Wellcome to mobile legend! Ups😱 i mean, Wellcome to my story. Sorry, setiap denger Wellcome to, pasti inget mobile legend. Tapi aku gak pernah main game itu ya. Cuma saking banyaknya temen-temen yang main game itu, jadinya keinget terus. Oh ya, back to topik.
Cerita ini aku buat hanya untuk have fun aja ya Guys. Mungkin aku gak merhatiin gaya kepenulisan dan lain-lain. So, maafkan tulisanku yang receh ini. Semoga kalian suka ya Guys.
Perhatian ! Dilarang tidak komen, dan dilarang tidak vote. So, please like vote and komen. Jangan lupa masukin perpustakaan dan daftar baca. Thanks.
Cast Tokoh.
1. Marvel Aldyan Willson.
Usia : 26 tahun.
Tinggi : 184 cm.
Hobi : Olahraga, nyanyi, dan main piano.
Warna kesukaan : Hitam.
Baik tapi cuek. Dingin tapi gak sampe beku karena dia cukup ramah sama orang sekitar. Kejam? Enggak sih. Gak suka dirusuhin (ganggu). Dewasa dan cerdas juga pintar. Udah kaya raya sejak lahir, ganteng sejak lahir, idola sekolah sampai jadi idola kampus dan bahkan di tempat kerja juga tetap jadi idola kaum hawa. Keturunan Indonesia-Inggris.2. Achifa Nurifa
Usia : 19 tahun.
Tinggi : 159,5 cm.
Hobi : Apa aja karena dia gak pernah jelas.
Warna kesukaan : Pink.
Cerewet, ceria, kekanakan, susah diatur, pecicilan alias gak mau diem, ceplas-ceplos, dan iseng. Dari kecil hidup miskin. Sejak SD selalu dapat juara 1 dari belakang. Selalu nempel sama laki-laki ganteng. Sejak SMP sering dijuluki 'Si Sableng' atau 'Gendeng' karena dia aneh dan paling susah diatur. Keturunan Indonesia asli alias produk dalam negeri.Kisah Dimulai
Di dapur, bi Sumiati sedang memotong daging ditemani nyonya besarnya, yakni nyonya Liana. Seperti biasanya, mereka selalu mengobrol saat memasak. Hal yang membuat bi Sumiati betah bekerja di keluarga Willson adalah keramahan nyonya dan tuannya. Liana tidak sepenuhnya menyerahkan pekerjaan rumah pada bi Sumi. Liana selalu membantu, baik saat memasak ataupun saat membersihkan rumah.
"Memang gak bisa ditunda pulang kampungnya, Bi?" tanya Liana sambil mencuci bersih daging ayam yang telah dipotong oleh bi Sumi.
"Waduh, maaf Nya. Kayaknya gak bisa, Nya. Anak saya mau melahirkan. Kata bidan kampung minggu-minggu ini. Kasihan Idah kalau saya gak pulang, gak ada yang ngurus," jawab bi Sumi.
Sebenarnya bi Sumi merasa tidak enak hati karena akan mengambil cuti satu tahun sampai menantunya yang merantau kembali ke kampung. Akan tetapi bagaimana lagi, anaknya sangat membutuhkan sosok ibunya.
Liana menghela nafas. Ia juga seorang ibu. Ia pernah merasakan bagaimana rasanya saat anak akan melahirkan. Apalagi cucu pertama. "Saya ngerti sih Bi. Cuma saya agak bingung nyari pengganti Bibi untuk sementara. Zaman sekarang susah nyari orang yang bisa dipercaya."
Tiba-tiba bi Sumi ingat akan sesuatu. "Oh, ada Nya. Dia nganggur satu tahun ini. Dia bilang ke saya kalau ada kerjaan, tolong kasih tahu dia."
Liana langsung antusias. "Oh ya? Pas banget dong, Bi. Siapanya Bibi?"
"Keponakan, Nya. Dia merantau ke kota karena sekolah. Terus dia belum bisa pulang karena mau cari kerja. Tapi sampai sekarang belum dapat kerjaan. Orangnya sih jujur, Nya," jelas bi Sumi singkat.
"Kalau gitu suruh dia kerja di sini aja. Soal tempat tinggal, dia bisa nempatin kamar Bibi 'kan." Liana semangat karena akhirnya tak perlu pusing mencari pengganti bi Sumi sementara.
"Tapi Nya, dia itu ... rada-rada," ucap bi Sumi sambil cengar-cengir tidak jelas.
Liana mengerutkan kening. "Rada-rada apa, Bi?"
"Rada-rada gendeng." Kemudian bi Sumi menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Ma-maksud saya sedikit bikin pusing." Kemudian bi Sumi menjelaskan. "Dia itu jujur tapi terlalu jujur. Terus orangnya ceplas-ceplos, kurang tahu sopan-santun dan gak bisa nempatin diri di situasi tertentu. Dia cerewet, terus rada nyebelin. Dia itu masih kekanak-kanakan padahal umurnya udah 19 tahun. Saya takut Nyonya sama Tuan nanti pusing ngehadepin dia. Apalagi tuan Marvel gak suka ada yang ribut. Yang ada nanti rumah ini banyak masalah."
Mendengar penjelasan bi Sumi, Liana malah tertawa. Sudah lama ia tidak merasakan suasana ribut setelah keponakannya yang tinggal bersamanya pergi ke London untuk meneruskan pendidikan. "Kayaknya bakal seru deh kalau rumah ini rame. Kan yang penting keponakan Bibi jujur dan bisa kerja ngurus rumah. Selebihnya ya biarin aja."
Bi Sumi berpikir sejenak. Terkadang nyonya yang satu ini terlalu baik. Lihatlah, padahal sudah ia jelaskan keburukan-keburukan keponakannya itu, tapi nyonyanya malah terlihat senang. Tapi biarlah, yang penting ia bisa izin pulang kampung satu tahun. Soal nyonyanya bakal pusing, itu derita nyonyanya. Ia tidak pernah memaksa nyonyanya memperkejakan keponakannya.
"Memangnya siapa nama keponakan Bibi?" tanya Liana yang sedikit penasaran.
"Namanya Chifa."
* * * *
Nah, untuk sekarang segini dulu yups. Jangan lupa kasih vote dan komentar supaya saya semakin semangat nulisnya. 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sablengku
Romance"Sableng-sableng gini hanya untuk dirimu, Tuan!" Chifa. Stres, gila, gendeng, sableng, adalah predikat yang diberikan oleh Marvel untuk Chifa. Seorang crazy rich bertemu dengan seorang crazy maid. Baru kali ini Marvel bertemu dengan pembantu yang me...