Ma'acih Tuan

4.7K 388 17
                                    

Marvel menghabiskan es kelapanya dengan santai. Sampai es kelapanya habis Chifa belum kunjung kembali. Ia menoleh ke arah toilet umum yang letaknya berada di belakang kedai es kelapa muda. Dari kedai memang tak terlihat bangunan toilet umum itu, akan tetapi ia tetap melihat ke arah sana berharap Chifa segera muncul.

"Kenapa dia lama banget sih? Katanya buang air kecil."

Entah mengapa perasaan Marvel menjadi tidak enak. Jikapun buang air besar, mana mungkin selama ini. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menyusul Chifa.

Sesampainya di koridor toilet umum, ia tidak melihat siapapun di sana. Pintu-pintu toilet tertutup semua. "Chi-"

Brak!

Marvel terkejut dan melihat ke toilet paling ujung.

"Tolong!"

"Berisik!"

Jantung Marvel berdebar tak karuan. Wajahnya tiba-tiba panas karena pacuan darahnya yang disebabkan khawatir, marah, takut, dan panik. Tanpa banyak berpikir ia langsung berlari ke arah sumber suara. Ia sampai di pintu paling ujung dan ternyata pintu tidak dikunci.

Begitu ia membuka pintu. Ia dikejutkan oleh pemandangan di depannya. Mulut Chifa dibekam oleh pria tak berbaju, dan tangan kurang ajar pria itu tengah menaikkan baju Chifa untuk dibuka.

"Woi!" Sambil berteriak, ia menarik bahu pria itu agar berbalik dan kemudian langsung melayangkan pukulan yang sangat keras di wajah pria itu. Pikirannya kacau saat itu. Yang menjadi tujuan utamanya adalah menghajar pria kurang ajar itu habis-habisan.

Bugh! Bugh! Bugh! Marvel memberikan pukulan bertubi-tubi di wajah dan perut pria itu hingga pria itu tak sempat melawan sama sekali.

"Berani kau menyentuh istriku! Rasakan ini!" Tak henti-hentinya Marvel menghajar pria itu sampai pria itu babak belur dan melemah. Beruntung datang seorang pria tak dikenal yang melerai. Jika tidak, mungkin pria brengs*k itu akan tewas di tangannya.

"Mas, udah Mas. Dia bisa mati!" Orang tersebut berusaha menahan Marvel.

"Biarkan saja. Biar dia tahu rasa! Berani-beraninya dia mau melecehkan istri saya!" Marvel akan melayangkan pukulan lagi, akan tetapi ditahan oleh orang tersebut.

"Mas! Lihat dulu kondisi istrinya. Soal laki-laki ini biar saya yang bawa ke kantor polisi."

Setelah diingat tentang kondisi Chifa, barulah Marvel melepaskan pria itu. Ia menoleh pada Chifa, kemudian langsung menghampirinya. Ia berjongkok di depan Chifa lalu memeluk erat istrinya yang tampak masih ketakutan.

"Tenang, Chifa. Saya ada di sini." Marvel menenangkan walaupun dia sendiri belum tenang. Emosinya masih tinggi pada pria itu. Namun melihat Chifa lemah dan ketakutan seperti ini, hatinya melembut dan ingin Chifa merasa aman bersamanya.

"Kamu gak kenapa-kenapa, kan?" tanya Marvel sambil mengusap kepala Chifa lembut.

Chifa menggeleng.

Karena Chifa tidak mau berbicara, ia putuskan untuk membawa Chifa ketempat yang lebih nyaman terlebih dahulu. Dan karena Chifa terlihat sangat lemas dan bahkan tangan serta kakinya masih gemetaran, Marvel pun menggendong Chifa keluar dari toilet umum.

Sesampainya di kedai es, semua orang berkumpul di sana dan langsung menghampiri. Mereka menanyakan kondisi Chifa pada Marvel. Mereka tahu ada kejadian tidak diinginkan dari orang yang membawa Andi tadi. Mereka mengatakan bahwa polisi yang ditelepon telah menjemput Andi.

"Tapi ada satu polisi lagi. Beliau mau minta keterangan," ucap salah satu warga.

Marvel mengangguk dan mendudukkan Chifa di tempat mereka sebelumnya. Marvel merapikan rambut Chifa yang acak-acakan kemudian memberikannya minum. "Gimana? Udah baikan?"

Pembantu SablengkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang