Malam ini Alex pulang lebih cepat dari biasanya. Hal ini membuat Chifa kalang kabut menyiapkan makan malam serta membereskan kamar Alex. Chifa dan bi Tia sendiri heran, tumben sekali Alex pulang cepat, biasanya tuan mereka yang satu ini sampai di rumah pukul delapan malam. Dan bahkan terkadang akan pulang larut malam jika tuannya pergi kumpul bersama teman-temannya."Tuan, Tuan mau makan apa?" Chifa sudah memegang piring siap mengambil lauk pauk yang Alex mau.
Alex mengedarkan pandangan ke seluruh masakan yang terhidang di meja makan. "Saya lagi malas makan banyak-banyak. Ambilkan ikan nila goreng."
Chifa pun langsung mengambil satu ikan nila goreng. "Terus?" tanya Chifa lagi.
"Sama udang asam." Alex menunjuk satu piring yang tak jauh dari tempat ia duduk.
Chifa mengambil lauk itu tapi kemudian ia berhenti sebentar."Kenapa? Kamu tuli?" tanya Alex tidak suka. Ia sangat tidak suka jika perintahnya lambat dikerjakan.
Chifa tersadar dan langsung mengambil lauk yang Alex minta. "Maaf Tuan. Saya cuma keinget sama tuan Marvel. Dia suka banget sama udang asam."
Tiba-tiba raut wajah Alex yang biasa saja kini berubah dingin. Ia menatap Chifa dengan tatapan mematikan. "Marvel, Marvel, Marvel. Isi otakmu cuma laki-laki itu. Taruh lagi udang asam itu ke piring, saya gak mau makan apa yang dia suka."
Chifa mengerucutkan bibirnya. Dasar Tuan sensitif.
Melihat Chifa cemberut di depannya, Alex menjadi sangat marah. Ia merasa Chifa sangat lancang dan tidak sopan karena cemberut di hadapannya. "Berani kamu pasang muka begitu di depan saya? Mau saya hukum!" bentak Alex.
Chifa berjengit kaget. "E-enggak, Tuan. Ma-ma-maaf."
Alex menatap tajam kemudian melipat tangan di depan dada. "Kamu mikirin dia?" Kemudian Alex tersenyum sinis. "Kamu bener-bener suka dia?"
Chifa diam sambil menunduk, menatap piring yang tadinya akan diberikan pada Alex.
"Jawab!" bentak Alex sambil menggebrak meja. Bi Tia yang sedang menyapu ruang tengah pun sampai terkejut.
Chifa mengangguk. "Iya. Saya bener-bener suka sama Tuan Marvel."
Tiba-tiba Alex terkekeh. Entah apa yang lucu menurut pria itu. "Chifa, Chifa. Kamu tuh bodoh." Kemudian Alex menghentikan tawanya. "Kamu mikirin dia, suka sama dia, dan bahkan berharap dia mau nolong kamu. Kamu bodoh."
Chifa masih menunduk saat Alex berdiri. "Kamu mau tahu apa yang dia lakuin sama ayah dan bibimu?"
Kali ini Chifa mengangkat kepalanya. Alex menyeringai puas melihat ekspresi Chifa yang mulai berubah. "Pas dia kira kamu dibawa rentenir, Marvel beliin rumah di kota Yogyakarta untuk ayah kamu dan kasih uang bulanan. Baik bukan?"
Mata Chifa langsung berbinar. Ia sangat kagum dan bahagia mengetahui betapa baiknya Marvel pada ayahnya. "Wah, baik banget. Terus apa lagi, Tuan?" tanya Chifa dengan sangat antusias.
Alex tersenyum miring. "Tapi, kamu tahu sendiri kalau sekarang dia anggap kamu penipu. Jadi sekarang, dia pecat bi Sumi yang gak tahu apa-apa, dan dia ambil lagi rumah ayah kamu dan dia usir mereka padahal setahu saya ayah kamu itu masih sakit, tapi dia juga cabut biaya pengobatan ayah kamu. Gimana? Apa dia masih baik?"
Senyum Chifa langsung luntur seketika. Apakah yang dikatakan Alex itu benar adanya? Apakah benar Marvel setega itu padanya dan keluarganya? Apakah pria itu benar-benar menarik semua kebaikan yang telah pria itu berikan hanya karena salah paham? Jika pria itu membencinya, itu tidak masalah, tapi ini keluarganya, ayah dan bibinya, rasanya .... Tapi tidak mungkin Alex berbohong karena selama ini Alex tidak pernah membohongi dirinya.
"Kamu gak percaya sama saya?" Alex mengambil segelas air putih kemudian diteguknya sedikit. Setelah itu ia letakkan kembali di tempat semula. "Marvel itu labil. Dia gak sebaik yang kamu kira." Setelah itu Alex meninggalkan Chifa yang masih mematung di tempat.
Tiba-tiba saja air mata Chifa jatuh menuruni pipi tanpa bisa ditahan. Ia tidak bisa menahan rasa sakit hatinya. Betapa Marvel membencinya. Ia pernah menyukai beberapa pria sebelumnya, namun ia tidak pernah menyukai mereka sebesar ia menyukai Marvel. Mungkin bisa dibilang ia memang sangat mencintai Marvel. Akan tetapi, sepertinya cintanya harus gagal sepenuhnya.
