jelas nama 'Tuan Alex' di layar ponselnya. Begitu ia jawab panggilannya.
"Dino! Cari tahu hubungan Marvel dan Chifa sekarang juga!"
Tuh kan. Baru aja dibilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romance"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...