Kenapa Tuan setega itu sama saya?
Chifa menunduk dalam. Percuma ia berusaha kuat dan ceria karena pada kenyataannya ia tidak sekuat dan seceria itu.
Sementara bi Tia malah tercenung melihat tuannya yang pergi ke kamar sendirian. Biasanya tuannya itu akan mengajak Chifa karena Chifa harus menggantikan pakaian kerjanya serta menyiapkan air hangat. Tak lama kemudian bi Tia menatap Chifa yang masih menunduk sambil menangis.
"Kenapa jadi kayak pertengkaran soal perselingkuhan ya? Tuan pergi karena marah dan cemburu, Chifa nangis karena tuan marah."
Namun bi Tia langsung menepis pemikirannya itu karena ia tahu apa yang menyebabkan tuannya marah dan apa yang menyebabkan Chifa menangis.
* * * *
Di tempat lain, Marvel bersama Kayla tengah duduk mesra di kafe yang terkenal romantis dikalangan pasangan muda. Tak hanya romantis, kafe ini juga adalah kafe termahal dan termewah. Dekorasi serta pencahayaan mampu membuat suasana menjadi tenang dan pastinya sangat cocok untuk berbicara berdua. Tak berbeda jauh dengan pasangan lainnya, Marvel dan Kayla juga duduk berdua sambil menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan.
"Sayang kamu udah kenyang ya?" tanya Kayla.
Marvel menunduk untuk melihat jus jeruk yang ia pesan hampir tak tersentuh sedikit pun. "Em, sedikit," jawab Marvel yang sebenarnya sedang tidak merasa kenyang, lapar, ataupun haus. Akhir-akhir ini ia merasa tidak tenang. Ada sesuatu yang mengusik hatinya namun ia tidak tahu apa itu.
"Kamu lagi banyak pikiran ya?" tanya Kayla sambil mengusap lembut pipi Marvel.
Marvel mengangguk. Ya, mungkin beban pekerjaan yang membuat hatinya tidak tenang. Apalagi hari ini ia mendapat kabar dari kontraktor yang menangani proyek hotelnya bahwasanya hotel akan selesai sekitar tiga bulan lagi. Ada beberapa kendala yang membuat pembangunan hotel terlambat satu bulan dari target yang telah disepakati.
"Marvel, kenapa sih akhir-akhir ini kamu jarang banget merhatiin aku? Aku ini pacar kamu loh? Kata kamu setelah perusahaan cabang LR Sky udah siap, kamu bakal pegang perusahaan itu dan kamu bakal nikahin aku. Sebentar lagi cabang LR Sky kan jadi, tapi kenapa kamu malah seolah gak peduli sama aku. Apa kamu udah gak sayang sama aku? Atau kamu udah bosen sama aku?"
Marvel menghela nafas. "Jangan mulai ngomong ngelantur deh, La. Bisa gak sehari aja jangan bahas tentang kenapa aku begini, kenapa aku begitu. Aku ini sibuk terus, La. Aku kerja, aku ngurus ini itu, kepala aku udah pusing. Please jangan tambah-tambah lagi sama ngomong yang enggak-enggak. Please ngerti."
Kayla mengerucutkan bibirnya. "Selalu begini. Setiap aku minta perhatian, bilangnya aku suka ngomong ngelantur sana ngelantur sini. Bete tau gak." Tanpa ingin berbicara lagi, Kayla mengambil tasnya kemudian pergi meninggalkan meja Marvel.
Melihat Kayla pergi tanpa pamit, Marvel hanya bisa menghela nafas lalu memijat pelipisnya. Rasanya sangat malas harus mengejar gadis itu lalu meminta maaf. Oh maaf, dia bukan peniru drama.
Begitu sudah ada di luar kafe, Kayla menoleh ke belakang. Ia semakin kesal karena tidak melihat Marvel mengejarnya. "Ish. Bikin sebel." Kemudian Kayla berjalan menuju pinggir jalan. Biarlah malam ini ia naik taksi untuk pulang, dari pada harus satu mobil dengan Marvel yang selalu membuat kesal.
"Andaikan ada Alex." Mengingat Alex, Kayla hampir lupa bahwa sudah beberapa hari ini tidak menelepon pria itu sejak terakhir kali bertengkar. Kemudian ia berinisiatif untuk menghubungi pria kesayangannya.
Kini Kayla sudah berdiri di pinggir jalan sambil menempelkan ponsel di telinganya. Akan tetapi sudah hampir lima kali menghubungi Alex, pria bule tampan itu tak kunjung menjawab panggilannya. Pada akhirnya Kayla menyerah.
"Ish! Apa dia masih marah gara-gara aku belum mau mutusin Marvel?"
Malam ini Kayla benar-benar merasa kesal. Pria yang satu sulit diajak romantis, yang satunya lagi dingin dan gila bekerja. Untung kedua pria itu kaya dan tampan, jika tidak, sudah ia hempas jauh-jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romance"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...